5 PENYEBAB KOMPASIANA AKAN MENINGGAL (innailahiwainailahirojiun)
Satu permasalahan besar yang sering dihadapi di forum forum atau media lain yang menyediakan tempat bagi orang orang kreatif adalah sensor dan batasan yang tidak jelas. Seumur hidup, saya hanya baru pernah gabung dengan 2 situs kaya gini. Kompasiana dan Dumalana.
Terutama di Kompasiana, permasalahan yang saya hadapi adalah:
1. Sensor
Sensor ini termasuk kronis akhir akhir ini. Segala macam pendapat yang sedikit saja mempertanyakan sesuatu yang terkait dengan agama akan dibredel dengan tidak kenal ampun. Dalam hal ini sebenarnya saya belum pernah kena sama sekali. Tapi saya mengamati, banyak sekali artikel yang mempertanyakan hal hal seperti itu akan menjadi semacam ‘musuh admin’.
2. Admin Yang Tidak Profesional
Sudah menjadi rahasia umum, bila ada Kompasianer beken. Dalam kasus ini ada yang inisialnya ASA yang pernah menjadi Kompasianer Terpopuler. Dan terang terangan beliau ini membenci ‘Erianto Anas’ dengan alasan EA adalah Kompasianer yang suka mengobok obok agama. Maka mereka mengadakan pertemuan, istilahnya KOPDAR, yang dibahas adalah Erianto Anas. Bagaimana caranya agar EA bisa ditendang dari Kompasiana.
Solusinya adalah bredel. Bredel terus sampai kapok.
Admin yang sangat tidak profesional. Jelas berpihak bukan pada kebenaran. Tetapi kepada Kompasianer Beken. Hal ini juga saya alami. Cara cara licik dilakukan, bagaimana agar supremasi senior tetap bercokol di Kompasiana.
Sejujurnya, apa salah saya? Mengapa saya dimusui? Mengapa artikel saya dicekal? Mengapa pada artikel saya yang dicekal justru ditempeli Iklan?
Hanya karena ada Kompasianer beken, yang iri hati atas kesuksesan saya melejit dengan waktu teramat singkat di Kompasiana. Kaget ada orang dengan tingkat kecerdasan sedemikian. Bisa menulis tentang apa saja. Sastra, seni, musik, agama, filsafat, fiksi terakhir reportase.
Tidak masuk ke otak yang selalu diletakkan di dengkul. Bagaimana mungkin 1 orang bisa menghasilkan tulisan tulisan seperti itu yang ORIGINAL. Maka isu plagiat dihembuskan. Bredel pada tulisan yang bila ditemukan sedikit saja ‘mirip’ atau mengandung sekian baris kutipan dari sumber anu.
Apakah ini adil? Kompasiana sedang menggali kuburannya sendiri. Penulis baru yang mereka sayangi kebanyakan menulis sampah. Tidak etis menyebut nama Kompasianernya. Tapi rata rata adalah penulis tanpa fisi. Penulis penulis beo yang menuliskan apa apa saja yang dilihat mata, didengar telinga dan dirasakan bibir. Tanpa menggunakan ‘otak’ sebagai alat yang meruakan processor alami.
Mau kemana arah Kompasiana? Itu urusan mereka. Bukan urusan saya sama sekali. Saya sudah tidak konsen disana. Karena Blog saya sendiri sudah berkembang sedemikian rupa. Bahkan banyak pembenci saya yang pengecut, apakah ini admin? Hehehehe yang berusaha mengajak saya kembali ke Kompasiana.
Tidak mempan bro. Traktor tak pernah mengikuti kata orang lain. Mau dibilang banci, cemen, penakut, pengecut dll…. Monggo… yang pasti saya menghapus semua konten saya di Kompasiana, kecuali konten yang berisi IKLAN Brogernas Forum…. Wekekekekeke.
Cerdas kan….?! Mau baca tulisan saya yang berkualitas ekspor itu? (hihihihi) silahkan ke Blog saya saja alamatnya jelas kok. Kalau mau baca yang di Kompasiana, yah apa boleh buat, cuman ada yang tersisa yang Iklan itu.
3. Admin Yang Berpihak
Mengapa saya katakan berpihak. Tidak ada satupun pemberitahuan dari Admin atas bredel pada tulisan tulisan Erianto Anas. Sementara pada tulisan saya yang dibredel, 2 pemberitahuan. Satu via Inbox, satu di Shout.
Maksudnya apa coba? Ditulis di SHOUT, agar semua pembenci saya tertawa senang. Kena batunya si Produktif gila ini. Istilahnya, Admin mau bikin malu membernya.
4. Admin Yang Tolol
Mengapa tolol? Karena Admin gampang diprovokasi. Ada member lama yang sudah populer dan punya reputasi baik di Kompasiana. Admin melupakan bahwa iri hati dan dengki itu sifat alami manusia.
Juga tidak terkecuali pada member bereputasi wah tersebut. Coba anda lihat sendiri. Pernahkah saya menulis artikel di Kompasiana yang tujuannya menyerang konco konco Admin tersebut? Saya rasa tidak pernah.
Tapi para pembenci saya itu, sudah berapa banyak bikin artikel?
Dan Admin langsung tanggap. TOLOL banget kan? Wibawa Admin sebagai pihak yang netral dimana? Apa gunanya ada Admin?
Seharusnya Admin bisa melihat, tulisan tulisan saya selalu Ter Ter. Ini tandanya publik menilai saya positif. Ada yang benci kepada saya, jelas ada lah. Saya kan manusia, yang juga tidak lepas dari kesalahan. Semakin berhasil saya mencuri perhatian publik, akan semakin banyak yang membenci saya.
Admin harus orang yang ngerti hal hal kaya gitu. Tapi ternyata tidak. Admin Kompasiana tak lebih dari Admin ketebelece. Yang ketakutan sampai tititnya mengkeret bila kena gertak Kompasiner beken. Tak peduli walau pada hakekatnya kompasianer beken itu dasarnya iri hati.
5. Admin Yang Pilih Kasih
Nah, ini anda nilai sendiri. Berapa banyak tulisan anda yang berhasil di lirik Admin. Terus terang, saya merasa diri saya fenomenal di Kompasiana. 3 hari gabung, tulisan saya yang mengkritik Erianto Anas langsung HL…. Hahahahahaha…
Sepanjang karir saya, masih saya simpan screen shootnya, kurang dari 2 bulan, 15 tulisan HL. Saya tidak kenal Admin. Saya tidak punya orang yang kenal dengan Admin. Saya justru dimusuhi oleh penulis penulis lama yang langganan HL.
Dan sekali lagi. SAYA ORANG YANG PROTES KE ADMIN, KARNA HL SAYA TENTANG PHIL COLLINS KELAMAAN NONGKRONG DI HL (5 HARI).
Tapi Admin Pilih Kasih. Anda bandingkan 300an tulisan saya di Kompasiana, kebanyakan berkwalitas superb hehehehehe, hanya 15 yang berhasil memaksa Admin mikir, mengapa tidak dijadikan HL. Kemudian tulisan saya biasanya dijadikan HL di jam jam hantu. Alias diatas pukul 00.00 WIB sampai jam 6 pagi. Sekedal HL saja… karena HL utama, jelas lah milik para Kompasianer kesayangan Admin.
Jadi, dengan kondisi seperti itu yang saya hadapi. Saya tidak mau ngotot. Kalau tulisan saya dianggap sebagai karya plagiat di sana. Mengapa saya harus maksa untuk bergabung di sana?
Anda yang sudah membaca karya tulis saya, bisa menilai sendiri, apakah tulisan saya termasuk karya plagiat.
Dan sekali lagi saya sampaikan. Dengan cara apapun, saya akan bangun kerajaan saya di Blog saya ini sekarang. Tak ada gunanya membangun kerajaan orang lain di Kompasiana. Goblok itu namanya. Apalagi bila anda sudah cukup beken.
Manfaatkan Kompasiana untuk numpang beken. Bersakit sakit dahulu agar eksis. Setelah anda beken, jangan ragu ragu untuk melepas. Ganti baju. Pake koteka juga boleh.
Hajar orang orang sarap bodoh tolol yang lahir kurang umur itu di blog anda sendiri. Puasnya lebih nikmat daripada SEX!
Salam - Traktor Lubis
saluuuuttttttt.....toooop dah
wakakakakaka... kok salut?
wadooww... galak amat! tulisan saya 30% dibredel admin, diinbox, dishout juga. Padahal isinya percakapan dg org Yahudi, saya dikatai sama orang Islam, dan cara mengenali makanan mengandung babi. Kalau menyinggung Kristen mah tetep aja manteng disitu. Gebleg...
Admin Kompasiana sekarang kan anggota FPI... perempuan pakai jilbab.
PRAAKK!!!!
Admin Kompasiana Banci!
Kompasianer basa-basi penjilat pantat admin Dan sejumlah Kompasianer hidup dalam belenggu emas Kompasiana. Tolol!
Disadarkan malah protes.
Diberi obat pahit malah minta sirup.
Sejarah akan ditulis ulang.
Bumi akan terus berputar
Matahari akan selalu terbit
Hingga waktu akan mencatat segalanya.
Tulisan ini: Power Full
100000 voltase tenaga kuda, saya suka!
EA: jangan kelewat senang.... hihihihi perjuangan masih panjang.
ha ha ha begitulah dunia sempit kita , kompasiana itu hanyalah hotel yang menyediakan "dishes" bukan "cuisine"