Pertempuran Terakhir Erianto Anas vs Traktor di Kompasiana


Oleh: Traktor Lubis dan Erianto Anas.  
Dikompori oleh: Alek Laksana, Arimbi Bimaseno, Elly Suryani dan Hesya Permana

Pertempuran terjadi di artikel ini, yang sebelumnya dimuat di Kompasiana.  Oleh Erianto Anas, si biang kerok di Kompasiana wakakakaka, face to face dengan Traktor.  Seru, berdarah darah, sengit, namun tak sampai ada jatuh korban jiwa....


Membabat Habis Biang Kerok Debat Kusir Agama






Traktor Lubis - 27 February 2011 03:54:04

Ketika sebuah tulisan memicu debat kusir, maka yang dihabisi bukanlah sebuah tulisan, apalagi akun. Apalagi rubriknya. Masih banyak yang membutuhkan sebuah tulisan selain para pengacau iklim diskusi. Aplagi memberangus rubriknya. Sangat disayangkan rubrik ini dihapus hanya gara-gara oknum tertentu yang tidak memadai, sementara ribuan Kompasianer lain mungkin masih positif berkiprah di rubrik tersebut. Baik para penulis maupuan komentatornya. Begitu juga para peselancar bebas di luar member.


=============


Menurut analisa Daily Traktor, hal yang anda tuliskan dibagian yang saya kutip itu tidak mencakup keseluruhan alasan mengapa rubrik agama diberangus. Marilah kita to the point saja. Bahkan pada tulisan anda kerap tertulis PERHATIAN! DOSIS TINGGI! atau ANAK ANAK DILARANG MASUK.


Sebanarnya dengan pernyataan tersebut anda ngerti sungguh sungguh, bahwa tidak semua Kompasianer itu sudah layak mendapat DOSIS TINGGI dan tidak semuanya sudah AKIL BALIK. Bahkan di surat kepada Admin yang sempat saya angkat ke tulisan saya, ada yang KEPONAKANNYA suka ngintip Kompasiana.
Begini lah situasi di Kompasiana. Anda harus mengerti itu. Disatu pihak anda ngotot untuk tetap memajukan pendapat anda. DIsisi lain anda menutup mata pada konflik yang disebabkan JUDUL tulisan anda.


Anda berkelit itu bahasa EKSPRESIONIS yang SASTRA. Nah, Boleh dong pihak lain berkelit juga, bahwa judul judul itu SARA.


Imbang kan?

Jadi kalau menurut saya, silahkan mau diterima atau ditolak. Saya hanya mengharapkan yang terbaik. Anda tetap disini, dan Kompasiana tidak kena BOM setiap hari setiap tulisan anda muncul.

Oh, iya ngelantur… wekekeke, kembali ke menurut saya.

KOMPROMI. Bukan dalam artian mengalah. TIDAK. Anda picik kalau memandang begitu. Anda harus mengerti situasi juga. Cobalah melihat menurut sudut pandang ADMIN yang mungkin saat melihat arsip report atas tulisan anda. Kemudian pada kesenangan anda menuliskan hal hal yang tidak sewenang wenang yang anda terima dari Admin Kompasiana.

Bagi anda, itu adalah jeritan hati anda. Saya setuju kebebasan berpendapat itu boleh boleh saja. Tapi disisi lain, anda juga harus melihat dari kaca mata ADMIN. Apa yang mereka hadapi. Apakah anda yakin, hanya karena segelintir orang yang sebel pada anda sebuah wahana sebesar ini akan melakukan hal hal yang bisa mendeskreditkan imej mereka di hadapan publik. Pasti mereka mempunyai kepentingan sendiri juga.
Anda tidak bisa menutup mata pada para komentator yang tidak suka kepada anda. Saya tidak akan menuliskan yang benci pada anda, ntar kena protes lagi…. hihihihi

Dan stop…. jangan bilang saya positive thingkin.

Saya berusaha berpikiran jernih. Melihat dari 2 sudut pandang. Asal tahu saja, saya dulu pernah jadi ADMIN di Indoforum…. wekekekekeke yang saya pegang sampai 4 forum. Termasuk forum agama. Dan saya menghadapi banyak akun seperti anda.

Ah, jadi nostalgia.

Tapi begitulah keadaannya. Jangan membangun opini publik. Bila anda merasa dizolimi. Tiru seperti Mega di jaman orde baru, atau seperti SBY dijaman Mega. Publik Indonesia suka yang seperti itu. Dan ini untuk kebaikan anda sendiri.

Jilid 4 ini terbukti bertahan 2 hari. Saya melihat ini positif, aura koreksi anda mulai kelihatan. Tak ada singgung menyinggung ke satu agama pun. Itu mantab. Bagus sekali. Tapi melihat postingan yang ini…. yah terpaksa, saya jadi gatel om….

Makasih masukannya…. (eh, kok saya yang bilang ya?) wekekekeke
NB: ini pendapat saya ya…. kalau kamu ingin pendapat saya yang enak untuk kamu simak, bisa saya bikin satu lagi.

Thanks.




Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 04:12:58


Sebagai pendapat saya tetap hargai. Setajam apapun sebuah pendapat. Dan memang itu visi saya. Kebabasan berpendapat. Yang saya kritisi adalah CACI MAKI atau DEBAT KUSIR. Tapi tidak semua yang ditulis Komentator adalah pendapat. TOLONG dibedakan pendapat dengan CACI MAKI dan DISKUSI dengan DEBAT KUSIR. 


Dan saya termasuk pemuja PERANG. Tapi PERANG GAGASAN. Dan hanya dengan perang itu yang akan melahirkan benih-benih pencerahan.


Dan kata-kata “Jangan Membangun opini publik” adalah kalimat terkutuk bagi saya. Seorang penulis memang membangun OPINI. Itulah penulis yang mempunyai VISI. Karena penulis bagi saya LOKOMOTIF. Dia menggiring pembaca. Bukan melayani kemana keinginan pembaca. Penulis yang melayani pesanan pembaca, itu namanya pelacur, tidak membawa perubahan.


Maka itulah gunanya medan tarung wacana, tempat berseliwerannya perang gagasan. Ada dialektika antar gagasan. Dan pembaca menjadi terangsang untuk berpkir, memilih dan memilah. Dan untuk itulah iklim kebnebasan yang kontruktif diperlukan. WASIT cukup membangun iklim yang kondusif.


Lagi-lagi INI MENURUT SAYA. Termasuk tulisan di atas juga MENURUT SAYA. TIDAK MUTLAK


Jangan salah kaprah.





Traktor Lubis 27 February 2011 04:28:25


Kalau begitu anda memaksakan kehendak.

Saya hanya berusaha melihat dari kedua sisi, dari sisi anda sebagai penulis dan dari sisi Admin sebagai pengatur.

Saya juga berhak menuding anda SALAH KAPRAH.

Mengapa kejadian ini hanya menimpah anda? Mengapa saya tidak? Mengapa Alek Tidak?

Anda tidak bisa mengatur WASIT. Wasit yang MENGATUR pemain, bukan sebaliknya. Di pertandingan tingkat International manapun logikanya begitu.

Kalau WASIT lalai ada badan yang akan mengeksekusi WASIT.

Dan sebanarnya, mencermati hal ini, saya rasa anda akan terus begini. Dari awal saya sudah utarakan ke anda. Anda tau resikonya. Anda tau resiko melakukan hal ini.

Tegak pada pendirian sendiri.

Di lain pihak, pihak lain juga melakukan hal yang sama. Anda tidak bisa memaksa orang lain berpikiran seperti anda.

Anda diberikan keleluasaan kok menghapus komen komen tak jelas. Dan dulu sewaktu saya sarankan pada anda, anda malah menjawab, biarkan saja mas… biar pendapatnya berimbang.

Berimbang opo…. wong Komennya gak sesuai dengan Isi Tulisan.

Dan sekali lagi ini pendapat saya. Yang menjadi orang ditengah tengah. Kalau anda tidak berkenan di hati saya. Preet gak bakal kukasi tau nasehat kaya gini.

Saya bisa bikin komen yang lebih menyentuh dari si Alek. Tapi untuk apa? Sudah ada Alek yang komen begitu ke anda. Dari pihak yang pro ke anda, harus ada yang mengingatkan anda. Saya ambil jabatan itu. Dengan risiko anda akan membenci saya mungkin atau sakit hati atau yah…. paling buruk dibilang penjilat ADMIN.

Tapi ini hanya saya lakukan kepada anda. Pada Alek… ogah! Vote aja dia gak mau, cuman singgah…. wakakakakaka





Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 04:44:57


Hahaha… ini yang saya suka dari Seorang Traktor Lubis.


Bukan memaksakan kehendak. Justru memaksakan kehendak itu yg saya tentang. Komentar caci maki itu kan ungkapan pemaksaan kehendak. Dan gerakan berih2 serta konspirasi pembunuhan karakter itulah yg pemaksaan kehendak. Tidak siap berdemokrasi, akhirnya suruh prang utk membenci, suruh admin utk membredel. Itu yang saya kritisi melalui tulisan. Dan itulah aspirasi saya dalam iklim demokrasi.


Dan ingat, INI PENDAPAT SAYA. TIDAK MUTLAK (baca lagi penutup tulisan di atas). INI NAMANYA MENYUARAKAN ASPIRASI. Dan ini normal dalam DEMOKRASI. HATI-HATI: jangan salah kaprah.





Traktor Lubis 27 February 2011 04:33:47


dihapus bukan karena komentar nya …tetapi gara gara penulis artikelnya….
hahahahahahahahaha

hahahaha bung ea , jadi artikelnya salah besar….jangan disalahkan kalau sebentar lagi dihapus…
wakakakakakakakaka

Ini nih buktinya. Anda perlu orang yang mengingatkan anda. Kalau komennya begitu semua anda yang rugi bukan saya.

Saya bisa bikin komen model begitu. Bikin tulisan pun sudah yang mengakomoditir kepentingan kompasianer senasib dengan anda. Contohnya artikel Ironis itu.

Saya sambung lagi dengan membahas HL dan Ter Ter.

Bisa kok. Tapi dalam kasus anda yang sebenarnya saya juga ibah…. dibredel sampai jilid 4 sekarang. Saya berusaha sumbangkan pikiran, yang mudah mudahan dipertimbangkan, sebagai masukan kepada anda…. eh, malah kena semprot Jangan salah kaprah.





Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 04:47:06


Hahaha… bukan semprot itu. Tapi ungkapan cinta dg style EA. Jangan salah kaprah. Orang akan tahu rasa cinta saya biasanya setelah saya “mati”. Bukan saat saya masih “ada.”


NB: Jangan pakai sendok. Coba pakai lidah.





Traktor Lubis 27 February 2011 05:09:14


Salah Kaprah Pun TAK APA APA, Asal teman saya selamat! Understand?!

Kita mau berdebat atau mau cari solusi? Kalau mau berdebat, hayo sampai fajar menyingsing, Traktor akan melaju terus.
——————
Anda sudah masuk ke pembatasan yang saya lakukan lewat sendok, maaf…. wakakakakakaka






Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:05:14


@ Traktor:


Hahahaha…. !
Jangan lupa debat itu juga dalam rangka mencari solusi, meski tidak instan spt ala kotbah. Setuju?






Traktor Lubis 27 February 2011 06:08:02


Tidak setuju yah sudah….. saya setuju kok, cuman pura pura tak setuju…. emang gak boleh pura pura?
Pura pura itu legal tau!

Kalau begitu debatnya diarahkan ke solusi, bukan tarik tarikan urat leher, apalagi memaksa saya setuju…. setuju?




 Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:13:35


@ Traktor:
Setuju! Saya memaksa orang yang suka memaksa agar jangan memaksa… Tidak setuju?






Traktor Lubis 27 February 2011 04:46:49


Dan kata-kata “Jangan Membangun opini publik” adalah kalimat terkutuk bagi saya. Seorang penulis memang membangun OPINI. Itulah penulis yang mempunyai VISI. Karena penulis bagi saya LOKOMOTIF. Dia menggiring pembaca. Bukan melayani kemana keinginan pembaca. Penulis yang melayani pesanan pembaca, itu namanya pelacur, tidak membawa perubahan

=============================

Anda tampaknya tersinggung berat dengan pernyataan menggiring opini publik. No problem kalau opini publik yang anda bentuk ke arah ide ide filsafat atau agama yang anda cetuskan. Yang saya maksudkan, anda jangan membangun opini publik terhadap perlakuan orang lain terhadap anda.

Coba anda simak kembali komen saya, lalu anda lihat sendiri tulisan anda, tentang anda dibunuh.

Pengalaman Pahit Saya Menjadi Admin Kompasiana, / Telah Mati Malam ini Tulisan Erianto Anas Dua Lag…, / Akhirnya Erianto Anas Dibunuh Admin Kompasiana, / Dukaku di Pengadilan Jahanam Kompasiana, / Saya Menuntut Balas Kematian Erianto Anas pada Ad…, / TERROR: Tulisan Ernas Mayat Mulai Dibredel Admin K…, / Diperkirakan Blogernas Akan Mati dalam Waktu Dekat, / Dan Facebook pun Juga Memblokir Konten Blogernas (…, / Akhirnya Erianto Anas Dibunuh Admin Kompasiana, / Tulisan Erianto Anas Langsung Dihapus Total Admin …/ Bukankah ini sama seperti SBY, pencitraan diri dengan gaya anda?

Walaupun anda berkeras tidak, publik beranggapan begitu.

Mungkin beberapa seniman tulen ngerti. Saya juga sempat posting Sang Gagak lagi. Tapi berapa orang sih seniman di Kompasiana?

Saya rasa ulasan saya sudah cukup. Terserah anda mau bagaimana.
Sebagai teman, apapun yang anda lakukan, saya akan jadi orang pertama yang mendukung anda. Tapi dengan cara saya. Bukan cara anda.






Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:07:08


Hahahaha…. izinkan saya vote komentar ini dengan “suka”
Understand?




Traktor Lubis 27 February 2011 06:04:39


Vote suka, tidak menghapus kritik terhadap anda loh…. kita harus membiasakan tidak nyogok!
wekekekekeke




Penutup


Traktor Lubis 27 February 2011 04:48:55

Salah Kaprah Pun TAK APA APA, Asal teman saya selamat! Understand?!




Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:00:55

Sangat Understand!






Arimbi Bimoseno 27 February 2011 05:04:34

Sahabat sejati adalah sahabat yang berani bilang ‘tidak’ saat harusnya bilang ‘tidak’, berani mengkritik saatnya harus mengkritik, demi keselamatan dan kebaikan dan kemajuan sahabatnya.




Elly Suryani 27 February 2011 08:00:13

Hm, seharusnya seperti inilah seorang teman kepada temannya. Memberi saran untuk kebaikan temannya, terserah mau diterima atau gak. Wis, kabur sebelum dijitak bang Lubis




Traktor Lubis 27 February 2011 05:01:13

Arimbi…. ambil Golok! saya pegangi dia, kamu yang penggal! wakakakakaka




Alek Laksana 27 February 2011 05:54:23
saya pegang arimbi saja hahahahahahaha




Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:09:03

Hahaha… saya mau pegang apa nih?
Ah… tentu Lady GaGa…


@ Arimbi:
Mantap mbak, setuju 1000 %






Hesya Permana 27 February 2011 05:36:04

melihat 2 pemain tunggal, langganan masuk final…..yg diriaukan admin, kebekenan andanya, bukan kompasiananya !


Traktor Lubis 27 February 2011 05:46:18


Makasih sanjungannya pak. Tapi, apalah saya ini, saya belum genap sebulan disini, masih pemain baru, untung ada mbak Arimbi yang selalu mendukung, Alek yang diam diam vote ke saya walau gak mau ngaku. EA kurasa gak pernah vote, tapi diam diam suka liat liat tulisan saya juga…
Makasih peringatannya, Saya rasa berlebihan kalau Admin sampai risau sama saya, kalo sama EA iya kali yah…. hahahahaha




Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:03:42

@ Hesya:
Hahaha… bisa saja mas Heysa. (makasi)
@ Traktor:
Hahahahahahahahahahaa…!




Hesya Permana 27 February 2011 06:02:39

sekali-kali ikut kopdar….siapa tau cair…..ceknya




Traktor Lubis 27 February 2011 06:00:04

Konser Justin Beiber Batal, diganti artis ini

Tgl 23 April pak, kalau Justin Bieber batal main di Jkt, saya yang gantiin dia… ntar kopdar disitu saja… atau bapak bisa lihat klip saya menyanyi di link diatas.
Bukan promosi loh pak… konser saya gratis kok…
wekekekeke, permisi…




Erianto Anas Jilid 4 27 February 2011 06:08:16

@ Hesya:
Hahahahahahaaa…asli ngakak saya hahahaha….!




Alek Laksana 27 February 2011 06:19:55

hahahahahah bung heysa…..




Traktor Lubis 27 February 2011 06:17:18

Loh apa apaan nih EA sama Alek….?
Kok saya gak diketawai?








SAD ENDING


Saya rasa pertempuran tadi sangat indah.  Ibaratnya dua pendekar, yang satu dari Shaolin pai adu kungfu dengan pendekar Butong pai.  Keduanya menarikan gerak gerak Kung Fu tingkat tinggi.  Yang bahkan bagi orang kebanyakan terlihat seperti gumpalan warna yang bergerak kesana kemari. Menimbulkan suara gemuruh gagah.


Namun pertempuran itu adalah pertempuran terakhir di Lapak Kompasiana.  Tgl 27 Ferbuari 2011 Erianto Anas Jilid 4 sudah dieksekusi penguasa.  Kematiannya ditangisi rakyat Kompasiana di seluruh negri.  Bahkan musuh musuh bebuyutannya pun tak malu mengangkat Erianto Anas menjadi trending topik dengan versi mereka sendiri, yang... yah sudah tahu sendiri lah.... Gak ada gunanya menghina yang udah hina. 


Laporan Terkait:


SEMUA KONTENT DI ERIANTO ANAS JILID 4 MUSNAH
KATAKAN KITA RASAKAN (Bredel EA di Kompasiana)
Artikel Yang Berhubungan Badan:


5 Response to "Pertempuran Terakhir Erianto Anas vs Traktor di Kompasiana"

  1. Hahaha...asyik untuk dikenang. Sebuah jejak yg tak kan terlupa. Pertemuan dua anak manusia. Selalu bertempur di medan laga gagasan. Tapi tetap jalan seiring, walau dengan sepatu dan gaya jalan berbeda.

    Traktor says:

    BOTULLL bah....

    Tak ada tanding sekarang kalo mau berantem... huuuu terpaksa jadi bhiksu semedhi lagi

    Waah.. Traktor tampilan baru nih. Cuma backgroun Body-nya terasa agak mengganggu bagi saya.

    Traktor says:

    yang logo emas ya?

    Iya yg gambar traktor warna emas. Bagi saya kesannya terlalu tibet.

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme