MENGAPA KOMPASIANA KAMPUNGAN GINI #3


Anda sering tidak baca saya menuliskan sendok? Mengapa harus sendok? Artinya apa? Maksudnya bagaimana?

Begini. Saat anda memakai sendok untuk menyendok sayur atau lauk dari piring, supaya masuk ke mulut. Apakah sendoknya ikut merasakan rasa sayur atau lauk tersebut? (koor... TENTU TIDAKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!)

Nah, begitulah sendok. Yang merasakan iu adalah lidah. Yang mengunyah adalah mulut. Yang melarutkan adalah liur dan yang memberikan pelumas adalah ludah (juga untuk aktivitas lain bisa diapakai - back to nature - red).

Nabi Muhammad menurut sebuah buku yang resensinya ditulis oleh Nurcholish pernah menuliskan begini:

".......Ketika orang itu berlalu nabi bersabda, “akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al-Qur`an , tapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya (tidak memahami subtansi misi-misi Al-Qur`an dan hanya hafal di bibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka niscaya akan kupenggal lehernya seperti halnya kaum ‘Ad.” (HR. Muslim pada kitab Az-Zakah, bab Al-Qismah). (hal 11)....."

Itulah sendok. Orang orang yang seakan akan mengerti, padahal tidak.

Dan maaf, ini bukan hal yang negatif. Kebanyakan manusia itu adalah seperti sendok. Ini kondisi yang harus kita sadari kalau ingin maju dan ingin mengerti. Dalam banyak hal juga saya seperti sendok. Ini positif.

Dengan menyadari kondisi kita yang seperti sendok, perasaan tahu padahal belum tahu sama sekali. Mudah mudahan kalau mau menggunakan otak sering sering berpikir, akan menjadi lidah lama kelamaan. Tahu apa dan bagaimana rasa cabe... rasa terasi... rasa kopi dsb.

Selesai mukadimah-nya. Saya masuk ke konten yang sesuai dengan judul.

Terima kasih atas sambutan luar biasa hangatnya pada tulisan sebelumnya yang #2.

Nah, masih banyak yang mengira bahwa rekayasa ter ter dan vote yang saya maksudkan itu bikin akun ganda atau banyak sebanyak banyaknya. Makanya bisa vote sampai lebih dari 1.

Padahal jelas jelas rekayasanya bukan begitu.

Bila 1 akun bisa vote 1 kali. Maka, misal saya punya 10 akun, saya hanya bisa vote 10 kali kan? Setiap saya vote, saya pasti harus membuka tulisan yang mau saya vote. Artinya, minimal harus ada 10 view. Alias 10 kali akun yang berbeda melihat tulisan saya.


Sebagai contoh dan agar jelas lihat gambar di atas.

Warna kuning = 195 view (artinya tulisan ini diklik 195 kali oleh akun yang berbeda)
Warna hijau = 32 dari 47 Kompasianer menilai aktual (artinya ada 47 akun yang sudah vote tulisan ini, dan 32 diantaranya menvote aktual).

Nah, bagaimana mungkin sebagai misal, saya buat ilustrasi seperti ini:


Anda perhatikan ilustrasi yang saya buat (edit) khusus untuk menjelaskan fenomena ajaib yang LUPUT DARI PERHATIAN ADMIN ini.

bagaimana mungkin yang lihat view baru 19, tapi yang vote sudah lebih dari 30?

Jelas ini rekayasa kan?

MUSTAHIL admin tidak melihat kejadian seperti ini. Yang saya lihat sebelum sebelumnya tulisan yang kemgalami rekayasa TER TER seperti itu ramai dikomen orang dan jadi bahan ketawaan.

Mengapa ADMIN membiarkannya?

BERGUNA.... untuk menjatuhkan tulisan tulisan yang dibenci ADMIN dan konco konconya yang celakanya disuka publik. Misalnya tulisan tulisan Erianto Anas. Jangan lihat ke VOTE kalau curiga itu vote nya direkayasa oleh akun akun kloningannya. LIHAT KE JUMLAH KLIK! Diatas 300? diatas 200? TANPA REKOMENDASI ADMIN baik dalam bentuk HL atau TEREKOMENDASI.

Itu tandanya apa? Tulisan itu menarik perhatian publik. Baik yang benci maupun yang suka. Itu kenyataan. Itu menyumbang TRAFFIC ke Kompasiana.

SAYA AKAN MENGHASUT ANDA

Kalau kondisi seperti ini terus. Untuk apa anda menulis bagus bagus, kalau anda tidak masuk ke daftar penulis yang disuka ADMIN, sebagus apapun tulisan anda, kecil sekali kesempatan bagi tulisan anda untuk tampil di depan publik.

Baiklah, anda bisa berkilah, jangan pikirkan HL, dan TER TER. Anda menulis karena memang suka menulis. Dibaca sukur, tidak dibaca apa boleh buat. Kalau begitu, silahkan ke Gramedia, beli notes atau kertas HVS. Atau tulis tulisan anda di Blog pribadi (seperti yang saya lakukan sekarang) atau simpan saja di Hard Disk.

HAK ANDA UNTUK DIHARGAI PUBLIK BILA MEMANG TULISAN ANDA MENARIK! Itu gunanya TERAKTUAL, BERMANFAAT, INSPIRATIF dan MENARIK.

TAIK semua tulisan tentang anti korupsi. Anti Ketidak adilan. Anti Ketimpangan Sosial. Anti KEMEROSOTAN NILAI NILAI Akhlak! DUNIA SUDAH MAU KIAMAT!

Bila korupsi VOTE di depan mata ADMIN KOMPASIANA YANG TERHORMAT ini tidak segera diatasi! Kompasiana membohongi publik. Ini sekelas rekayasa pemilu! Ini PIDANA, karena sudah menyangkut orang banyak. Bukan hanya saya, atau anda saja. Ini menyangkut KOMPASIENER yang bukan 1 orang. Ini bukan masalah perdata.

Selama kondisi VOTE masih seperti itu. Tudingan saya tetap ke jajaran management Kompasiana. 2 bulan bukan waktu yang singkat. BUG kecil di dalam program begitu masalah sepele bila dibandingkan merancang tab tab yang sudah bisa didownload dan perubahan perubahan tampilan yang full iklan sekarang ini.

Terima kasih.

Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "MENGAPA KOMPASIANA KAMPUNGAN GINI #3"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme