JALAN GELAP YANG KAU PILIH, PENUH LUBANG DAN MENDAKI
Dalam menghayati agama Buddha, banyak pemeluk Buddha sendiri lupa, bahwa yang dianjurkan oleh Sidharta Gautama adalah, JALAN TENGAH. Seperti proses kelahiran agama Buddha itu sendiri sebagai jalan tengah dari 2 kondisi ekstrem di jaman itu. Yang pertama kelompok sangat fanatik agama sampai sampai masuk ke proses penyiksaan diri. Yang kedua kelompok tak peduli agama. Pokoknya pesta sex, mabok, hidup enak, mati ngakak...
Jadi, ajaran Buddha berusaha di tengah tengah. Sidharta menjadi kelompok yang I saat dia bertapa 6 tahun dengan sejumlah brahmana di hutan. Menyiksa diri dengan puasa ekstrem yang katanya hanya makan nasi sebutir sehari. Dalam literatur Buddhis, digambarkan Sidharta sudah seperti tengkorak hidup. Bahkan untuk kentut pun sudah susah.
NAh, sebelum masuk ke kelompok I ini, Sidharta sudah mengalami hidup sebagai kelompok II. Dia adalah pangeran, putra mahkota yang akan mewarisi kerajaan Sakya di kaki gunung Himalaya. Semua hidupnya diatur se duniawi mungkin oleh bapaknya. Tidak ada orang jelek di istananya, tidak ada orang tua di istananya. Dia adalah Putra Mahkota paling mewah yang bisa dibayangkan orang saat itu.
Jadi, dari kondisi ekstrem yang II ke kondisi ekstrem yang I....
Musik adalah penunjuk jalan tengah. Mengapa musik? mengapa bukan buku?
Ini perlambang dari imajinasi, ekspresi dan rasa manusia yang tidak bohong. Buku adalah jendela dunia. Namun musik, tidak bisa membohongi rasa yang kau rasanya setelah menikmatinya.
Sidharta Gautama yang kering kerontang seperti tengkorak hidup. Seperti ditempeleng dengan keras, dihajar dengan ganas, dipermalukan dengan sangat parah, saat sekelompok penar dan penyanyi jalanan lewat di tempatnya bertapa secara ekstrem dan melanturkan syair............
"Irama yang mengalun dari dawai kecapi ini begitu indah...
Bila dawai kecapinya diatur terlalu kuat, bisa bisa putus...
dan tak ada nada yang muncul...
Bila dawai kecapinya diatur terlalu longgar, maka dawainya kendor
Bunyi yang muncul juga akan nyacok....
persis lagu dangdut.....
Dia tidak cantik makkkkkk
Dia tidak jelek makkkkkkk
Yang sedang sedang saja....
Yang penting dia setia..........."
Kira kira begitu.
Ketahuan, bahwa saat itu Sidharta tidak benar benar khusuk dalam tapanya. Karena masih bisa mencerna alunan musik dari para penari dan pemusik jalanan itu. Jadi dia pelan pelan membuka matanya.....
Terciptalah jalan tengah....
Mana yang baik untuk hidup anda. Mana yang bermanfaat untuk hidup anda... mana yang sesuai dengan hidup anda itulah jalan tengah anda.
Bila anda cocok dengan Islam, itulah jalan tengah anda
Bila anda pas dengan Kristen, itulah jalan tengah anda
Bila anda ingat Tuhan dengan Hindu, itulah jalan tengah anda
Bila anda merasa bahagia dengan Khong Hu Cu, itulah jalan tengah anda
Bila anda merasa happy dengan Taoisme, itulah jalan tengah anda
Bila anda menjadi bijak dengan Buddhisme, itulah jalan tengah anda
Bila anda merasa bebas dengan Atheis, itulah jalan tengah anda......
Jalan tengah yang kupilih tidak sama dengan yang kau pilih. Ukuran volume otak kita berbeda.
Anda bisa saja lebih pintar dari saya, namun belum tentu lebih bijak.
Anda bisa lebih bijak dari saya, tapi belum tentu lebih licik dari saya.
Anda lebih populer dari saya, belum tentu lebih suci dibanding saya.
Anda lebih segala gala nya dari saya, belum tentu dalam hal kepicikan...
Jalan tengah mana yang menjadi acuan?
Carilah sendiri jalan tengahmu, yang akan membawamu ke arah kemajuan, dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam hal meningkatkan kebijaksanaan. Biarkan penari dan pemusik jalanan itu lewat di depanmu setiap hari. Mengingatkanmu, menunjukkan rel yang seharusnya tidak kau abaikan.
Salam - Traktor Lubis
Jadi, ajaran Buddha berusaha di tengah tengah. Sidharta menjadi kelompok yang I saat dia bertapa 6 tahun dengan sejumlah brahmana di hutan. Menyiksa diri dengan puasa ekstrem yang katanya hanya makan nasi sebutir sehari. Dalam literatur Buddhis, digambarkan Sidharta sudah seperti tengkorak hidup. Bahkan untuk kentut pun sudah susah.
NAh, sebelum masuk ke kelompok I ini, Sidharta sudah mengalami hidup sebagai kelompok II. Dia adalah pangeran, putra mahkota yang akan mewarisi kerajaan Sakya di kaki gunung Himalaya. Semua hidupnya diatur se duniawi mungkin oleh bapaknya. Tidak ada orang jelek di istananya, tidak ada orang tua di istananya. Dia adalah Putra Mahkota paling mewah yang bisa dibayangkan orang saat itu.
Jadi, dari kondisi ekstrem yang II ke kondisi ekstrem yang I....
Musik adalah penunjuk jalan tengah. Mengapa musik? mengapa bukan buku?
Ini perlambang dari imajinasi, ekspresi dan rasa manusia yang tidak bohong. Buku adalah jendela dunia. Namun musik, tidak bisa membohongi rasa yang kau rasanya setelah menikmatinya.
Sidharta Gautama yang kering kerontang seperti tengkorak hidup. Seperti ditempeleng dengan keras, dihajar dengan ganas, dipermalukan dengan sangat parah, saat sekelompok penar dan penyanyi jalanan lewat di tempatnya bertapa secara ekstrem dan melanturkan syair............
"Irama yang mengalun dari dawai kecapi ini begitu indah...
Bila dawai kecapinya diatur terlalu kuat, bisa bisa putus...
dan tak ada nada yang muncul...
Bila dawai kecapinya diatur terlalu longgar, maka dawainya kendor
Bunyi yang muncul juga akan nyacok....
persis lagu dangdut.....
Dia tidak cantik makkkkkk
Dia tidak jelek makkkkkkk
Yang sedang sedang saja....
Yang penting dia setia..........."
Kira kira begitu.
Ketahuan, bahwa saat itu Sidharta tidak benar benar khusuk dalam tapanya. Karena masih bisa mencerna alunan musik dari para penari dan pemusik jalanan itu. Jadi dia pelan pelan membuka matanya.....
Terciptalah jalan tengah....
Mana yang baik untuk hidup anda. Mana yang bermanfaat untuk hidup anda... mana yang sesuai dengan hidup anda itulah jalan tengah anda.
Bila anda cocok dengan Islam, itulah jalan tengah anda
Bila anda pas dengan Kristen, itulah jalan tengah anda
Bila anda ingat Tuhan dengan Hindu, itulah jalan tengah anda
Bila anda merasa bahagia dengan Khong Hu Cu, itulah jalan tengah anda
Bila anda merasa happy dengan Taoisme, itulah jalan tengah anda
Bila anda menjadi bijak dengan Buddhisme, itulah jalan tengah anda
Bila anda merasa bebas dengan Atheis, itulah jalan tengah anda......
Jalan tengah yang kupilih tidak sama dengan yang kau pilih. Ukuran volume otak kita berbeda.
Anda bisa saja lebih pintar dari saya, namun belum tentu lebih bijak.
Anda bisa lebih bijak dari saya, tapi belum tentu lebih licik dari saya.
Anda lebih populer dari saya, belum tentu lebih suci dibanding saya.
Anda lebih segala gala nya dari saya, belum tentu dalam hal kepicikan...
Jalan tengah mana yang menjadi acuan?
Carilah sendiri jalan tengahmu, yang akan membawamu ke arah kemajuan, dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam hal meningkatkan kebijaksanaan. Biarkan penari dan pemusik jalanan itu lewat di depanmu setiap hari. Mengingatkanmu, menunjukkan rel yang seharusnya tidak kau abaikan.
Salam - Traktor Lubis
kong hu cu? Konfucius?
Weh ganti tampilan?
Asal harta karunnya tetap mudah di cari ya....
tiap nulan ganti, ini udah termasuk telat gantinya... hihihihi