Anjing Sayur
Mulanya hanya karena pulang kerja, sendirian di rumah. Tidak ada kerjaan, paling paling cuma lihat lihat internet. Cari topik topik asik. Mengetawai kehidupan dunia maya, dan tak terduga menemukan gambar anjing yang lucu.
Wah..... asik juga ini kalau ada seekor anjing yang bisa dielus elus yang bisa nemeni...
Hmmm, anjingnya harus bersih, dimandiin setiap hari, tidak perlu anjing mahal, yang penting cakep dan enak dilihat. Kan orang bilang anjing temen paling setia manusia.
Maka, seekor anjing umur beberapa minggu dibeli. Brastagi - Sumut, kota wisata kaki gunung yang masuk-nya gak pake bayar itu jadi tempat nyari anjing kampung, setengah kampung yang asik.
Dapat seekor anjing. Gak tahu anjing apaan. Tapi warna bulunya putih semua. Lucu. Kata penjualnya, lebih baik miara anjing dari bayi daripada yang sudah gede. Anjing bayi akan sangat setia pada tuannya.
Oke deh pak, saya beli yang satu ini...
Masukin ke kardus. Sepanjang jalan dari Brastagi ke Kisaran via Merek - Parapat - Siantar si anjing kecil nangis terus. Asli bising.
Mobil diparkirkan. Si anjing kecil yang belum ada nama diangkat dari kardus....
Diam... tinggal lenguhan yang menggemaskan. Pemandangan alam pegunungan juga lagi indah indahnya. Keluar mobil, ngopi dulu. Si anjing kecil dimasukin ke kardus lagi. Yah.... Nangis lagi.
Dikeluarin dari kardus. Diajak minum kopi bareng. Kopi kaleng yang ada di stock di belakang.
Si anjing memang benar benar binatang setia. Masih bayi saja sudah gak mau terpisah. Sudah tahu siapa tuannya. Anjing kecil warna putih itu dapat jatah beberapa teguk kopi kaleng... hihihihi, dia suka rupanya.
Perjalanan pulang mulus. Si anjing tidur dengan nyaman (loh?.... dikasi kopi malah tidur!). Tapi itu setelah si anjing dikeluarkan dari kardus, di dudukkan di bangku depan. Rupanya si anjing merasa dirinya manis. Kan, yang manis duduk depan dekat abang supir. hihihihi
Karena masih bayi, belum bisa makan apa apa. Si anjing yang sudah kuberi nama Capella minumnya susu kotak. Susu lembu. Sehari 3 kotak. Setiap dimasukkan kardus mie instan, yang sudah dilapisi kain rombeng, pasti nangis... nangis sedih banget. Waduh... bingung juga jadinya. Malah jadi gak bisa tidur diganggu si anjing.
Kalau dielus elus dia diam.
Maka terpaksa, emergency. Kotak kardus di bawah masuk kamar. Saya tidur dengan sebelah tangan membelai kepala si Capella. Berhasil. Anjing dan tuannya tidur nyenyak sampai pagi. Malamnya sudah bisa mimpi. Si tuan melempar piring plastik, si anjing menangkap. Hahahahaha
Bangun tidur, kamar sudah bau pesing. Si anjing ngompol di kardus. Untung gak eek.
Perlu kandang yang bisa praktis mengorganisir kotoran binatang peliharaan. Maka beli kandang yang sebenarnya untuk kelinci. Ukuran 30 x 20 cm barangkali. Dari jeruji jeruji. Warna metalik. Keren.
Tapi si Capella rupanya gak doyan disitu. Nangis lagi.....
Begitulah sampai si Capella mulai besar. Beli kalung anjing untuk JJS. Beli rantai, untuk JJS. Asik juga, gara gara si Capella cakep banyak dilirik ibu ibu muda. Hahahahaha
Tambah lagi satu kebutuhan. Kalau lagi ke Medan, masuk ke Pet Store. Beli perlengkapan untuk anjing. Wah... banyak banget rupanya. Ada shampo untuk anti kutu. Ada shampo untuk manti biasa. Tulang tulangan dari karet ya?.... aneka ukuran. Supanya pas giginya mau tumbuh gak sembarangan menggigit sepatu.
Untung anjing binatang yang gampang diajak adaptasi. Makannya nasi bungkus pakai ikan gembung. Kalau mau makan pakai pakan yang sudah disediakan untuk anjing. Waduh, dimana belinya. Di kota saya tidak ada.
Setiap saya bepergian sendiri. Pasti diantar si Cepella sampai gerbang. Kalau saya pulang, entah insting dari mana, sepertinya sudah hapal suara mobil saya, si Capella juga sudah nungguin. Kadang saya kerjai. Saya gak keluar dari mobil. Si Capella akan mengendus endus mobil, keliling... mencari cari dimana saya sembunyi.
Kalau saya keluar dari mobil, langsung diterjang.... buntutnya bergoyang goyang seperti mau putus. Melonjak lonjak kesenangan. Minta dielus. Kalau tidak dielus gak bakal mau beranjak.
Anjing bisa diajari banyak hal. Asal mau dilatih. Capella besar tau dimana harus eek. Dia sudah pernah kena gampar karna eek sembarangan. Caranya kalau dia ketahuan eek sembarangan. Tarik dia menuju eeknya, lalu pukul pelan saja. Pukulan dari tuannya bisa bikin dia sakit sesakit sakitnya. Lalu kotorannya dibersihkan. Tunjukkan di mana seharusnya dibuang. Ke lubang WC di toilet bawah. Beberapa kali diperlakukan begitu, asal sabar, lama lama si anjing ngerti.
Kemudian beberapa kata sederhana. Mau bahasa Inggris, Indonesia atau Hokkian. Anjing bisa mengerti.
Kalau ada tamu datang, dan dia ingin berkenalan, sementara si tamu takut sama anjing, tinggal dibentak.
"MASUK!" dengan sendirinya dia akan masuk. Ke kolong meja tempatnya biasa ngetem.
Pernah satu kali kejadian mengerikan. Saya ikut training di Medan hampir seminggu. Eh, si Capella kecarian. Dia naik ke lantai dua, masuk ke ruang kerja saya. Nongkrong disitu. Ketahuan pak No. pengurus rumah. Pak No naik ke lantai dua.
Capella kaget. Panik dia meloncat dari jendela.
GUBRAK!!!! Kaing kaing kaing....... Berlari menuju bawah meja tempat kekuasaannya.
Pulang Training dari Medan saya disambut Capella dengan tari kreasi baru nya.... super heboh. Sampai saat saya duduk sebentar, dia tak mau beranjak. Seperti orang ngomel.... Seperti ngaduh. Entah apa yang diucapkannya saya gak ngerti. Cuman ini aneh.
Mula mula dia menaikkan kaki depannya di paha saya yang duduk. Lalu ngomel gak tentu arah. Saya ketawa saja melihatnya, habisnya lucu banget. Abis itu dia turun, lalu terlentang di lantai, kakinya empat empatnya mengarah ke atas. Goyang goyang.
Saya tertawa terbahak bahak.... Dasar anjing gila!
Lalu dia duduk normal, memandang saya dengan mulut terbuka. Dan tetap ngomel.
Pak No mendatangi saya. Menceritakan Capella yang berhasrat jadi superman 2 -3 hari yang lalu. Saya kaget. Saya periksa kaki depanya, apa ada patah tulang atau gimana. Saya menemukan memar sedikit di sikunya. Capella senang bukan kepalang. Ekornya seperti mau putus.
Lalu dari tas kerja saya keluarkan. Biskuit anjing, hihihihi oleh oleh buat si Capella. Mula mula diendus. Saya letakkan di telapak tangan saya.
Hoppp.... langsung dimakan. Saat melakukan itu pun saya bisa merasakan, dia hati hati sekali jangan sampai tangan saya terluka oleh moncong dan giginya yang ganas.
Begitulah kenangan dengan Capella. Sekitar 5 tahun saya pelihara.
Tahun 2006 saya pindah ke Rantauprapat, saya pindahkan dia duluan. Titip di rumah abangku yang rumahnya berpagar 1,5 meter. Saya tinggalkan untuk ke Kisaran lagi mengangkut barang barang lain.
Saat saya tinggalkan Capella meraung raung. Meloncati pagar, mengejar mobil. Tak terkejar. Oleh abangku juga tak terkejar. Menghilang. Tak tahu dimana. Tak pulang pulang. Di sekeliling banyak lapo Tuak... pikiran paling tidak mengenakkan di kepalaku adalah... Jangan jangan si Capella sudah dijadikan sayur. Untuk nemeni minum tuak....
Hiks..... hiks.... hiks..... Rasanya ada yang hilang.
0 Response to "Anjing Sayur"
Posting Komentar