ERIANTO ANAS DAN EST - MENGAPA KALIAN BERDUA TIDAK PD DALAM BERAGAMA?
Saya pernah membaca tulisan EA: Agama saya Islam Atheis. Atau Agama saya Islam Katolik Buddhisme dan sebagainya. Kemudian saya baru baca tulisan mbak EST Agama Saya Kristen Kharismatik Yahudi Kaballah....
CKCKCKCKCCK.... untuk dalam bercengkrama dengan kedua sosok ini Traktor Lubis tetap puas dengan Buddhisme yang dihayatinya. Wakakakakakaka.....
Sebenarnya Saya ngerti kok apa yang ingin mereka sampaikan. Bahwa kedua sosok yang saya sayangi ini, hihihihi ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki keyakinan yang universal. Tidak ingin fanatik pada satu label baju saja. Tapi walaupun EA misalnya Muslim, dia tetap bisa memahami 5 warna bendera Buddhis. Begitu juga dengan EST dengen Kristen Kharismatik Jahudi Kaballahnya.... Ah, saya justru tahu Kaballah itu dari Madonna, idola gw semenjak jaman nyak lu masih perawan.... hehehehe
Lalu gejala apa ini sebenarnya?
Apakah modernisasi kemajuan di jaman sekarang ini mulai bergeser porosnya akibat gempa dasyat di Jepang kemaren? Dan kembali saya ke diri saya. Tanpa bermaksud sok beriman atau labih suci. Saya menunduk, dengan malu malu masih berbicara lewat lewat pandangan yang saya rasa sudah memenuhi segala rongga keingintahuan saya selama hidup ini. Hanya lewat Buddhisme. Baik melalui ke 3 aliran besarnya. Maupun melalui sejumlah sinkritismenya dengan Hindu, Taoisme dan Khong Hu Cu.
Sebagai Buddhis, mempelajari Islam, ikut ngaji alib, ba, ta, sa.... tidak mengurangi esensi saya sebagai pemeluk Buddha. Sejujurnya, sebagai Buddhis atau orang yang berani mengaku memeluk Buddhis. Tidak pernah sekalipun seumur hidup saya di wisudi (baptis - Kristen, mengucapkan kalimat shahadat - Islam).
Wisudi agama Buddha dilakukan saat ingin menjadi pemeluk Buddha, setelah mengalami masa percobaan sekian waktu, lalu menemui seorang murid Buddha (Bhiksu/bhikku) dan berikrar untuk berlindung pada Sang Triratana (pali) atau Tri Ratna (Sankrit). Yaitu, pernyataan berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha.
Saya tidak pernah diwisudi. Sehingga saya juga tidak memiliki nama Buddhis seperti teman teman Buddhis saya yang lain.
Apakah ini akan mengurangi nilah sah nya saya sebagai Buddhis?
Syukurnya Tidak! Wisudi dalam Buddhis bukan apa apa. Tak ada konsekwensinya sama sekali. Hanya berupa pernyataan pribadi setiap Buddhis pada ajaran Buddha yang akan dijalankannya.
Tak diucapkan juga tidak apa apa. Tidak ada istilah, hanya lewat Buddha Dhamma anda baru bisa mencapai Nirvana... no no no......
Jadi Wisudi itu untuk apa? Untuk menguatkan niat umat, menurut saya. Bila anda punya tekad untuk melakukan sesuatu, akan lebih terarah bila anda sudah membuat janji kan? Karna bagi manusia janji itu adalah ucapan yang seharusnya ditepati.
Itulah wisudi Buddhis. Jadi, bilapun misalnya saya hari ini mau masuk Islam, besok masuk Kristen. Saya tidak akan pernah mutad di Buddhis. Kapanpun saya bisa kembali. Tidak kembali pun tak apa apa... Yang penting bagi saya adalah kebajikan. Perbuatan, perkataan dan pemikiran benar.
Agamanya hanyalah sampah. Agama Buddha juga. Terikat pada agama adalah belenggu paling sulit dipisahkan dari manusia. Lebih sulit dipisahkan daripada harta, nyawa dan hal hal apapun juga, bila bathin diselimuti kebodohan.
Pada tingkat yang mulia.... agama adalah sampah! sampah sampah bathin yang sudah menjerumuskan miliaran orang ke jurang penderitaan. Lewat darah atau tidak. Sejarah mencatatnya setiap hari. Itulah kalau agama sudah mengikat manusia sampai ke akar akarnya.
Kapan saja saya bisa pindah agama. Tapi agama saya sampai saat saya menuli sini tetap Buddhis. Bukan Buddhisme Islam, Buddhisme Katolik, Buddhisme Muhammadiyah... Tidak... NO WAY LA YAOUUUU! Agama saya Buddhis. Jadi si Sang Renasaince yang nuduh saya Kristen karena tidak membelah Islamnya dia, malah mengajak merangkul umat Ahmadiyah... itu orang yang begonya ga ketulungan. Dia sudah gak bisa membedakan mana yang agama, mana yang Islam, mana yang Tuhan, mana yang Muhammad..... ah.... ribet!
Salam - Traktor Lubis
ya baguslah kalau tetap berkeyakinan menjadi buddhis tanpa embel2.. itu namanya teguh pendirian tidak mudah goyah meski diterjang tsunami..
aku baru tau nih istilah2 budha lumayanlah nmbah2 ilmu, memangnya di budhis ada juga istilah murtad ?
Saya telat baca yang ini! posting saya di artikel lain seakan menjadi pembenaran tulisan abang di atas...
Menilik kembali apa yang saya tulis di artikel abang mengenai Buddhisme tidak menyembah patung, di sana saya menulis bahwa apa salahnya menjadikan ajaran Buddha sebagai acuan tanpa meninggalkan keyakinan saya supaya saya jadi orang benar, berarti saya jg tidak PD dgn agama saya ya bang?
Maya:
Tak ada istilah murtad.
Dani:
Sebaliknya harus dipertanyakan. Justru saya menulis sebagian Buddhis Menyembah patung.
di sana saya menulis bahwa apa salahnya menjadikan ajaran Buddha sebagai acuan tanpa meninggalkan keyakinan saya supaya saya jadi orang benar, berarti saya jg tidak PD dgn agama saya ya bang?
Tidak ada masalah dalam Buddhisme. Bagaimana di agama anda?....
Entah apa saya akan dicap anak domba yang tersesat jika saya menjadikan ajaran Buddha sebagai acuan untuk menjadi orang yang lebih baik. Ketika saya mengikuti latihan meditasi mengenal diri 2X (yang satu selama 3hari dan pada kesempatan lain saya ikut selama satu minggu), sesama domba Tuhan memandang saya aneh dan dianggap menyimpang serta menduakan Tuhan saya. Padahal dalam meditasi tersebut, tidak ada ritual Buddhisme yang harus dilaksanakan meskipun kegiatan tersebut berlangsung di Vihara Mendut. Bahkan umat Buddha-nya pun sendiri pada saat itu diminta untuk tidak perlu melakukan penghormatan pada patung Buddha yang berada di ruang peribadatan.
Dalam latihan meditasi tersebut, yang diajarkan adalah hanya diam; mengamati lalu-lalangnya pikiran, melatih kesadaran tanpa harus melawan dan memberi cap apapun terhadap segala yang ada. Hanya diam, diam dan diam. Tujuan diam tersebut adalah berhentinya pikiran dan terciptanya ketenangan bathin. Jikalau pikiran sudah tenang, maka keinginan akan padam dengan sendirinya.
Dalam agama saya, saya pribadi merasa bahwa untuk menjadi orang benar adalah dengan mentaati semua perintah dan menjauhi larangannya. Untuk menjadi orang baik, harus ditakut-takuti dulu dengan yang namanya dosa. Menjadi dan berbuat baik menurut pandangan saya pribadi bukan datang dari diri sendiri. Datang beribadah, melakukan ritual keagamaan hanya menjadi suatu kewajiban karena itulah maunya Tuhan. Jika kita taat, maka Tuhan akan baik kepada kita, demikian juga sebaliknya. Tapi apa Tuhan seperti itu? Bukankah berkata baik, bertindak baik, dan berpikiran baik juga merupakan salah satu sarana untuk memuliakan Tuhan dalam agama saya? Apakah saya menyimpang dari ajaran agama saya? Saya tetap mengimani apa yang saya percaya dan saya hanya ingin menjalani hidup dengan tenang dan benar. Apakah saya juga bisa disimpulkan mencampuradukkan ajaran agama?
Dani: salut... Terlepas dr anggapan masyarakat... Akan aneh kedepannya bagi kamu saat ngomong soal Tuhan ketika semakin menghayati ajaran buddha. Tidak mempedulikan patung masih tahap awal, sampai anda mencapai jhana jhana tertentu, dalam istilah buddha, masuk ke arus... Sudah sukar untuk kembali.
JIAKAKAKAKA...... abisnya gue gedeg sama orang2 ! wakakaka.....
Est: tinggal nunggu EA wakakaakakaka
EA lagi pusing urusan ranjang.. xixixi
sudah cerai kan?
Permisi agan Traktor yg super,
Ketika Yesus mengajar berdoa: "Datanglah kerajaan-Mu", maka yg Ia kehendaki adalah agar nilai2 kerajaan Tuhan itu datang menguasai seluruh kehidupan kita: kebenaran, keadilan, kasih, perdamaian dst-dst...
MenerimaNya tidak sama dengan sekadar menganut sebuah agama, karena agama cuma sebuah bentuk komunitas/persekutuan. Yg paling pokok adalah hidup dalam nilai2 kerajaanNya, berbalik kepadaNya dari pertikaian dan perpecahan kepada persekutuan dan perdamaian...
Sang reformator yang mati muda itu namun menjadi inspirasi bagi para filsuf, seniman, sineas, nabi2, raja2 duit, penguasa2 dunia, para ilmuwan:Yesus Kristus katakan: "Jika kebenaran itu datang padamu maka ia akan memerdekakanmu"
"hari sabat itu utk manusia bukan manusia untuk hari sabat"
Agama itu untuk manusia bukan manusia untuk agama...
Menurut aku sih boleh KREATIF dalam mengolah kehendakNya dalam koridor nilai2 kerajaanNya...
Mau kedua tangan ditaruh di atas hidung atau di atas jidat lalu digoyang2kan ketika menyembahnya atau bagaimanalah DESIGNnya...monggo...
Edu: masing masing orang punya pemahaman sendiri tantang KerajaanNya... Surga, Neraka, atau hal hal lain yang tertulis di Kitab Suci.
Usaha untuk memadukan semua persepsi itu adalah nihil. Anda dan saya tidak tahu pasti apa yang diinginkan Tuhan, apa maunya, apa yang dia suka, apa yang dia benci.
Makasih sudah mampir yah... tulisan ini semata guyon sarkas saya dengan mas EA dan mbak Est. Sekedar saling mengingatkan, yah kemungkinan mereka berdua memandang agama mempunyai nilai universal dan satu.
Sementara saya tetap kukuh. Bahwa bairlah Buddha tetap Buddha, Kristen tetap Kristen, dan Islam tetap Islam.
Tanpa harus disatusatukan, toh kita tetap bisa menjadi keluaarga.