Saya tak akan pernah menyerah.  Apalagi soal menyiarkan kebaikan (setidaknya menurut saya). Bila tak boleh memakai sendok, kita masih bisa makan dengan tangan. Yang penting adalah niatan baik. Sesuatu yang baik sedapatnya berbuah baik.  Bila buahnya busuk, kemungkinan ada ulat yang menggerogotinya.

Kemungkinan terlalu masak sewaktu diperam. Anda saya yakin lebih tahu dari saya.

Saya ingat cerita ini.  Dulu di Kisaran - 4 jam dari Medan.  Kota kabupaten kecil untuk ukuran Jakarta.  Tahun 2000an, satu dekade dari sekarang. Saya punya band yang suka ngejam lagu-lagu orang lain. Lambat laun mengikuti perkembangan kemampuan, akhirnya menulis lagu dimulai.

Lagupun jadi, dicari aransemen yang pas secara bersama sama.  Ada niatan untuk mengabadikannya dalam bentuk rekaman.  Tapi Kisaran, bukan Medan. Di Medan saja, studio yang bisa bikin demo rekaman saat itu sekitar 600.000,- 1 jam, untuk kwalitas yang pas-pasan.

Namun kendala ini bukan hambatan.  Tak sanggup sewa studio, mengapa tidak merekam sendiri?

Dan yang datang adalah tawa. Hahahahaha…. besar kepala kata orang.  Mimpi disiang bolong kata orang.  Macam macam lah kata orang. Tawa ini akan semakin kuat kalau tidak ada langkah nyata.

Saya pakai komputer kantor. Baca aneka buku tentang Home Recording. Praktek sendiri.  Teman teman yang seide saya kumpulkan.  Jadilah 5 orang anggota band saya semua. Pemain bawa alat sendiri.  Kebetulan drum saya punya.

Tak punya dana buat studio yang kedap suara, saya akali dengan seprey.  Iya, alas pembungkus kasus itu.  Selimut yang lebih tebal juga dipakai.  Jadi pemain bawa seprey dan selimut kalo mau home recording. Paku dinding, tarik kawat. hamparkan selimut dan seprey.  Mulai sesi sesi rekaman yang menegangkan.

Bisa!

Jangan Menyerah! Krativitas tak pernah kenal batas. NKRI tak ada kalau pendiri bangsa dulu menyerah. Apakah anda pikir anda tidak sama besarnya dengan mereka? pahlawan pahlawan itu? Kolom Agama dihapus. Selama anda masih diizinkan menulis, menulislah…. agama tidak harus dibaca di wacana agama saja. Agama ini persoalan hidup.  Akan lebih menyatu dengan hidup bila agama dikeluarkan dari kotaknya.  Kotak Kolom Agama.

Saya akhiri pidato kaya Soekarno ini.  Sambil membaca, tak ada salahnya anda nikmati lagu tulisan saya yang sudah saya rekam di Home Recording pribadi dadurat saya, satu dekade yang lalu: