Viky Sianipar: Membawa Musik Tradisional Indonesia ke Kelas Dunia
Siang itu majalah musik langganan saya datang. Saya terkaget kaget melihat album indie yang direkomendasikan. Tertulis Viy Sianipar – Toba Dream. Covernya juga mantab. Dominan hitam, dengan gambar seorang halak Batak sedang main gitar. Seperti kebanyakan orang Batak, cakep!
Dipikiran saya saat itu, ini juga palingan seperti album album lagu lagu Batak yang lain. Yang vocalnya vocal group, suara 1 suara 2 suara 3 sama kerasnya. Kemudian yang paling nyebelin musiknya. Hanya keyboard yang untuk bagian lead nya ntar diisi suara maunya Sax kaya Keny G, tapi dari keyboards.
Tapi cover album indie ini sangat menarik. Sederhana dan diluar pakem album album lagu tradisional Batak. Jadi saya beli kasetnya. Kebetulan karena ini lagu Batak mungkin yah, jadi distribusinya di Sumatera Utara saya lihat cenderung lebar. Bahkan di toko kaset di Kisaran tempat saya tugas dulu, album ini banyak dipajang.
Dan, saat mendengar track pertama album tersebut saya mengumpat! Buset, saya tertipu. Ini bukan album music Batak. Ini World Music, New Age. Anda tahu New Age atau World Music? Itu musik yang diusung musisi musisi seperti Kitaro, Enigma, atau Deep Forest (sempat kolaborasi dengan Anggun).
Jadi ajaib. Album Toba Dream I, 14 tracks, aneka aliran music campur aduk dalam lagu lagu tradisional Batak yang kebanyakan no name pengarang lagunya. Alias lagu lagu Batak yang sudah sangat familiar di telinga saya, namun aransemennya gila. Jazz, Rock, RnB semua jadi satu dengan alunan alat alat musik tradisional Batak Asli.
Jelas ini bukan album biasa nilai kwalitasnya sangat tinggi. Lagu-lagu Batak di album Toba Dream I ini menjadi seperti lagu lagu tradional tingkat dunia. Saya merinding mendengarnya. Bahkan untuk kelas lagu Indonesia saya belum menjumpai musik yang seperti ini.
Krakatau dan Gong 2000 masing masing dalam konteks yang lebih luas pernah mengangkat musik Sunda dan Bali ke kancah Pop. Namun maaf, bagusnya sudah bagus sekali, namun masih kalah ngepop dibanding aransemen Viky Sianipar. Ini menurut kuping saya. Entah kalau kuping anda.
Satu lagu yang termasuk paling populer O Tano Batak, disuarakan oleh Victor Hutabarat dan Tetty Manurung. Jempol untuk keduanya, hanya saya menilai Victor belum bisa meninggalkan pakem/cengkoknya selama ini. Berbeda dengan Tetty Manurung yang sangat menyatu dengan arransemen Viky.
Jadi lagu tersebut dibuat energik, lolongan gitar samar sebagai intro, masuk gebukan drum yang terasa banget nuansa akustiknya, lalu muncul piano yang lebih ngejazz, musik melembut, gebukan drum berganti dengan loop minimalis, lalu vocal bagus Tetty Manurung masuk. Wow saya terpesona.
Kemudian yang paling menarik perhatian publik adalah lagu Piso Surit, lagu rakyat dari tanah Karo ini menyihir kuping saya dalam alunan musik new age yang bagi saya sekelas Deep Forest. Vocalnya Mega Sihombing, penyanyi tak dikenal, namun kualitas vocalnya sangat sangat cocok dengan lagu lagu yang digarap Viky. Alat musik tradisional Karo pun dimainkan di lagu ini. Menimpahi tempo yang dibuat dengan loop. Cocok untuk meditasi. Hehehehe.
Klip video lagu Piso Surit ini juga yang sempat diputar di Mtv saat itu.
Satu lagu lagi yang mencuri perhatian saya adalah Ansideng Ansidosing. Agak agak country dengan vocal sangat black Karem Sihombing yang ditingkahi gitar akustik Viky Sianipar. Sesekali terdengar suara gelas dipukul dengan sendok. Mengingatkan saya suasana Lapo Tuak. Indah.
Namun perkembangan selanjutnya, jangan kaget kalau terjadi juga penolakan dari kalangan pendengar di Sumatera Utara. Orang Batak sendiri. Banyak suara yang menganggap Viky Sianipar merusak lagu Batak. Karena yah itu, musik tradisional yang begitu merakyat di kuping kami di sini, tiba tiba tersaji laksana bule yang membawakan.
Kaget! Tentu saja.
Tak menunggu lama, setelah beberapa konser yang dilakukannya, Viky kemudian meluncurkan Toba Dream 2. Ada yang berubah dari gaya bermusik Viky di album ini. Aliran yang diusung sudah lebih ke Pop. Dibuka dengan Beta Hita, menjadi kolaborasi pertama Viky Sianipar dengan Tongam Sirait.
Satu lagu yang buat saya sebel adalah jumlah lagunya yang cuman 8. Aduh, ini sudah masuk standart album Indosia jadinya, format 45 menit. Kalau di Toba Dream 1 kan formatnya sudah mengikuti CD, 14 lagu sekitar 70 menit.
Namun untungnya album kedua ini juga menyajikan hampir semua lagu yang bisa didengar. Misalnya, saya menggaris bawahi penampilan yang kontras dari kebiasaaan dari lagu Posni Uhur lewat tarikan vocal Mega Sihombing. Lagu ini dibawakan dengan gaya orkestra minimalis yang lembut di awalnya, menyentak di tengah, dan terakhir klimaks dengan Mega Sihombing mengeluarkan semua kemampuan vocalnya di akhir lagu.
Kemudian lagu Taringot Ahu. Lagu sangat merdu dengan vocal yang sangat laki-laki. Kalau didengar pertama kali seperti lagu bule. Cara menyanyi Tongam Sirait juga sangat mempesona. Untung T nya tidak menjadi ch. Taringot tetap diucapkan taringot.
Lalu lagu yang juag cukup menyentak kuping adalah Dijou Ahu Mulak dengan kolaborasi dengan Vico Pangaribuan.
Lalu lagu yang juag cukup menyentak kuping adalah Dijou Ahu Mulak dengan kolaborasi dengan Vico Pangaribuan.
Sukses lagi, tak menunggu lama, Viky kemudian merilis Toba Dream III sebagai pamungkas trilogi Toba Dream-nya. Kolaborasi yang dibangun di Toba Dream III ini semakin luas. Musik yang diusung juga semakin beragam.
Ramona Purba dan Edo Kondologit digaet menyumbangkan vocal. Nada nada minor mengalun sangat enak di lagu Jumpa La Banci. Benar benar seperti world music. Sementara Edo Kondologit ditampilkan lewat lagu Poda.
Yang paling menarik ada di lagu Dengke Jahir, Jan Sinambela. Seperti mendengar Jazz Swing jaman dulu. Vocal Jan Sinambela juga asik banget, kasar dan sangat lepas. Lagu ini menjadi sangat artistik dan beda dibanding yang sering saya dengar dinyanyikan di pinggir jalan.
Tak berhenti disitu, Viky Sianipar melebarkan kiprahnya dengan menggarap lagu lagu tradisional lainnya di luar lagu lagu Batak. Nasionalisme dan cinta tanah air serta usahanya menyelamatkan lagu lagu tradisonal ini patut dicontoh musisi lain Indonesia daripada terus mengumpat lagu kita diklaim Malaysia.
Album Indonesia Beauty, benar benar menampilkan kecantikan Indonesia lewat alunan music. Anda bisa dengar Es Lilin versi Viky Sianipar dengan vocal Ani Sukmawati yang ditemukan Viky dari jaringan seniman di komunitas bermusiknya di Jakarta.
Anda juga bisa menyimak Bubuy Bulan dengan vocal Deasy Puspitasari, istri Viky Sianipar sendiri. Versi ini sebenarnya lagu yang diproduksi lama, dan dijadikan CD souvenir sewaktu Viky menikahi Deasy dulu.
Lalu paling menyentuh saya adalah lagu Mandalan Ahu, disini ada yang menyebutnya Hullus. Lagu yang sangat indah ini adalah lagu sangat rakyat di sini. Bahasa Batak yang dipakai untuk lirik lagu ini juga jenis bahasa Batak yang sangat tua. Viky menggarapnya dengan musik minimalis piano dan orkestra mengiringi vocal lirih Karem Sihombing yang juga meniup seruling Batak. Bagi Batak di perantauan, dalam kondisi yang sangat mood saya yakin lagu ini bisa memaksa air mata menitik.
Sebuah lagu wajib jaman sekolah dulu ‘Indonesia Pusaka’ digarap Viky dengan sangat megah. Lalu ada Sujiwo Tejo dengan lagu Dara Muluk dan Suara Seruling. Benar benar melengkapi jenis musik etnis yang ditampilkan Viky secara modern lewat apa yang disebut sebagai genre New Age.
Viky Sianipar, siapa sih?
Viky Sianipar jelas orang Batak. Marganya Sianipar. Dia lahir tahun 1976, lebih tua dari saya beberapa bulan. Sempat menjalani pendidikan musik di YPM (Yayasan Pendidikan Musik). Kemudian dia juga sempat mengambil kursus piano di Farabi, kalau tidak salah selama tahun.
Viky Sianipar jelas orang Batak. Marganya Sianipar. Dia lahir tahun 1976, lebih tua dari saya beberapa bulan. Sempat menjalani pendidikan musik di YPM (Yayasan Pendidikan Musik). Kemudian dia juga sempat mengambil kursus piano di Farabi, kalau tidak salah selama tahun.
Viky pernah ke luar negri. San Fransisco, disana dia berguru pada salah satu murid gitaris kawakan Joe Satriani, yaitu George Cole. Ini mungkin yang mendorong Viky menampilkan dirinya sedang main gitar di album Toba Dream I itu.
Kecintaannya pada Danau Toba dan keunikan serta kekayaan adat Batak membawa Viky Sianipar menyepi dalam waktu beberapa lama di sana. Dalam pengembaraaannya ini, sebagai orang Batak yang lahir di Jakarta, kemudian menginspirasi Viky untuk mengangkat kekayaan musik yang melatari kenyataan dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari musik dan adat budaya Batak.
Idealis. Itu yang saya lihat dari Viky Sianipar. Dia punya semua kemampuan untuk membaurkan diri ke dunia musik Pop Indonesia. Namun keidealisannya bermusik membawanya ke lagu lagu kuno dari etnis Batak. Dengan mengusung new age/world music. Viky justry menjadi lebih leluasa menampilkan idealisme bermusiknya. Satu hal yang susah bila ingin diterapkan di musik Pop Indonesia yang pasti dipengaruhi trend dan mode. Salah salah bisa disuruh mainkan musik seperti Kangen Band atau Dewa.
3 Album Batak dengan nuansa sangat modern. Beberapa album kolaborasi yang juga tak mau masuk ke jalur Populer Indonesia, Viky justru bermain di lagu-lagu daerah. Ini musisi langka.
Jauh jauh hari sebelum tuding menuding Malaysia mencuri lagu rakyat Indonesia menjadi milik mereka. Viky Sianipar sudah melakukan langka nyata, bukan NATO alias ngomong Tok! Viky mengarsip musik asli Indonesia Kuno tersebut dalam bentuk yang bisa dibanggakan bisa ada turis asing yang ingin mendengarkan lagu lagu dari Indonesia dalam konsep yang global.
Oh iya, kalau mau lebih kenal lagi dengan Viky Sianipar, yah dia itu yang menjadi arranger di Indonesia Mencari Batak… eh, Bakat (sorry salah ketik…)
Traktor Lubis
Sumber: koleksi album Viky Sianipar milik saya, ingatan saya dari hal hal yang sudah pernah saya baca tentang Viky Sianipar
Salam - Traktor Lubis
0 Response to "Viky Sianipar: Membawa Musik Tradisional Indonesia ke Kelas Dunia"
Posting Komentar