Pelepasan Hasrat
Ada satu anekdot yang di kota asal saya sering diceritakan. Anekdot ini diceritakan bahkan di kalangan orang orang Cina sendiri. Selain lucu, anekdot ini juga sarat makna. Sebagai pengingat bagi mereka akan apa yang disebut dengan kemelekatan.
Jadi, ada seorang bos keturunan yang mempunyai 3 orang anak yang manis manis dan gagah gagah. Aling, Afong dan Achiang. Toko besi milik bos ini besar sekali. Dirintisnya dari muda, sehingga saat sekarang dia sedang terbaring sekarat karena usia tua.
Anak anaknya berkumpul semua. Istrinya menunggui di sebelah ranjang dengan menangis. Agaknya di Bos segera menuturkan petuah terakhirnya.
“Aling….” dia memanggil anak gadisnya yang paling tua.
“Iya pak…..” Aling menjawab sambil menangis.
“Afong……” panggilnya ke anak no. 2.
“Iya Pak…” Jawab Afong sesengukan.
“Achiang…..” panggil nya pada anak bungsunya.
“Iya pak….” Jawab si bungsu juga sambil menangis….
“Lau pho… (istriku)…” panggilnya terbata pada istrinya.
“A hia… (abang…)” jawab istrinya menahan haru.
Tiba tiba si bos bangkit dari pembaringannya.
‘LOH! KALIAN SEMUA DISINI…. SIAPA YANG JAGA TOKO?!”
========================
Kisah ini pas, merekam kelebihan dan kemelekatan. Begitulah orang orang etnis Cina dalam melaksanakan bisnis mereka. Menjiwai, mendarah daging. Jadi jangan heran bila sebuah usaha yang dimulai secara sederhana dalam jangka waktu beberapa tahun bisa menjadi usaha raksasa. Mereka benar benar melakukan kerja di bisnis mereka dari jiwa.
Lalu pesan moral yang kedua adalah tentang kemelekatan. Jarang bisa menyadari bahwa apa yang sudah dicapai di dunia ini suatu waktu akan dilepaskan. Bahwa ada kematian yang akan memaksa kita siap atau tidak siap untuk melepaskan apapun yang sudah kita kumpulkan, koleksi, tabung, berhemat dan sebagainya. Yang suatu hari tidak akan diperkenankan dibawa dalam perjalanan panjang.
KIta selalu mengagung agungkan cinta. Tanpa menyadari bahwa cinta adalah salah satu dari jenis kemelekatan yang paling banyak meracuni jiwa manusia. Cinta ibu kepada anak adalah cinta paling murni yang bisa diberikan oleh manusia yang satu dengan yang lain. Namun ini juga tidak abadi.
Saya miris sewaktu mengingat kejadian mbak saya almarhumah meninggal karena kecelakaan. Dia meninggalkan 4 orang anak. Yang paling kecil baru kelas 2 SD. Jenazah mbak saya di rumah peristirahatan terakhir. Layaknya adat Tri Dharma. Entah Khong Hu Cu entah Buddha. Itu jam 4 pagi kejadiannya.
Sekitar jam 6, anak anak nya, keponakan keponakanku itu datang dengan kakak saya yang lain.
Si bungsu menangis meraung raung memeluk peti mati ibunya. Apa yang dia ucapkan, masih saya ingat sampai sekarang….
“Mama pulang…. katanya sayang… kenapa gak pulang…….” saya kira sedikit banyak ponakan saya ini sudah mengerti sedikit sedikit tentang arti mati. Mungkin dari sinetron sinetron di TV atau kemungkinan kemungkian lain. Namun pengertiannya itu jelas sederhana.
Tak ada yang tidak menangis waktu itu.
Itulah, cinta ibu kepada anaknya. Tapi ibu tetap tidak kembali. Berkorban nyawa pun ibu mau bila untuk anaknya. Namun cinta yang sangat besar dan murni itu tidak bisa mengelak dari pemisahan yang disebut kematian. Tega kah ibu meninggalkan anaknya yang masih kelas 2 SD untuk berjalan menuju ketenangan abadi di alam sana?
Kalau bisa memilih, semua ibu akan memilih untuk tetap hidup sampai anak anaknya besar, mandiri, mapan dan sudah punya istri untuk mengurusnya, atau sudah punya suami untuk menafkahinya.
Kemelekatan akan hal ini tidak dipaksakan. Semula jadi.
Kita hanya bisa mengambil hikmah. Anda dulu pernah susah. Pernah nyantai saja tidur tanpa AC. Nyantai saja dengan seragam sekolah yang diwariskan dari kakak. Juga baik baik saja walau dulu tak ada handphone, Blackberry atau laptop.
Benar itu kemajuan jaman.
Hanya coba kita renungkan kembali. Kapan kita belanja karena hasrat, dan kapan kita belanja karena butuh? Hasrat ini kalau dimanage bagus bisa menjadi cambuk untuk anda meraih sesuatu, katakanlah mimpi. Namun di sisi lain, alangkah baiknya kita juga menyadari, tidur esok pun kemungkinan kita bermimpi sama besarnya.
Cinta membuat takut. Takut tak cantik lagi. Takut gemuk. Takut tak menarik lagi. Takut diselingkuhi. Takut diduakan. Takut pasangan kawin lagi. Sedemikian banyak ketakutan ketakutan yang didatangkan cinta. Bila kita terlalu melekat padanya.
Kemampuan melepaskan, akan mendorong anda melakukan dana dengan iklas. Kemampuan melepaskan sedikit saja apa yang sudah kita raih, menjadikan kita manusia yang lebih bebas di hari berikutnya.
Ngomong sih gampang kan! Melepaskan ketergantungan pada rokok dan kopi saja susah.
Bila belum bisa melepaskan hal hal yang spesifik, coba lepaskan hal hal yang lain yang lebih gampang. Di lemari anda mungkin sudah banyak baju anda yang tidak dipakai sekian lama. Bahkan sudah kekecilan. Karena anda bertumbuh pesat ke depan dan belakang sekarang. Hehehehe…. Mengapa tidak memulainya dengan mengumpulkan, mengkotakkan dan melepaskannya kepada pihak pihak yang membutuhkan?
Anda jadi lebih bebas untuk beli baju baru lagi supaya lemari tetap penuh (hahahaha) dan lemari juga berkurang bau apeknya.
Saya mau membagi cerita ini. Yang sebenarnya susah saya tuliskan tadi di tulisan seorang teman tentang Admin Keras Kepada Traktor Lubis. Judul yang menarik perhatian saya. Dan tahu tidak, bagaimana caranya saya nemu tulisan itu.
Google!
Saya sedang melakukan tes pada Blog pribadi saya. Sebelumnya kalau saya lakukan Search di Google, dengan kata kunci Traktor Lubis, yang selalu muncul di halaman pertama adalah Kompasiana. Hehehehe. Sementara blog saya bisa nyungsep di halaman ke 7 atau 8. Tapi hari ini saya kaget 2 kali. Selain blog saya di urutan pertama di halaman pertama. Juga di baris ketiga hasil pencarian google ada tulisan tadi.
Admin keras kepada Traktor Lubis. Benar dan salah.
Yang benar dulu ya. Saya mendapat peringatan Admin 2 kali. Pertama lewat inbox yang kedua saya lihat di Shout. Tak tahu apa maksudnya. Apakah supaya semua orang tahu tulisan Traktor Lubis dibredel? Ah,saya tak ambil pusing. Yang penting tulisan tersebut sudah saya arsip di Blog saya. Biarlah Shout dari Admin tersebut menjadi kenang kenangan untuk saya. Pemanis profile Kompasiana saya.
Salah. Admin bisa lebih keras lagi kan, misalnya bredel dan lain sebagainya. Kemudian, kejadian kaya gitu mungkin bukan hanya terjadi pada saya. Saya juga cukup banyak melihat hal hal kaya gitu di profil Kompasianer lain.
Begini cara berpikirnya. Anda tidak harus bangun jam 5 pagi setiap hari. Lalu anda protes… pagi sekali komandan…. Komandan menjawab. Kamu tidak harus bangun jam 5 pagi kok. Kalau mau, jam 4 juga boleh. Hehehehehe…. Dengan melepaskan jam 5 paginya. Perasaan anda saya jamin bakal lebih plong.
Jadi selalu ada hikmah disetiap masalah. Masalah dan kemalangan adalah guru paling bijak yang bisa anda dapatkan. Gratis! Namun kadang anda dan saya melupakannya. Lupa untuk melepaskannya. Lupa untuk sedikit saja melepaskan ego pada diri sendiri.
Itu juga yang mendorong saya mengklik tombol LAPORKAN pada tulisan saya tentang PHIL COLLINS Mundur dari dunia musik dan efeknya pada kelangkaan penyanyi Pria.
Benar saya melaporkan ke Admin tulisan saya sendiri. Saya laporkan bahwa tulisan tersebut sudah 4 - 5 hari (saya lupa - karna sudah saya lepaskan) menjadi HL di Kolom Hiburan. Tujuan saya, biar tulisan lain menggantikan tulisan saya yang HL itu. Apakah saya tidak senang pada tulisan saya yang diganjar HL? Wow, senang sekali. Saya lebih suka HL dairpada dimaki-maki.
Tapi yah itu tadi, satu langkah kecil mengingatkan Admin yang mungkin lupa, agar kasus Fiksi yang 14 hari tak terulang lagi, saya rasa cukup bagus untuk saya dalam hal latihan pelepasan. Saya juga tidak yakin hal itu yang menyebabkan esok harinya tulisan Phil Collins itu hilang dari HL.
Tidak penting kan? Karena saya sudah melepaskan. Yang penting dari sayanya bukan dari Adminnya. Itu bagi saya.
Lalu satu lagi yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini. Sebenarnya kadang keegoan kita membuat banyak sekali permasalahan dalam hidup. Ketidak mampuan melepaskan banyak hal membuat kita gontok gontokan sepanjang hari dengan istri, hanya gara gara dia minta dana tambahan buat beli lipstik baru, yang ada berat sekali melepaskan sedikit uang saku.
Tidak mengerti. Kamu tidak ngerti saya. Kamu tidak memahami saya. Kamu tidak kenal saya. Kamu salah menilai saya.
Apakah itu penting? Bukan masalah bagi saya bila anda tidak mengerti saya. Jadi masalah bagi saya, kalau saya tidak bisa mengerti anda.
Salam kenal - Traktor Lubis
0 Response to "Pelepasan Hasrat"
Posting Komentar