KEBERSAMAAN BASA BASI - FFK


Saya sangat antusias sekali ketika beberapa teman seperti G dan Langit (dari mereka saya tahu) bahwa akan diadakan semacam festival untuk Fiksi di Kompasiana. Asik, karena tentu saja saya bisa berbagi ide dengan penulis lain, sebagai kontrol pada ego saya sebagai penulis tunggal.

Salah satu tulisan kolaborasi saya dengan mantan Kompasiener saya kira mendapat sambutan yang luar biasa. Hari itu dua tulisan duet saya dengan Erianto Anas menguasai Teraktual dan Termenarik. Saya lupa jumlahnya berapa. Bahkan di Group Facebook, mula mula rencana duet saya dengan Erianto Anas sempat disematkan nama Duet Fenomenal.

Tapi setelah perhelatan usai, maaf bila saya merasa ada yang beda dari reaksi yang saya dapatkan. Hampir semua ulasan tentang FFK mengabaikan duet saya dengan Erianto Anas. Entah kalau saya ketinggalan kereta. Seingat saya cuman Youly yang menyinggung saya, itupun yah memang karena saya berduet dengan dia.

Saya puas pada 2 tulisan fiksi ang saya kerjakan dengan Erianto Anas. Terus terang, menjadikannya seperti komik silat dan yang satu seperti sebuah ceramah di sebuah universitas Maya, bukan perkara gampang, bila sumber yang saya punya hanya dari Inbox antara saya dan Erianto Anas di FB.

Ini ajaib saya kira. Apakah keterlibatan saya di FFK berusaha diabaikan, mengingat acara FFK ini mendapat dukungan penuh saya lihat dari Admin Kompasiana yang budiman.
Lalu kalau mencermati lagi, duet saya dengan Om Jay soal guru bijak menghadapi kelasnya yang kentut. Terus terang, itu kisah pribadi saya sewaktu menjadi guru dulu di SMP Perg. Buddhis Jayanti R.Prapat - Sumut. Kalau ada yang curiga cerita tersebut copas, saya bisa memberikan alamat FB beberapa murid saya yang terkena kasus kentut itu (lewat inbox tentunya). Semula saya biarkan menggantung setengah, sampai ke proses hukuman apa yang bisa diberikan. Saya serahkan ke Om Jay untuk memberikan masukan, mengingat Om Jay juga guru seperti saya dulu.

Om Jay menyerahkan dengan inbox bagian akhir yang dikerjakannya. Saya agak kurang sreg dengan versi Om Jay dimana si anak langsung mengaku, dan praktis tidak ada hukuman dan saya merasa kurang nyata kalau ada anak sekarang yang langsung ngaku kalau ditanya siapa yang kentut. Hehehehe.... Inilah asiknya fiksi kolaborasi. jadi saya mengusulkan hukuman seperti yang akhirnya di setujui Om Jay untuk di posting di akun Om Jay.

Fiksi yang saya rasa sangat jauh dari sinetron cinta dan penuh dengan pesan moral yang juga cukup dapat respon luar biasa saya lihat di tempat Om Jay juga tidak pernah disinggung singgung pada pembahasan setelah FFK.

Saya bertanya tanya, apakah ini karena saya? Bahwa publik tertentu mulai subjektif pada karya saya?

Apakah mungkin pembunuhan karakter pada diri saya selaku penulis paling aktif saat ini di Kompasiana, yang disebut sebut pelaku copas dan plagiat berhasil? Oleh karena itu keteribatan dan kontribusi saya memeriahkan FFK kemaren dianggap tidak ada artinya. Karena Traktor Lubis. Yang jadi korban juga partner partner kolaborasi saya, selain Om Jay juga Mbak Endah dan Ratu serta Youly dan Granito. Kalo EA yah udah jangan disebut sebut, sama bejatnya dengan saya! Puisi penuh gairah saya dan Youly dan Endah serta Ratu juga tidak disinggung saya kira. Maaf kalau saya yang melewatkan.

Baiklah soal isu plagiat itu. Itu terjadi pada tulisan yang bersifat reportase. Saya memerlukan data. Dan saya melakukan apa yang saya sebut sebagai studi perpustakaan. Kesalahan saya fatal, tidak menyebutkan sumber. Yang dianggap sebagai pengharam pada tulisan tulisan reportase saya.

Lalu apakah publik mengira semua tulisan saya selama ini juga karya plagiat? Kisah kisah yang saya jadikan cerpen. Sampai ke kisah hidup saya, kisah kerasanya kehidupan almarhum dan almarhumah orang tua saya? Boleh saya minta sumber dimana saya bisa menemukan rangkaian tulisan tentang orang orang kampung multi ras yang bisa secara berkesinambungan konsisten dengan jumlah melebihi 10 cerita?

Jadi maaf, saya tidak menyalahkan FFK. Itu kegiatan positif, dalam waktu ke depan saya akan melakukan banyak kolaborasi sendiri tanpa adanya festival itu. Bukan untuk apa apa, tapi untuk pembelajaran pada saya dalam hal menulis dan mengontrol ego.
Saya tahu penilaian baik dan jelek suatu tulisan itu relatif. Bagi saya tentu saja tulisan saya cukup bagus, kalau tidak tidak akan kupublis. Mending disimpan dulu sampai sudah cukup bagus baru dipublish. Saya juga melihat ada banyak hasil kolaborasi lain yang jauh lebih bagus yang membuat saya tercengang. Tapi publik sendiri yang menilai tulisan tulisan kolaborasi saya itu bagus.

Kalau ini sampai terlewati oleh pengamat pengamat kreatif FFK kemarin saya kira kelewatan. Perlukah saya menyumbang insto atau visine untuk anda, untuk Admin juga?
NB:

Kapan mau bikin Festival Fiksi Gangbang..... asik juga tuh!

Salam - Traktor Lubis
Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "KEBERSAMAAN BASA BASI - FFK"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme