Apa Gunanya Meributkan Mesir?
Pertanyaan ini sering saya dapat dari ngobrol ngobrol dengan teman teman. Baik yang bertatapan muka, maupun yang hanya lewat chat di BB, YM atau di facebook. Bahkan Headline di Kompasiana penuh dengan berita berita hangat dari Mesir. Belum lagi di Highlight khusus 'Mesir Bergolak'
Terus, mengapa kita meributkan Mesir? Apakah kita sudah kekurangan bahan untuk dikhawatirkan? Disini masih banyak masalah yang tak beres dan mungkin jauh lebih parah dari kondisi Mesir. Paling tidak, rakyat negri itu sepertinya lebih sejahtera dari rakyat di negri ini.
1. Justru Itu
Yah, justru kondisi itulah yang membuat publik disini merisaukan Mesir. Ada semacam ketakutan yang dibarenga kegairahan jangan jangan kejadian di Mesir menular di Indonesia. Karna kita tahu, kondisi di sini tak kalah 'indah'nya. Kita memiliki pemimpin yang doyan ber-piala-citra. Kita punya konflik agama yang semakin hari semakin menggelora. Kita punya kasus korupsi yang diduga melibatkan penguasa sekarang, sehingga kasus itu tak juga terungkap. Bukan tak bisa diungkap, tapi kayanya ada pihak pihak yang tidak ingin kasus itu terungkap. Kita juga punya banyak kepala daerah yang sekarang masuk bui. Kita punya masalah dengan beras, cabe dan sebagainya. Di sini juga ada rakyat yang mati kelaparan.
Ibaratkan benih.... akan tumbuh subur di tanah yang subur. Tanah kita sekarang tanah sorga... benih pergolakan bisa tumbuh subur kapan saja.
2. Rezim Mubarak persis rezim Orde Baru
Manusia mahluk sosial. Demikian juga sebuah negara. Hubungan sosial perlu untuk bekerja sama demi kemajuan bersama. Mesir mengalami fase yang satu dekade lebih dulu sudah pernah terjadi pada NKRI. Sebagai negara yang sudah berpengalaman dengan suksesi kepemimpinan berdarah, kita merasa ada kaitan persaudaraan ke rakyat Mesir. Ibaratnya kakak yang lebih tua mengharapkan kesabaran pada adik yang sedang terkena deman berdarah. Sabarlah Mesir, kami sudah duluan menghadapi yang seperti ini. Ke depannya akan berat, bisa menjadi lebih baik, tapi bisa menjadi lebih buruk, semoga paling tidak demokrasi bisa lebih 'ada' di Mesir kelak.
3. Kesamaan Agama
Sebagai negara besar yang sama sama berpenduduk Muslim paling banyak (mayoritas) Indonesia tentu saja merasa lebih dekat kepada Mesir. Persaudaraan sesama Muslim ini memaksa kita untuk tetap perihatin pada Mesir yang bergolak.
Mesir merupakan negara Arab paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang. Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang Sungai Nil, terutama Iskandariyah dan Kairo, dan sepanjang Delta Nil dan dekat Terusan Suez. Hampir 90% dari populasinya adalah pemeluk Islam dan sisanya Kristen (terutama denominasi Coptic.
Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta, dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta. 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.
4. Rasa Kemanusiaan
Dalam kesamaan penderitaan, akan muncul rasa kemanusiaan. Ada semacam keinginan di lubuk hati manusia untuk melihat dan mengetahui manusia yang lain juga merasa tentram dan damai. Ada perasaan yang sudah semakin purba untuk menyatakan empati, simpati, turut berduka cita atas kemalangan yang terjadi pada saudara saudara kita sesama bangsa manusia. Bahkan negara negara komunis yang tidak mengakui keberadaan Tuhan, tetap menunjukkan rasa kemanusiaan. Ini sering kita lihat pada kondisi kemalangan yang menimpah sebuah negara. Katakanlah misalnya bencana alam yang merenggut jiwa manusia. Bantuan, empati dan simpati mengalir dari negara mana saja, bahkan dari Israel yang keberadaannya sering dimusuhi lawan lawan ideologinya.
Perasaan inilah yang membuat rakyat Indonesia mengkhawatirkan Mesir.
5. Banyak Orang Indonesia di Mesir.
Tak hanya para pahlawan devisa. Mesir juga merupakan salah satu negara tujuan untuk mereka yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka. Negara ini dikenal maju dalam hal keilmuan agama Islamnya. Banyak pemimpin organisasi agama Islam di Indonesia adalah lulusan dari Mesir. Sebut saja sebagai misal, Almarhum Gusdur dengan NU dan semangat pluralitasnya yang membuat harum nama Islam di tengah tudingan teroris pasca serangan atas WTC.
Kita mengkhawatirkan saudara saudara kita yang berada di Mesir. Bagaimana nasib mereka? Bisahkan mereka dievakuasi secara aman? Jangan sampai putra putri terbaik bangsa yang sekolah di sana terkena dampak negatif pergolakan Mesir.
6. Mesir mempunyai kedekatan khusus dengan Indonesia.
Mesir dan Palestina tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kedekatan emosional tokoh-tokoh nasional seperti, M. Natsir, Sutan Syahrir, H. Agus Salim dll dengan tokoh-tokoh pergerakkan Islam di Mesir seperti Hasan Albana dengan gerakkan Ikhwanul Muslimin yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bumi-bumi Islam yang lainnya. Negara-negara yang tercatat sebagai pemberi pengakuan pertama kepada RI selain Mesir adalah Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut Liga Arab (Arab League) juga berperan penting dalam Pengakuan RI.
Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab (Arab League) supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.
---------------
Itulah sedikit gambaran mengapa kita masih sempat memikirkan Mesir, ditengah kondisi bangsa sendiri yang semakin awut awutan. Manusia tetap manusia, di luar masalah politik, sangketa, penderitaan dan tetek bengek kehidupan yang lain, manusia adalah mahluk yang berjiwa sosial. Tak ada bangsa yang bisa hidup sendiri.
Semangat untuk Mesir!
Atas namas Pimpinan Majelis Blogernas, saya Erianto Anas mengucapkan selamat atas keberhasilan saudara mengganti domain Traktor menjadi co.cc. Hanya dalam sekejap. Ini spektakuler, dimana sebagiann blogger menderita sakit ayan dalam menunggu domainnya diupdate dan blognya bisa dibuka kembali. Tapi saudara tidak. Mngkinkah ini suatu petanda saudara juga akan menjadi BLOGGER BINTANG? Spt popularitas saudara di Kompasiana?
Karena itu saudara layak menerima hadiah dari kami. Caranya cukup dengan mengklik iklan yang ada di blogernas. Berapa pun anda suka.
Soal Mesir, biarlah mereka sendiri yang mengurus dirinya. Toh tidak ada pengaruhnya pada blog kita bukan?
Bravo Traktor!