Pelacur Cinta (Hubungan Julia Robert, Evita dan Dewi Soekarno)

Waktu Julia Robert yang pelacur cantik dan berhati mulia di Pretty Woman ditawari Richard Gere si milioner ganteng untuk dirumahkan di sebuah kondo, dengan pedih Julie menjawab.

“No…. aku memintah lebih…’

Dan Richard Gere berusaha meyakinkan pelacur idamannya itu dengan menjelaskan bahwa apa yang ditawarkannya, menjadikan Vivian (nama Julia di film tersebut) sebagai simpanan, membiayai hidupnya, sekolahnya (Vivian mau sekolah lagi) dan mencintainya adalah sebuah langkah besar yang pernah diambilnya.

“Aku tak pernah memperlakukanmu seperti pelacur….” kata si Gere.

Vivian semakin pedih. “You just did…” gumannya pelan setelah Gere berlalu. Dan kemudian terungkap lagi, bagaimana Vivian bersikeras bahwa menempatkannya di kondo dengan status simpanan, tidak ada bedanya dengan membookingnya di jalanan Hollywood.

“Hanya masalah geograpi!” tandas Vivian cerdas.

Bahwa kemudian lagi bagaimana Vivian menceritakan impiannya sebagai putri yang disekap di menara paling tinggi menunggu untuk diselamatkan pangeran idamannya. Namun tak pernah dalam impiannya tersebut sang pangeran menawarkannya sebuah kondo… hehehe… Lucu, getir, satir tapi cerdas.

Dan akhirnya dengan kebulatan hati yang luar biasa. Bayangkan dari pelacur jalanan bertarif hanya $10 untuk short time, kemudian di bookin seminggu penuh dengan bayaran $1.500,- sampai akhirnya ditawarkan untuk dirumahkan dan dijadikan simpanan di sebuah apartment mewah di Hollywood, Vivian justru menolaknya.

Mungkin hanya ada dalam cerita, dongeng atau film khas Hollywood. Tapi yah itu, walau kemudian si Gere mengucapkan ‘I love you sayang…’ perlakukannya dianggap Vivian masih sama, masih menganggapnya pelacur, walau mungkin naik kelas, tidak lagi cari mangsa di jalanan, tapi sudah punya apartment sendiri.

Suatu pelajaran menarik disini. Bahwa kebulatan tekad, keyakinan yang besar, kemauan yang keras, walau kadang harus ditebus dengan melakukan pekerjaan paling hina, akhirnya berbuah manis saat Gere melamarnya dengan limosin ke tempat butut sang putri pelacur.

Siapa bilang dongeng?

Evita Peron, yang ketika masih pelacur lebih dikenal dengan nama Evita Duarte, akhirnya justru menjadi aset paling penting Peron dalam usahanya untuk menjadi orang nomor satu di Argentina. Evita dengan segala ‘aib’nya justru menciptakan imej baru bagi Peron. Bahwa peron sosok yang mencintai dan pembela orang kecil. Dengan kalimat cerdas.

“Jika Peron tidak mencintai anda, rakyat Argentina. Bagaimana dia bisa mencintaiku!” sekali lagi Evita dengan positif tidak minder dengan status jeleknya di masa lampau. Bahkan Peron yang dengan tulus mencintainya akhirnya memenangkan kursi no I di negri itu adalah cerita seperti dongeng yang lain.

Dan Peron tidak melihat kepelacuran Evita saat mengucapkan, ‘I love you sayang…’ justru akhirnya Evita dipandang seperti Santa di negri itu.

Soal pelacur, presiden Soekarno punya cerita sendiri yang sangat menggelitik untuk disibak.

Dalam buku ‘Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’ Soekarno menceritakan bahwa ternyata PNI memiliki 670 keanggotaan yang berprofesi sebagai pelacur, untuk wilayah Bandung saja. Bahwa wanita-wanita pelayan syawat itu ternyata lebih jago mengorek keterangan dari Belanda manapun daripada para anggota PNI yang jauh lebih ‘terhormat’.

Dan fakta ini jarang terangkat bahwa, kemerdekaan negri ini justru sangat dibantu oleh kupu-kupu malang (bulan salah ketik, mereka memang malang) itu. Selain fakta mereka dilecehkan, diangap sampah masyarakat dan diperlakukan seperti penyakit menular sosial.

Kemudian suatu saat orang dalam Istana ngobrol dengan presiden Soekarno (saat beliau masih menjabat). Walau saat itu tahun 1965, Soekarno sedang dihujat.

“Maaf pak, ternyata Bapak masih dicintai rakyat Indonesia….”

“Apa yang kamu lihat? Sehingga kamu berkata begitu….”

“Maaf pak, kami ragu untuk bertindak. Karena di setiap kamar di lokalisasi pelacuran, ada foto Bapak presiden. Yang artinya bapak sangat dicintai mereka. Haruskah kami menyingkirkan foto itu Pak? untuk diletakkan di tempat yang lebih pantas?”

Dan, dengan tak terduga yang keluar dari mulut presiden ini adalah

“Jangan! biarkan tubuhku yang tua dan letih ini menikmati pemandangan indah yang ada disana….”

Sebuah jawaban tulus, tanpa kemunafikan, dari seorang pemimpin sejati, yang tidak berusaha melupakan jasa-jasa ‘mereka’.

Dan tak kurang ibu Dewi Soekarno pun ternyata mantan geisha yang kalo sini mungkin diletakkan di tempat paling rendah.

Tapi sang presiden, proklamator, pemimpin besar revolusi tak ragu untuk mengucapkan, ‘I love you, sayang’

======================

Walau:

Banyak orang susah, tapi lebih sedikit dari yang susah itu yang memilih melacur.
Tidak harus menanggapi tulisan ini sebagai ajakan untuk melacur.
Tidak juga menjadi acuan, bahwa melacur sebagai sebuah 'jalur sukses' untuk jadi ngetop, kaya raya, yah... pendeknya cari 'bahagia'....
Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Pelacur Cinta (Hubungan Julia Robert, Evita dan Dewi Soekarno)"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme