Risiko Yang Kuambil Berduet Dengan Erianto Anas

Dari dulu saya suka fiksi. Bermain main filsafat dan hal hal spritual lewat imajinasi itu sangat mengasikkan dan tidak semua orang bisa memahaminya. Diperlukan lebih dari sekedar nalar untuk memahami apa saja yang tersirat dan tersurat dari sebuah tulisan yang kita sebut fiksi.

Festival Fiksi Kolaborasi kali ini terasa sangat menggairahkan. Saya sudah berusaha untuk menyamarkan diri dengan mengelabui ego saat berkolaborasi dengan banyak type penulis.

Youly + Gratino FFK: Pelangi di Langit Jepang
Dengan mereka, saya berusaha menjadi anak muda yang energik, menyuarakan perdamaian, mengembangkan rasa kemanusiaan dengan mengambil tema Jepang dan sebuah pesan samar. After everystorm a rainbow appears, if you sure to look hard enough… Hanya jika berusaha untuk mencarinya. Harapan tetap ada. Adalah saya yang menuliskan beberapa baris puisi yang tak selesai, bagian awal yang kesannya jantan, hehehehe. Kemudian saya serahkan Youly, dengan pesan… bayangkan dirimu menjadi ratu Jepang… masukkan sisi feminim. Disitulah muncul pelangi. Yang dituliskan dengan manis sekali oleh Youly, harapan.

Lalu Gratino, dia adalah penghubung, antara puisi saya dengan puisi Youly. Klop. Walau sederhana, bagi saya sangat bermakna.

Ratu Ayu Widasari - (FFK) Kita yang Kasmaran
Mulanya Inge di Facebook, pasang Iklan untuk cari duet dengan Ratu. Hmm, boleh juga ini. Menguji nilai nilai romantis yang mungkin saja masih ada. Jadi, saya hubungi Ratu. Ah… lagi lagi seperti Youly… terserah saja… Nah, saya punya puisi sepenggal yang kalau mau dibilang selesai sih belum, tapi saya rasa termasuk puisi saya yang paling manis yang pernah saya tulis. Kalau ada yang ingat, Puisi itu judulnya Traktor si Pembuat Kapal…. hehehehehe

Yah, saya inbox ke Ratu. Tanpa instruksi tambahan. Hanya berusaha membangun suasana mesra. Jadilah kita yang kasmaran…. so sweeet hehehehe.

Endah Raharjo - ?
Lagi lagi saya yang disuruh mulai. Hmmmm saya pelajari profile mbak Endah. Astaga, mbak ini nyeni banget. Ekspresionis! Ini menggairahkan. Saya tulis beberapa bait puisi secara spontan. Buset deh…. Karna nama duetnya Kenes Eksotik…. Puisi pertama yang sudah jadi dibatalin. Mbak Endah membuat sebuah puisi panas yang benar benar eksotik.

Ha…. ini tantangan. Kaya ditong… “Tor… mana kejantananmu…” wekekekeke. Nah, jiwa seniman saya muncul. Aliran ekspresionis saya muncrat… Saya balas puisi mbah Endah tak kalah panasnya….. Hahahaha.

Penasaran? Saya juga….. agak dilama lamain aja mbak Endah. Biar benar benar Klimax.

Om Jay - FFK: Cerita Guru Konyol Yang Suka Banyol (Kasus Kentut)
Di pengumuman FFK Omjay cari pasangan. Hm….. saya pelajari profile Om Jay. Loh…. ini kok kaya saya di masa lalu, 1 tahun yang lalu. Guru TIK di SMP. Persamaan nasib ini, sama sama ndut lagi… hahahaha. Feeling saya, sebuah prosa berbentuk cerpen yang komedi situasi namun penuh makna yang inspiratif bisa mewakili karakter Om Jay dan saya.

Galak galak begini, saya yakin anda percaya saya orangnya lucu. Walau yah, namanya juga batak dari Medan, masih belum begitu alus, asahan di Jakarta-nya.

Nah, sambil lobing dengan Om Jay, saya sambil nulis. Ingat ingat kejadian di sekolah tempat saya ngajar TIK dulu. Suasananya saja. Lalu, Budiman itu sebenarnya nama satpam. Wakakakakaka…. Temen saya bercanda saling ledek dulu. Dalam bayangan saya gimana ngerjai dia di dalam hayalan. Nah, saya jadiin guru, lalu sya suruh muridnya kentut. Terus, saya ajak Om Jay untuk memberikan kebijaksanaan guru dalam menangani angin sorga di saat ngajar.

Semoga tulisan tersebut bisa memberikan gambaran ke ibu bapak, bagaimana susahnya kami para guru dan mantan guru menangani masalah masalah yang kadang bisa bikin naik darah kalau tidak hati hati. Murid sekarang tidak seperti di jaman saya sekolah dulu. Murid sekarang ‘gila’ pinter dan nakalnya….

Dan, kayanya kolaborasi dengan Om Jay sukses. Makasih yah mas, sentuhan Om Jay bikin cerpen itu jadi semakin costa masta…. bikin konyol, makin konyol…. hehehehehe

Public Enemy - Erianto Anas - FFK: Erianto Anas Vs Traktor Lubis - di Kaki Gunung Fujiama dan FFK: Traktor Lubis & Erianto Anas : Islam dan Terorisme
Kalau yang ini saya sudah tahu kira kira karakternya. Gak usah dipelajari lagi. Hihihihi…. Yang penting, pancing dengan tema tema sensitif. Keagamaan, filsafat, seni dan… yah, harus ngeyel! Jangan langsung setuju. Karena, susah susah gampang membuat dia mengeluarkan apa yang nendang. Beda dengan cara dia menulis. Dengan metode lama, yang dulu dulu juga sudah saya lakukan. Memancing diskusi sehat dengan menjadi kontra dari apa apa saja yang dia ucapkan.

Itu yang terjadi di Fujiama. EA mengatakan kisah kisah kitab suci sebagai dongeng. Yang hikma nya bisa diambil tapi tetap dongeng. Dan saya akan ngotot dengan, kalau begitu apa bedanya dengan Harry Potter. Saya tahu EA tidak baca Harry Potter… Hahahaha. Jadi, harus hati hati menariknya ke diskusi ini. Karena salah salah, minatnya hilang. Jadi dengan segala tipu daya, kelicikan, dan jebakan jebakan. Akhirnya komen yang pada awalnya sebaris dua baris, mulai menjadi sehalaman dua halaman. Sampai pada kesimpulan. Dongeng Kitab suci tidak bisa disamakan dengan dongeng biasa. Namun secara prinsip. Tetap dongeng. Menjadi sangat menarik, karena kami meletakkan dasar obrolan ini dengan dekorasi Jepang yang sedang bersedih. Mungkin itu yang mendorong teman teman memvote aktual.

Setelah diskusi panas via inbox Facebooknya kelar. Saya harus ngayal lagi. Ini Festival Fiksi. Bukan festival diskusi. Maka saya pun membayangkan Kho Phing Ho yang dulu salah satu bacaan favorit saya. Kisah kisah silat itu sangat banyak mengandung perdebatan filsafat banyak aliran aliran timur. Dan saya kira adaptasi balas balasan inbox Facebook itu, sukses menjadi kisah silat Butongpai (pedang) dengan Shaolin (toya).

Lalu masalah tulisan yang ada merah dan biru. Mungkin memang bikin sakit mata. Tapi ketahuilah, itu adalah lambang tersirat yang saya sematkan. EA menyarankan perbedaan warna pada dialog dia dan saya.

Saya pilih merah sebagai lambang merahnya bendera Jepang (bulat merah = matahari) Lalu biru sebagai laut, yang baru saja mengamuk menjadi tsunami.

Lalu tulisan kolaborasi kedua. Saya punya sebuah tulisan yang judul aslinya ‘Islam agama Bomber?” (perhatikan tanda tanya-nya. Saya akan pancing EA untuk berpendapat sebaliknya. Ini bagian dari usaha saya, karena sejauh yang saya amati, justru EA yang biasanya di posisi saya. Hehehehe. Pancingan ini saya buat sesamar mungkin juga. Dengan bersembunyi dibalik Ahmad Dhani.

Lalu dari dialog yang tidak begitu panjang tentang isu terorisme dan kekerasan serta Bomber dalam Islam ini, saya tinggal menghayal lagi. Bagaimana menyambungkannya dengan tulisan saya sebelumnya. Dengan pendekatan terbalik. Sampai pada kesimpulan. Islam agama damai. Isu kekerasan dan Terorisme dalam Islam tidak boleh dipandang dari satu sisi saja.

Namun risiko yang saya ambil berduet dengan EA ini…. yah, saya harus jantungan. Takut dibredel… wekekekekeke… Hampir pasti menjadi kolaborasi yang banyak ditunggu tunggu. Bakal banyak kontroversi. Bakal membahas hal hal yang diistilahkan EA ‘Dosis Tinggi’. Tapi yah, risikonya…. sebagus apapun hasil kolaborasinya… ehmmmm sepertinya tidak pantas untuk tampil ke depan.

Risiko itu saya ambil. Fiksi memang beda dengan tulisan lain. Penilainnya unik dan langsung menghujam ke pribadi. Kolabosari fiksi ini positif. Saya menunggu tawaran kolaborasi dari siapa saja. Berusaha terus. Semoga perselisihan perselisihan yang mungkin sempat timbul, bisa cair di kolaborasi fiksi ini.

Btw, ada yang berminat kolaborasi cerpen HOROR? kira kira, saya ada bahan nih …..?

salam kompax - traktor lubis Salam - Traktor Lubis
Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Risiko Yang Kuambil Berduet Dengan Erianto Anas"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme