BUDDHIS NYEMBAH PATUNG


Betul saya tidak bohong. Sebagian besar Buddhis adalah penyembah patung. Tapi bukan sembarang patung. Yang mereka sembah adalah patung Buddha, Patung Meitreya, Patung Dewi Kwam Im, Patung Amitabha dll.

Siapa siapa patung patung itu?




1. Buddha
Umumnya yang disebut patung Buddha adalah patung yang dibentuk dengan ciri ciri tertentu yang menggambarkan seorang laki-laki berwajah bijak agak bundar dengan pandangan lembut dan tubuh yang sempurna. Rambut kriwil kriwil seperti disanggul di atas.

Konon katanya bentuk kepala seperti itu karena volume otak di kepala Buddha lebih besar dari ras manusia manapun, maka dari itu disamarkan dalam bentuk rambut kriwil kecil yang menjulang ke atas, kalau orang sekarang menyebutnya sanggul.

Laki-laki yang diabadikan dalam bentuk patung itu pernah hidup 2500 tahun yang lalu, dengan nama Sidharta Gautama. Pendiri agama Buddha.


2. Dewi Kwam Im
Ini dalam Buddha Mahayana bernama Avalokitesvara. Dewi Kwam Im ini diyakini sebagai kelahiran kesekian dari Bodhisatva (calon Buddha) Avalokitesvara tadi, yang arti namanya kira kira sama dengan Jesus, Tuhan yang lahir ke dunia itu menyelamatkan manusia. Oleh karena itu umumnya umat Buddha tidak masalah dengan konsep Tuhan sebagai manusia.

Patung Avalokitesvara paling banyak disembah oleh pemeluk Buddha. Karena sifatnya yang sebagai penolong manusia dari penderitaan. Semacam penyelamat. DI Cina muncul dalam sosok perempuan. Namun di Candi Mendut, patung Avalokitesvara dibentun dalam sosok laki-laki. Demikian juga di daerah lain. Banyak sosok Avalokitesvara bukan sebagai Dewi Kwam IM (yang sekilas mirip sosok Bunda Maria di Katolik)



3. Meitreya
Biasanya dibentuk dalam sosok manusia gendut dengan wajah ketawa. Umat Buddha sebenarnya menolak ini sebagai sosok Buddha Meitreya yang akan datang. Tapi bagi pemeluk I Kwan Tao, yang ngotot bahwa mereka juga bagian dari agama Buddha di Indonesia, sosok bhiksu gendut dengan wajah tertawa tersebut adalah sosok Buddha Meitreya.

Sebenarnya sosok bhiksu ketawa tersebut sangat diragukan sebagai tokoh sejarah. Tetapi lebih kepada mitos. Untuk lengkapnya, silahkan baca tulisan ini:

Ahmadiyah dalam Buddhisme

Jadi, patung Meitreya ini tidak disembah umat Buddha. Hanya disembah umat Meitreya yang mendompleng pada agama Buddha di Indonesia, agar diberi izin berkembang.


4. Buddha Amitabha
Ini juga banyak disembah pemeluk Buddha Mahayana. Diyakini Buddha Amitabha adalah Buddha cahayanya gilang gemilang terpancar di mayapada.

Saya kurang tahu banyak tentang Amitabha ini. Tapi bila anda menonton fllm film silat Hongkong ada bhiksu yang ngucap... Amitabha, itu artinya kira kira seperti 'Allahuakbar' atau di Kristen OMG. Nah, disini yang diucap adalah nama Buddha yang cahayanya paling gilang gemilang ini, Amitabha....

(Penggunaan Allahuakbar dan OMG bukan berarti identik sama. Tapi lebih kepada demikianlah kira kira maksudnya. Tentu saja Allah, God dan Amitabha punya sifat sifat yang bisa berabad abad kita debatkan bahwa mereka beda!)


===========================

Mengapa saya mengatakan bahwa Umat Buddha menyembah patung patung tersebut?


Karena patung patung yang berada di klenteng dan Vihara itu yang diletakkan di altar bukan sekedar pajangan atau hiasan seperti patung yang ada di lemari. Ada titik di dahi yang sudah diterahkan disana. Itu sebagai tanda bahwa patung tersebut sudah layak disembah.

Namun harap diingat. Bahwa penyembahan patung patung tersebut berbeda dengan penyembahan Tuhan di agama agama lain. Umat Buddha jarang sekali menyembah nyembah minta sesuatu untuk dirinya.

Jadi, doa saja hampir bisa dibilang tidak ada di agama Buddha. Patung patung yang sudah ditandai di kening tersebut dijadikan pusat konsentrasi dalam melakukan puja bhakti. Pembacaan paritta paritta (ayat ayat dari kitab) serta menjadi objek meditasi. Latihan pemusatan pikiran.

Jadi ini dulunya menurut sumber Buddhis yang terpercaya diceritakan bahwa pada saat Buddha Gautama memberitahu murid muridnya bahwa dia akan segera Parinibanna (wafat - red) maka muridnya bertanya, bagaimana cara mereka bisa mengingatnya. Dalam hal mengingat Buddha Gautama agar mereka tetap merasa bahwa Guru mereka tetap bersama mereka. Buddha mengatakan bahwa mereka boleh membuat 'ruphang', ruphang ini adalah bentuk bentuk menyerupai Buddha.

Lalu juga diceritakan tentang stupa, yang merupakan lambang mangkok ditelungkupkan dengan tongkat di atasnya. mangkok dan tongkat adalah perlengkapan menerima makanan yang dilakukan bhikku-bhikkuni.

Demikianlah akhirnya patung patung itu dibuat. Untuk yang digunakan sebagai pembantu konsentrasi dan pembacaan paritta paritta di Vihara, diberi tanda di kening. Jadi seakan akan ada yang mengawasi atau perasaan Buddha beserta umatnya di Vihara.

Tradisi pemberian tanda di kening ini umumnya dilakukan oleh sebagian umat Buddha Mahayana, terutama yang berasal dari Tiong Kok.

Dalam mempelajari kitab kitab suci Buddha yang merupakan ilmu pengetahuan bathin dan logika itu, tak jarang umat Buddha melakukan hormat kepada patung patung Buddha yang sudah ditandai itu. Bahkan juga mereka melakukan namaskara, menghormat pada Buddha Ruphang dengan cara sujud menyentuhkan 5 titik tubuh ke lantai.

Seorang Bhiksu dari Tibet akan melakukan namaskara begitu berkesempatan berkunjung ke candi Borobudur. Saya tidak tahu apakah semua bhiksu melakukan hal seperti itu, tapi saya banyak melihat begitu.

Umat Buddha tidak minta minta dalam puja bhaktinya. Puja bhakti itu lebih sebagai proses belajar agama lewat kitab kitab agama Buddha. Yang tanpa dilakukan di Vihara juga oke. Tanpa Buddha Ruphang juga oke.


Jika ritual seperti itu disebut sebagai menyembah, maka benar umat Buddha menyembah patung. Namun bila ditanya ke umat Buddha-nya... maka umat Buddha nya bingung... Karna umat Buddha tidak nyembah apa apa. Apalagi yang aliran Theravada. Konsentrasi pikiran/meditasi yang hanya bisa dilakukan jika ada patung Buddha, itu salah satu bentuk keterikatan yang harus diputuskan. Melepaskan keterikatan pada apapun. Menjadi diri sendiri. Menghormati diri sendiri. Sadar atas perbuatan sendiri. Melakukan hal hal apa saja atas kemauan sendiri. Bukan karena takut Buddha marah. Bukan karena takut Tuhan murka. Bukan karena surga. Bukan karna takut neraka.

Umat Buddha tahu banget hal tersebut.



Bukannya umat Buddha tidak takut pada Tuhan akan marah. Tapi umat Buddha tak mau muluk muluk membicarakan hal hal yang tidak bisa dibuktikan ke orang lain tentang kebenaran atau kesalahannya. Patung patung itu berguna? jelas sekali berguna. Entah sudah berapa ribu orang terinspirasi oleh patung patung Buddha di Borobudur itu. Namun patung itu tetap batu, kayu, giok atau persolen.

Bahkan, bila patung patung kayu di Vihara itu begitu sia sia tak ada gunanya saat kayu bakar di Vihara habis, sementara salju turun lebat di luar, master Zen tidak akan ragu ragu menyuruh muridnya membakar patung kayu itu untuk selemat sampai besok pagi melawan dingin.

Namun, pertanyaan kembali ke kemanusiaan atau ke kepatungan atau ke nilai nilai sejarah, atau ke pelestarian peradaban lampau. Bijakkah kita menghancurkan peninggalan peningalan sisa sisa kejayaan masa lampau? Atau simbol simbol yang bisa menyakiti hati umat beragama? sebenarnya tidak menyentuh agama itu sendiri.

Agama Buddha akan tetap besar, walau patung Buddha Bamiyan yag paling besar di dunia dihajar lebur oleh bom Taliban.
Agama Kristen akan tetap besar, walau patung Jesus di Rio De Jenairo disambar petir.
Agama Islam akan tetap besar, walau Al Quran dibakar di New York.
Agama Hindu akan tetap besar, walau beberapa pura mereka dirusak massa di Lombok.

Namun ada satu bagian dalam kepercayaan Buddha. Bahwa hukum karma, adalah hukum alam yang tidak satupun yang ada di mayapada ini bisa lepas dari akibat perbuatan yang didasari kehendak.

Hukum alam akan menghukum siapa saja. Bukan patung Buddha di Afaganistan yang memhukum. Batu mana bisa menghukum. Yang menghukum adalah Hukum Karma. Suatu sebab menyebabkan akibat.


Kelakuan membom peninggalan warisan peradaban dunia ribuan tahun dikecam seluruh dunia. Yang mengakibatkan Taliban dikucilkan dalam pergaulan berbangsa di dunia. Bahkan negara negara Islam banyak yang mengecam aksi brutal pada batu batu tak bernyawa itu...

Nah, begitu WTC dihajar teroris, kambing hitam dicari. Masih fresh dalam ingatan perbuatan anti agama lain yang dilakukan Taliban. Tudingan ke Afganistan. Begitulah cara kerja hukum Karma. Hukum alam yang tak satupun yang ada di mayapada ini yang bisa menolaknya.

Kelakuan Ahmad Dhani yang selama ini sedikit banyak sdah menyingung banyak umat beragama Islam. Di luar benar atau salah. Tetap merupakan sebab. Akibatnya Dhani masuk daftar oleh mereka yang tidak setuju. Dan Bom buku dikirim.

Pelaku Bom kayu juga, akibat perbuatannya, kita lihat saja nanti. Apakah ini perlakuan murni teroris berkedok agama, politik pengalihan perhatian. Ada sebab, pasti ada akibat. Begitulah kira kira hukum Karma bekerja.

Bukan seperti yang anda kira selama ini. Bapaknya berbuat, anaknya yang menanggung. Anda berbuat, anda menanggung akibat. Saya terlalu produktif, saya dibenci, saya difitnah, saya dicampakkan. Karmanya berasal dari sebab yang dari perbuatan saya. Pada sisi lain, pada mereka yang iri hati, dengki dan norak itu hukum karma juga bekerja. Ada yang cepat berbuah ada yang lama. Tapi pasti berbuah.

Anda mau membakar Al Quran atau Alkitab? lakukan diam diam, tak ada orang yang disakiti oleh perbuatan anda. Tak ada akibatnya. Hanya mungkin kalau tidak hati hati tangan anda bisa terbakar. tapi itu karna anda tidak hati hati.

Namun bila anda gembar gembor mau bakar Al Quran mau bakar Alkitab. Umat yang tersakitilah yang akan memicu hukum karma. Bukan kitab kitab itu.





Salam - Traktor Lubis
Artikel Yang Berhubungan Badan:


8 Response to "BUDDHIS NYEMBAH PATUNG"

  1. Est says:

    Mantab banget bang! haha.. sarapan apa tadi pagi kok tulisannya bisa mirip?

    btw, saya ralat ya, Allahuakbar itu identik nya dengan Haleluya.

    Traktor says:

    Amitabha juga.... itu ngucap kira kira Puji Buddha.... Buddha maha besar.... cahayanya gilang gemilang.... begitulah kira kira...

    dani says:

    meskipun saya bukan Buddhis tapi saya sangat terkesan dengan ajaran2 Buddha. Contohnya tentang penderitaan batin. Penderitaan batin timbul karena adanya keinginan2 dari dalam diri kita. Jikalau keinginan tersebut tidak terpenuhi, maka akan timbul penderitaan dalam berbagai bentuknya, sebagai contoh stres atau menyalahkan keadaan. Seandainya keinginan itu terpenuhi pun, pasti kita ingin sesuatu yang lebih dari apa yang ada. Segala cara ditempuh agar keinginan kita bisa terpenuhi. Wah, kalau begitu terus, batin tidak akan tenang dan karena batin tidak tenang itulah maka timbul peneritaan.

    Umat Buddha bukannya tidak boleh mempunyai keinginan. Keinginan boleh saja dipunyai tapi keinginan tersebut hendaknya dilandasi dengan kesadaran. Jika semua dilandasi dengan kesadaran, kalau keinginan terwujud tidak akan terlalu senang dan jika tidak terpenuhi pun tidak akan menderita. Yah semua wajar saja.

    Dalam agama Buddha pun sepengetahuan saya diajarkan supaya kita tidak melekat pada sesuatu. Tidak ada yang kekal didunia ini. Kalau orang sudah melekat, mobil diserempat motor aja muring-muring agak karuan; sumpah serapah dikeluarkan, kalau perlu jotos melayang (padahal kalau mobil diasuransi, ngapain juga ya berbuat seperti itu hehehe...). Tapi itulah, karena manusia terlalu melekat pada yang tidak abadi, maka ketika terjadi "musibah", rasanya menderita banget (tuh khan ternyata ujungnya penderitaan juga).

    Aduh maaf bang, saya ngelantur kemana-mana. Mohon maaf juga kalau ada kesalahan mengenai ajaran Buddha yang saya jabarkan di atas, maklum saya bukan Buddhis tapi saya penganut ajaran agama lain yang terkesan dengan ajaran Buddha. Saya jadi ingat dengan perkataan Bhante Sri Pannyavaro "Bagi seorang bukan Buddhis, kalau menurut anda ajaran itu baik, laksanakan saja tanpa perlu anda menjadi seorang Buddhis." Bweh, mana ada pemimpin agama lain ngomong kayak ngono? kalau minta konsul, bisa2 di"hasut" untuk jadi bagian dari umat mereka. Saya juga kayaknya gak pernah denger pemimpin umat Buddha muring2 kalau ada ada umatnya yang pindah haluan (ini kayaknya lho bang, kayaknya.). Ya itu tadi, karena mereka melatih kesadaran.

    Maaf bang kalau saya urun komen. ini komen saya pertama di blog. Saya adalah korban Prof. Dr. Erianto Anas, rektor blogernas, hahaha..korban si prof sesat tapi malah nyasar di pangkalan traktor lubis.

    Salam kenal dari saya, Daniel (seorang pengagum Buddha beragama Kristen hehehe..).
    Semoga semua berbahagia.

    Traktor says:

    @Dani,

    makasih sudah mampir dan nimbrung.
    Yang ingin saya sampaikan disini adalah. Buddhisme tidak mempermasalahkan bila;
    - anda memilih menyembah patung
    - anda memilih menyembah iblis
    - anda memilih menyembah Tuhan
    - anda memilih menyembah apa saja... pohon, batu, gunung dsb....

    Buddhisme tidak menyarankan anda untuk menyembah apapun.

    Yang disarankan Buddhisme adalah perbuatan benar, perkataan benar, pemikiran benar.

    Indikator benarnya gampang: bila suatu hal dilakukan tidak merugikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri, maka hal tersebut dapat dikatakan benar.

    Oleh karena itu, Buddhisme itu simple: hanya kebajikan.

    dani says:

    Kebajikan tersebut apakah betul bersumber dari pengendalian diri bang? karena jika bisa mengendalikan diri, maka akan timbul perbuatan benar, menuturkan perkataan benar, dan menghasilkan pemikiran benar?

    maaf bang kalau saya bertanya. Jika memang ajaran Buddha bisa menjadi acuan untuk menjadikan saya sebagai orang benar tanpa saya meninggalkan apa yang saya yakini sekarang(dalam tataran paling dasar saja, yaitu untuk diri saya sendiri dan untuk orang2 terdekat saya) kenapa tidak saya implementasikan dalam kehidupan keseharian saya?

    mohon arahan dan penjelasannya bang. Terima kasih

    (kalau ada yang tidak berkenan, jangan lah saya dtabrak dan dilindas traktor abang)

    Traktor says:

    Dani:

    Kalau anda takut dilabrsk atau dilindas, terutama dalam hal pemikiran, anda belum siap dengan Buddhisme.

    Pikir pikir dulu matang matang.

    BigBroZ says:

    mas Traktor ada2 aja..judulnya 'ngena' banget di hati para pecinta Buddha..Tapi isinya..WAW!!sungguh beda dari kata "Negatif"..hehehe..mas Traktor telah membuka mata batin saya..jadi bisa liat hantu ni.hahahah..^^

    Traktor says:

    lanjutkan! hehehehehe

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme