HL DAN TER TER (SUMPAH! INI BUKAN TENTANG EA)



1298651099117987269
Laut itu luas, samudra jauh lebih luas, jangan membandingkannya dengan selokan, yang langsung hilang saat matahari mulai bersinar

Lihat lihat di Letter To Admin, saya senyum senyum sendiri.  Tidak hanya di komen komen penuh kebencian dan kecurigaan di sebuah postingan.  Saya juga sudah membaca tulisan mengarah ke arah pandangan sebelah mata ke tulisan ter ter di Kompasiana.

Mari kita simak beberapa surat ke Admin yang menurut saya menarik untuk dikupas tuntas sebagai perimbangan.

1. Teraktual

admin, yth
apa sih yang bisa masuk kriteria tulisan "TERAKTUAL"
karena saya lihat malah tulisan yang ektrim rata-rata bisa masuk kesana, padalan tidak ayal justru tulisan ekstri malah jadi masalah kena banded karena tidak sesuai aturan main kompasiana.

mohon maaf, saya penghuni baru kompasiana.
Terima kasi.

2. Kolom aktual dll

Yth Admin, itu Kolom AKTUAL,MENARIK, BERMANFAAT, dan INSPIRATIF di sebelah kanan, ada baiknya dihilangkan saja. Oleh Kompasianer tertentu dijadikan ajang untuk unjuk diri dengan rekayasa RATING AKTUAL, dan itu mudah saja. Tinggal buat akun ganda, lalu akun ganda itu akan merating postingan kompasianer yang haus publisitas dan banci tampil.
Kompasiana milik semua jangan dijadikan mainan orang orang tertentu yang mengotori Kompasiana demi BLOG PRIBADINYA.
Terima Kasih

3. Kolom Teraktual

Kolom, Aktual Hilangkan Saja
Admin Yth...
Ada baiknya kolom sebelah kanan, yang mencantumkan AKTUAL, BERMANFAAT dan lain sebagainya itu dihapuskan saja. Ada Kompasianer yang menggunakan berbagai cara dengan merekayasa RATING AKTUAL agar postingannya nongol di kolom TERAKTUAL itu.
Rasanya membosankan sekali melihat Kompasiana setiap hari Kompasianer itu, ituuu saja yang nongol judulnya. Bahkan menguasai. Empat di antara lima judul posting dari Kompasianer itu...
Kalau postingannya menarik tak masalah. Postingannya itu itu saja, tentang AGAMA. Yang Alquran dihujatlah, Nabi juga, pokoknya memuakan dan membosankan...
Tolong, saya juga punya ponakan yang membuka Kompasiana... Tolong diperhatikan masukan saya....

Saya beri label 1, 2 dan 3, agar lebih gampang menelaahnya.

Surat pertama,

Tentang bagaimana supaya bisa masuk ter ter. Kalau menurut saya, jawabannya jelas sekali.  Malah ter ter ini adalah indikator paling jelas tentang sebuah tulisan yang dirasa 'nendang banget' oleh pembacanya.  Sehingga mereka melakukan 'vote' pada tulisan tersebut.  Terserah, mau Teraktual, Inspiratif, Bermanfaat atau Menarik.

Jumlah Vote terbanyak menentukan posisi yang lebih tinggi. Ter ter ini direset setiap jam 12 malam.  Semua tulisan pertanggal tersebut akan hilang dari daftar Ter Ter setelah jam ini.  Lanjut berganti dengan yang muncul di hari beriutnya.

Dalam masalah vote ini, yang melakukan adalah Kompasianer, semua pemilik akun bisa melakukannya.  Diluar masalah tema tulisan, judul tulisan, apa yang di vote adalah apa yang muncul di ter ter.

Surat ke 2

Saya kutip ulang

"Oleh Kompasianer tertentu dijadikan ajang untuk unjuk diri dengan rekayasa RATING AKTUAL, dan itu mudah saja. Tinggal buat akun ganda, lalu akun ganda itu akan merating postingan kompasianer yang haus publisitas dan banci tampil.
Kompasiana milik semua jangan dijadikan mainan orang orang tertentu yang mengotori Kompasiana demi BLOG PRIBADINYA."

Terus terang saya merasa argumen ini sangat lemah.  Karena tidak semua kompasianer melakukan hal seperti yang dituduhkan.  Hanya gara gara satu Kompasianer, tidak adik bila efeknya menimpah semua warga.

Kemudian permasalahannya lagi, apakah melakukan rekayasa akun untuk voting ter ter termasuk ke dalam pelanggaran rule terms and condition?

Lalu berapa banyak akun sanggup dibuat seorang Kompasianer untuk melakukan rekayasa seperti ini? Dibandingkan jumlah warga yang ada di Kompasiana.

Saran saya, mengapa bila anda merasa risih dengan tulisan dari penulis yang itu itu saja yang nongkrong di ter ter, votinglah tulisan yang anda rasa benar benar bermutu untuk nengkreng disana.  Semakin banyakvoting yang ada, maka semakin ter tulisan tersebut.

Tak ada gunanya meributkan suatu hal yang belum pasti.  Kalau belum terbukti seseorang melakukan rekayasa atas reputasi tulisannya, mengapa justru diasumsikan sebaliknya? Lalu dimana azas praduga tak bersalah?

Saya berikan ilustrasi, dan dengan terpaksa, kasusnya ke tulisan saya dengan judul ini:


Tulisan ini mendapat 1391 klik / 46 komentar dan 8 vote aktual.

Saya tulis pada 19 February 2011 10:52

Kalau dari analisa saya, mengapa tulisan ini bisa bertengger di Aktual dengan jumlah Vote yang aduhai (walau masih kalah jauh dengan jumlah vote tulisan tulisan saya sekarang).  Kira kira seperti ini:
  1. Reputasi.  Sama seperti metode yang pernah saya lontarkan kepada Admin atas tuduhan koncoisme di HL, di kalangan Kompasianer juga ada yang disebut reputasi.  Baik itu reputasi pembuat onar maupun reputasi malaikat penuh kasih. Banyak penulis yang sudah mempunyai base penggemar fanatik.  Sekarang ini, setelah hampir saya 1 bulan aktif menulis di Kompasiana paling tidak 3 post perhari sudah merasakan hal ini.
Dalam jangka waktu tak lebih dari 30 menit, ada saja yang vote tulisan saya, baik itu yang opini atau fiksi (saya jarang bikin tulisan reportase).  Ini saya rasa sama seperti efek iklan.  Semakin sering anda tampil, anda semakin dikenal, kalau tulisan anda bagus dan menggairahkan pembaca, anda akan mendapat reputasi tersendiri.
  1. Bersosial.  Untuk mendapatkan fan base pada tulisan anda, anda harus bersosial.  Artinya bergaul dengan teman teman Kompasianer yang lain.  Tidak harus lewat darat.  Lewat tulisan anda saja.
  1. Judul dan Tema.  Tulisan dengan judul datar Ahmadiyah dalam Buddhisme itu, menyimpan bom sesungguhnya pada tema.  Karena kasus Ahmadiyah yang sedang marak dan panas, publik yang penuh tanda tanya dan ingin tahu merasa tertarik dengan Ahmadiyah di agama lain selain Islam.  Dan, dengan kajian yang diusahakan bijaksana, mudah mudahan konflik, perang anarkis di komen-komen tidak akan terjadi.  Anda tetap bisa menarik minat pembaca. Informasi bermanfaat dan Yah.... Tentu saja pada masanya tema itu sangat AKTUAL.  Wajar sekali kalau mendapat 8 Aktual.  Mungkin kalau tulisan itu saya post seperti kondisi 'keterkenalan' (hehehehe) saya seperti sekarang,  bisa dua kali lipat.
  1. KLIK.  Anda lihat, dengan 1000 lebih pengunjung yang mengklik tulisan tersebut.  Mari kita ambil minimumnya, 10% membaca, 100 orang saja.  Kemudian dari 100 orang tersebut 10% memvote Aktual, yang saya lihat cuman 8. Logika kan?
Jadi, saya rasa pertimbangkan dulu klaim bahwa ada rekayasa atau koncoisme dalam hal hal ter ter ini.  Sama seperti di HL, saya tidak melihat hal hal semacam itu sangat dominan.  Tapi lebih ke reputasi penulisnyaBaik reputasi yang baik, maupun yang buruk.  Itu moral para pemberi vote.

Tidak menutup kemungkinan memang ada yang melakukan rekayasa dengan kloning akun dan sebagainya.  Ini menyedihkan.  Indikasi ini memang kadang kadang ada juga saya lihat pada tulisan tulisan kelas sampah yang hanya terdiri dari 3 - 4 baris, dengan isi yang yah... begitulah, namun bisa mendapat vote banyak.

Namun, anda bisa mencegah tulisan sampah seperti itu menjadi ter.  Salah satu caranya (hehehehehe) vote tulisan saya! Sebanyak banyaknya.... Atau vote tulisan lain yang anda anggap bagus.  Jangan biarkan tombol Vote itu nganggur. Dan bila anda tidak mau menggunakan tombol vote itu, yah... jangan iri kalau orang lain yang menggunakannya.

-----

Surat ke 3

Isinya hampir sama dengan surat ke 2, bedanya disini.  Ngototnya semakin menjadi jadi dengan kalimat berikut:

Tolong, saya juga punya ponakan yang membuka Kompasiana... Tolong diperhatikan masukan saya....

Gampang sekali.  Apakah Kompasiana harus bertanggung jawab bila ada ponakan atau anak anak di bawah umur yang membaca Kompasiana?

Saya rasa, banyak situs porno, situs debat anarkis yang lebih parah dari Kompasiana yang lebih patut diawasi.  Dan menurut pikiran logis saya, yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita sebagai orang tua mengontrol anak kita.

Ngintip orang mandi itu tidak baik.  Tapi solusinya bukan menyuruh orang jangan mandi.  Solusinya, jaga jangan sampai ada yang ngintip.

Kemudian terlalu melanggar Pancasila sila ke 5 Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, bila hanya ponakan yang ngintip ke Kompasiana maka ter ter di Kompasiana dihapus.

========

Biasanya tulisan yang HL tidak ter, demikian sebaliknya.  HL ditentukan oleh Admin.  Selain itu Admin juga memilih tulisan Terekomendasi.  Publik hanya bisa memilih tulisan yang dia suka di vote ter ter.

Ini sudah adil.  Admin bisa mengontrol dengan menyetel HL sesuai selera dan selera badan yang mendanainya.  Pembaca Kompasiana tetap bebas memilih tulisan yang dia suka.

Di luar baik atau buruk.  Ini hal yang relatif.  Banyak yang menghujat tulisan dengan jenis jenis tertentu yang muncul di ter ter.  Tapi tak kurang banyaknya yang muak dengan HL yang itu itu saja.

Kemuakan pada HL yang itu itu saja, membuat para revolusioner memvoting tulisan tulisan yang kira-kira tidak bisa menembus HL. Masing masing ingin tujuannya yang menjadi trend.  Penulis opini akan suka dengan tulisan yang bersifat opini.  Penulis reportase akan menyukai tulisan yang bersifat reportase.

Namun kalau sudah sampai mencari cari kesalahan dari masing masing pihak.  Tudingan ke HL koncoisme Admin.  Tudingan ke ter ter rekayasa.  Keduanya asal tuding.  Tanpa bukti yang kuat untuk mendukung teorinya masing masing.

Saya simpulkan sekali lagi, bahwa saya lebih melihat ini sebagai reputasiBaik Admin, maupun Kompasianer pasti melihat reputasi penulis penulis aktif di Kompasiana. Jadi silahkan saja bercuriga.  Tapi saran saya sih, gunakan tombol Vote anda untuk aktif menyalurkan pendapat anda, dan tulis.... Sekali lagi tulis.  Tulis tandingan pada tulisan yang anda anggap ngacok atau tidak cocok nongkrong di Ter ter... Buktikan pembaca Kompasiana mendukung opini anda.  Itu baru gentleman atau gentlemanwati.

Ini opini Traktor Lubis yang tidak pernah merasa haram pada produk produk makanan yang sudah direkayasa genetik.



Salam - Traktor Lubis  
Artikel Yang Berhubungan Badan:


1 Response to "HL DAN TER TER (SUMPAH! INI BUKAN TENTANG EA)"

  1. kunjungi blog saya

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme