Bercinta Sampai Mati
Linda mengenal seorang yang special. Gak gitu cakep, gentleman, lucu, pinter dan supel. Mereka sekelas, kuliah padat di Politeknik USU Medan. Masuk jam 7 pagi, pulang jam 3 sore. Diledek anak fLindaltas lain, sebagai SMA kelas 4. Gpp.... nyaman-nyaman saja. Kadang justru terlihat keren dengan seragam baju lab warna putih ala dokter. Kadang gaya dengan sepatu PDL (Pakaian Dinas Lapangan). Karna anak Poltek rata-rata Menwa. Resimen Mahasiswa, yang suka sok gaya, ceprak ceprok kalau melangkah. Kadang menggertak. Walau kadang kelelahan juga dengan beban ransel di pundak yang beratnya diatas 15 kilo.
Ada kedekatan bathin antara Linda denganya. Saling contek pas ujian sudah biasa. Linda yang anak SOS pas SMA dulu sering ngajari Lindantansi, sebaliknya Linda mendapatkan kursus gratis matematika karna dia anak Fisika dulunya. Besok Valentine, Linda membayangkan dia. Hubungan perteman yang semakin dekat.
Kelas berikutnya, Linda memilih duduk semeja dengannya. Di Poltek Lindantansi, disediakan meja panjang dengan 2 kursi. Tidak seperti anak fakultas yang pakai kursi yang sudah menyatu dengan meja. Ini karena, yah... tiap hari harus menjurnal kan... bukunya gede... wekekeke... namanya saja buku besar.
Dan. Hubungan ini semakin dekat lagi akhirnya. Saling ngerti deh. Linda mau apa, keknya dia tahu. Dia mau apa... kayanya Linda pasti juga tahu. Walau kadang pura-pura sih... pake merajuk-merajuk.... ngambeg kata orang Jakarta. Pokoknya indah. Kalau gak sengaja (atau sengaja) karena ngantuk, tiduran di meja sekolah, tangan atau kepala bersenggolan. Buru-buru sadar, seakan-akan malu... malu maluin maksudnya.
Linda suka padanya. Tak tahu ini cinta atau bullshit. Yang pasti, dimana ada Linda... disitu ada dia... paling gak, mungkin dia terlambat 5 menit, atau Linda yang molor 10 menit.... kan Linda perlu berhias bentar.... make up sih ogah....
Rupanya waktu berubah. Entah kenapa Rio berubah. Agak murung belakangan ini. Sudah beberapa hari cabut terus kerjanya. Kadang bawa gitar ke sekolah. Pas jam break ke II yang hampir 1 jam, suka nyanyi nyanyi sendiri dengan nada nyayat nyayat telinga. Lirih.
Bohong kalo Linda gak tanya-tanya. Maka, memang benar Linda tanya. Ada Apa?...... dan dia bales pake nyanyi....
'Bimbim..... bimbim jangan menangis...... bim bim... jangan pernah menangis.....' Emang dia Slanker.
Dan, dia hanya senyum senyum kurang ajar kalo Linda sudah maksa. Pake ngancem gak mau kasi contekan.
"Biasanya masalah bapak sama Ibu.... udah mau pisah kayanya...."
(ikutan sedih)
Simpati itu yang bisa Linda berikan, selain mencoba untuk selalu mencairkan suasana, seperti banyolan-banyolan yang mungkin semakin lama semakin basi. Yang pasti, apapun usaha Linda, Rio tidak juga kelihatan ceria.
Rio semakin hari semakin gak karuan. Seminggu mungkin hanya 2 hari dia di kampus. Selebihnya Linda tak tahu. Mungkin dia gabung dengan anak-anak ITM. Tak pernah Linda memikirkan orang lain seperti Linda mikiran dia. Rio menghindar, dari teman-teman sekelasnya. Hukuman guru semakin banyak untuknya. Wajahnya yang kasar semakin kasar belakangan ini. Rio mulai menarik diri. Banyak yang mulai menghindari bau tembakaunya. Entah dia dikucilkan, atau dia yang mengucilkan diri. Kesupelan yang dulu ada padanya entah kenapa, raib.
Katanya adiknya sudah putus sekolah. Rio bertahan, karena di universitas negri biayanya masih bisa dibilang teramat murah. Rio kemaren sakit. Sudah 4 hari di opname kata adiknya.
Sore ini, Linda dengan teman sekelas mau menjenguk Rio. Oh yah... di Poltek, kelas 2A AK, penghuninya tinggal 22 orang, awal tahun ajaran pertama dulu ada 24 orang, malang nasib, ada 2 orang yang DO. Kedua-duanya anak PMDA (lulus masuk perg negri tanpa test). Yang satu, dengan nama Yani akhirnya gila, karena stress.... saat kami mengunjunginya Juni yang lalu, dia sudah tidak mengenali kami lagi . Tapi asik bicara dengan tembok. Linda menangis saat itu. Beberapa teman juga sama. Bagaimanapun susah getir, capek dan ketatnya disiplin di Politeknik membuat kekeluargaan mahasiswa Politeknik sangat kuat. Mereka menyebutnya jiwa korsa.
Dan, kali ini "jangan Rio deh.... entah mengapa, ini makluk Tuhan paling dekat denganku di kampus ini" bathin Linda ketakutan.
Rio terbaring lemah. Matanya mungkin sudah tidak sampai 5 watt lagi. Selang infus menusuk nadinya. Rambutnya yang sedikit gondrong awut awutan. Mukanya sudah hampir sewarna tembok putih. Tapi dia masih mengenal Linda.
Dan Linda tersenyum.... Rio terkena typus. Kelelahan fisik kata dokter. Semuanya akan baik-baik saja.... Hingga semua teman sudah pulang. Linda memandang Rio. Takjub dengan betapa berubahnya wajah keras di depannya ini.
"Linda.... makasih yah.... " suaranya lemah.....
"Kamu istirahat yang banyak, bentar lagi cece Lidia datang...." katanya.
Akhirnya Linda pulang. Naik angkot no 17.... jurusan Padang Bulan.
Itu hari terakhir Linda melihat Rio bernafas.
Rio Mati.
Linda bergegas ke rumah sakit. Menangis tentu saja. Di hadapannya tubuh Rio, sangat pucat, tergeletak seperti tidur. Matanya tertutup damai. Urat-urat di tangannya kelihatan kebiruan. Secarik kertas di genggamanya, Linda ambil.... tulisan tangannya pakai spidol warna merah....
'Linda, I love you...... Maaf meninggalkanmu seperti ini. Kesalahan demi kesalahan sudah kulakukan. Bahkan untuk mengakui aku mencintai orang yang kucinta sepenuh hatipun aku tak berani.... Jangan menangis sayang..... Rio sayang Linda sampai mati...." Rio'
Kemudian ada lagi. Cover album "Belum ada judul" Iwan Fals.... Kasetnya ada di walkman yang headphonenya di kuping Rio.... Bagian tertentu di stabillo....
'Pernah kita sama sama susah.... terperangkap di dingin malam... Terjerumus dalam lubang jalanan, tergilas kaki sang waktu yang sombong' Sahabat, masih ingatkah, kau?.....'
Linda memeluk tubuh kaku Rio, menangis, menyesal, Rio tak pernah tahu Linda juga mencintainya. Air mata yang sia sia.... ............
Jangan Takut Katakan Cinta. Ajal bisa menjemput kapan saja. Happy Valentine, ucapkan cinta pada orang yang anda cintai sekarang juga... jangan tunggu esok (TL 14 Februari 2011)
Ada kedekatan bathin antara Linda denganya. Saling contek pas ujian sudah biasa. Linda yang anak SOS pas SMA dulu sering ngajari Lindantansi, sebaliknya Linda mendapatkan kursus gratis matematika karna dia anak Fisika dulunya. Besok Valentine, Linda membayangkan dia. Hubungan perteman yang semakin dekat.
Kelas berikutnya, Linda memilih duduk semeja dengannya. Di Poltek Lindantansi, disediakan meja panjang dengan 2 kursi. Tidak seperti anak fakultas yang pakai kursi yang sudah menyatu dengan meja. Ini karena, yah... tiap hari harus menjurnal kan... bukunya gede... wekekeke... namanya saja buku besar.
Dan. Hubungan ini semakin dekat lagi akhirnya. Saling ngerti deh. Linda mau apa, keknya dia tahu. Dia mau apa... kayanya Linda pasti juga tahu. Walau kadang pura-pura sih... pake merajuk-merajuk.... ngambeg kata orang Jakarta. Pokoknya indah. Kalau gak sengaja (atau sengaja) karena ngantuk, tiduran di meja sekolah, tangan atau kepala bersenggolan. Buru-buru sadar, seakan-akan malu... malu maluin maksudnya.
Linda suka padanya. Tak tahu ini cinta atau bullshit. Yang pasti, dimana ada Linda... disitu ada dia... paling gak, mungkin dia terlambat 5 menit, atau Linda yang molor 10 menit.... kan Linda perlu berhias bentar.... make up sih ogah....
Rupanya waktu berubah. Entah kenapa Rio berubah. Agak murung belakangan ini. Sudah beberapa hari cabut terus kerjanya. Kadang bawa gitar ke sekolah. Pas jam break ke II yang hampir 1 jam, suka nyanyi nyanyi sendiri dengan nada nyayat nyayat telinga. Lirih.
Bohong kalo Linda gak tanya-tanya. Maka, memang benar Linda tanya. Ada Apa?...... dan dia bales pake nyanyi....
'Bimbim..... bimbim jangan menangis...... bim bim... jangan pernah menangis.....' Emang dia Slanker.
Dan, dia hanya senyum senyum kurang ajar kalo Linda sudah maksa. Pake ngancem gak mau kasi contekan.
"Biasanya masalah bapak sama Ibu.... udah mau pisah kayanya...."
(ikutan sedih)
Simpati itu yang bisa Linda berikan, selain mencoba untuk selalu mencairkan suasana, seperti banyolan-banyolan yang mungkin semakin lama semakin basi. Yang pasti, apapun usaha Linda, Rio tidak juga kelihatan ceria.
Katanya adiknya sudah putus sekolah. Rio bertahan, karena di universitas negri biayanya masih bisa dibilang teramat murah. Rio kemaren sakit. Sudah 4 hari di opname kata adiknya.
Sore ini, Linda dengan teman sekelas mau menjenguk Rio. Oh yah... di Poltek, kelas 2A AK, penghuninya tinggal 22 orang, awal tahun ajaran pertama dulu ada 24 orang, malang nasib, ada 2 orang yang DO. Kedua-duanya anak PMDA (lulus masuk perg negri tanpa test). Yang satu, dengan nama Yani akhirnya gila, karena stress.... saat kami mengunjunginya Juni yang lalu, dia sudah tidak mengenali kami lagi . Tapi asik bicara dengan tembok. Linda menangis saat itu. Beberapa teman juga sama. Bagaimanapun susah getir, capek dan ketatnya disiplin di Politeknik membuat kekeluargaan mahasiswa Politeknik sangat kuat. Mereka menyebutnya jiwa korsa.
Dan, kali ini "jangan Rio deh.... entah mengapa, ini makluk Tuhan paling dekat denganku di kampus ini" bathin Linda ketakutan.
Rio terbaring lemah. Matanya mungkin sudah tidak sampai 5 watt lagi. Selang infus menusuk nadinya. Rambutnya yang sedikit gondrong awut awutan. Mukanya sudah hampir sewarna tembok putih. Tapi dia masih mengenal Linda.
Dan Linda tersenyum.... Rio terkena typus. Kelelahan fisik kata dokter. Semuanya akan baik-baik saja.... Hingga semua teman sudah pulang. Linda memandang Rio. Takjub dengan betapa berubahnya wajah keras di depannya ini.
"Linda.... makasih yah.... " suaranya lemah.....
"Kamu istirahat yang banyak, bentar lagi cece Lidia datang...." katanya.
Akhirnya Linda pulang. Naik angkot no 17.... jurusan Padang Bulan.
Itu hari terakhir Linda melihat Rio bernafas.
Linda bergegas ke rumah sakit. Menangis tentu saja. Di hadapannya tubuh Rio, sangat pucat, tergeletak seperti tidur. Matanya tertutup damai. Urat-urat di tangannya kelihatan kebiruan. Secarik kertas di genggamanya, Linda ambil.... tulisan tangannya pakai spidol warna merah....
'Linda, I love you...... Maaf meninggalkanmu seperti ini. Kesalahan demi kesalahan sudah kulakukan. Bahkan untuk mengakui aku mencintai orang yang kucinta sepenuh hatipun aku tak berani.... Jangan menangis sayang..... Rio sayang Linda sampai mati...." Rio'
Kemudian ada lagi. Cover album "Belum ada judul" Iwan Fals.... Kasetnya ada di walkman yang headphonenya di kuping Rio.... Bagian tertentu di stabillo....
'Pernah kita sama sama susah.... terperangkap di dingin malam... Terjerumus dalam lubang jalanan, tergilas kaki sang waktu yang sombong' Sahabat, masih ingatkah, kau?.....'
Linda memeluk tubuh kaku Rio, menangis, menyesal, Rio tak pernah tahu Linda juga mencintainya. Air mata yang sia sia.... ............
Jangan Takut Katakan Cinta. Ajal bisa menjemput kapan saja. Happy Valentine, ucapkan cinta pada orang yang anda cintai sekarang juga... jangan tunggu esok (TL 14 Februari 2011)
0 Response to "Bercinta Sampai Mati"
Posting Komentar