Erianto Anas Bukan Dewa, Apalagi Tuhan



Jangan berpikiran begitu. Tapi silahkan juga kalau dengan kesadaran sendiri mau menjadi begitu.

Itu yang saya istilahkan dengan 'sendok'... hanya bisa bersentuhan langsung dengan sayur, tapi tak tahu bagaimana rasanya itu sayur. Banyak penggemar EA yang seperti sendok. Membaca, menjalani, melakukan, praktek semua tulisan EA... tapi tidak tahu sama sekali apa yang ingin disampaikan. Setidaknya begitu menurut saya dari komentar-komentar yang muncul.

EA juga kadang kadang begitu. Suatu komentar atas tulisannya sendiri hanya diberi komentar..."hahahahahaha asli ngakak saya bacanya..." coba anda bayangkan, sebuah komentar canggih yang menyodok diabaikan, yang sisa cuman sekedar 'ngakak'.... wakakakakaka

============================

Nah, nasi itu jadi lebih berbahaya daripada rokok. Mengapa demikian?

Diabetes paling subur berkembang di negara negara Asia yang makanan pokoknya nasi/beras. RRC, Jepang, Indonesia, dan negara negara Indocina adalah negara negara utama pengidap diabetes. Dibandingkan dengan negara negara barat dan timur tengah yang umumnya punya makanan pokok yang lebih beragam. Dari roti/terigu/gandum sampai ke kentang.

Tidak ada yang memperingatkan anda di karung beras akan bahaya makan nasi. Begitu juga di cangkir kopi anda. Atau dibungkus kiloan gula yang anda beli.

Rokok menjadi lebi terkendali. Karena sudah diperingatkan.

Anda bisa buktikan dari lingkungan di sekitar anda. Berapa orang yang kena diabetes dan berapa orang yang kena penyakit seperti di bungkus rokok; impotensi, kanker, jantung dan gangguan kehamilan dan jantung.

===================================

Dulu, SBY menjadi berbahaya karena tidak terkritik. Rakyat Indonesia mengkultuskan dia. Siapapun yang memprotes kebijakan SBY akan dituding pro Mega dan pembenci SBY.

Akhirnya SBY tumbuh seperti sekarang. Raksasa yang semakin sulit jalan di jalan yang benar. Sampai Nazaruddin lari ke Singapura pun tau dari koran? menyedihkan....

===================================

Begitu juga Harry Potter. Harry bisa sekuat itu karena ada Hermione yang cerewet pintar dan bawel. Tanpa malu malu melancarkan protes, kritik, argumen yang bisa membuat Harry tidak berkutik atau berniat menjadi diktator. Begitu juga Ron dan Dumbledore. Kemarahan Ron sampai meninggalkan Harry dan Hermione adalah pukulan atau protes paling keras yang dihadapi Harry. Harry sadar,Ron bukan budak, bukan pengagumnya. Tapi temannya, yang punya jiwa dan emosi.

Dumbledore marah dalam diam saat Harry tidak menyelesaikan tugasnya. Kemarahan yang dilukiskan Harry lebih menyakitkan daripada misalnya dimaki, dibentak, dihajar. Tapi Dumbledore melakukan protes dalam bentuk lain, yang mengena ke Harry sendiri, ke sudut paling dalam. Dalam diam, Harry bisa merenung diri, meditasi meneliti dirinya sendiri.

=====================================

Bagaimana jadinya bila Erianto Anas anda dewa-dewakan? Wahai para sahabat Erianto Anas?.... Selama karir bloggingnya, Erianto Anas jarang mendapat kritik. yang paling sering adalah, Dipuja dan dihujat. Bahkan dua sisi norak ini muncul menjadi satu tab di sidebarnya.

Erianto Anas bukan dewa. Apalagi Tuhan. Dia sama dengan anda sama sama mahluk Tuhan katanya. Hanya atas usahanya sendiri, dia sudah lebih dahulu 'menemukan' hal hal yang belum saya dan anda temukan. Kita berteman dengannya.

Jadi, jangan pernah mengaku teman Erianto Anas kalau tidak pernah melancarkan kritik pedesa ataupun donat, padanya. Anda hanya akan tetap menjadi member fans club Erianto Anas, tanpa pernah menjadi staff dan administrasi Fans club itu.


Artikel Yang Berhubungan Badan:


2 Response to "Erianto Anas Bukan Dewa, Apalagi Tuhan"

  1. Loh
    jelas kan?
    EA menulis
    Traktor mengkritik
    Saya memandang dengan mata berbinar2....
    masing2 punya tugas.
    apa mau tukaran?

    Gina says:

    Eh, bener ini. Cuma masalahnya 'dikritik' dan 'dihujat' itu beda2 tipis. Dan menurut saya, kalau mau jujur lho ini, TL dan EA agak2 sensitif kalo berurusan dengan hujatan dan/atau kritikan. Padahal kalo menurut saya, kalo ada yang menghujat, ya biarin aja. Malah kliatan tololnya. Nggak perlu sakit hati.
    Seperti misalnya komen di post TL tentang orang Buddha dengan kitab palsu itu. Ato post si bloparia. Mungkin saja yang nulis itu mengkritik, tapi ditangkap oleh TL sbg menghujat, terus malah jadi bete.
    Sekarang kita ke contoh yang sederhana saja. Kalau misalnya saya bilang: "Saya nggak suka logo TL. Jelek."
    Nah lho, ini hujatan atau kritikan? Menurut saya kalimat itu pendapat pribadi, tapi ada unsur kritikan. Tapi bisa aja ditangkap sebagai hujatan. Repot kan.

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme