PESAN TERAKHIR SAYA SEBELUM MATI




Dari kecil saya sudah didogma, kalau kamu rajin belajar, kamu nanti naik kelas, kamu akan bahagia. saya naik kelas, saya bahagia.... tapi hanya sebentar saja.  setelah itu saya menderita lagi karena saya harus belajar keras lagi agar bisa lulus ujian kenaikan kelas. saya didogma lagi, kalau saya rajin belajar, saya lulus ujian, saya akan bahagia...

Benar saya lulus ujian, saya bahagia, tapi kemudian saya menderita lagi... penderitaan tak pernah berakhir.

Ayolah, kamu harus giat belajar, agar bisa masuk ke universitas negri.  Nanti kamu akan bahagia kalau lulus.

Tepat sekali, saya lulus UMPTN, universitasnya bergengsi lagi... saya bahagia.  namun hanya sekejab saja, penderitaan saya justru semakin besar, saya harus belajar sendiri, dosen dosen yang kebanyakan cuek, bukan lagi membimbing saya, tapi membiarkan saya, kamu mau belajar yah situ.... gak mau yah situ.

Lalu dalam penderitaan itu saya didogma lagi, kalau kamu bertahan  tetap giat belajar kamu akan lulus cumlaude, kamu pasti bahagia...

Lalu benar saya lulus cumlaude, saya merasa bahagia.. saya populer, cepat dapat kerja, disukai banyak orang dan sebagainya.

Tapi ternyata hidup tidak hanya lulus kuliah, pekerjaan yang saya dambakan pun membawa penderitaan.  Dan saya juga didogma lagi, syukuri apa yang sudah didapat, banyak orang yang menganggur yang memimpikan pekerjaan anda.

Saya lakukan, saya berhasil naik pangkat dan sebagainya... saya bahagia.  Tapi tetap saja hanya sebentar, penderitaan hidup ternyata tak pernah berakhir.

Kalau kamu menikah, kamu akan bahagia.... Lalu saya menikah. Benar malam pertama dan bulan madunya bahagia sekali.... tapi hanya sekejab saja.  urusan beli bedak, kopi kurang panas, sayur terlalu asin ternyata membawa derita yang lebih panjang lagi....

Kalau kamu sudah punya momongan, pasti akan bahagia...

Saya genjot abis abisan, dan dapat momongan.... wah, kamu sudah menjadi seorang ayah.... selamat ya......

Luar biasa bahagianya.... tapi hanya sebentar.... penderitaan hidup datang lagi..... uang susu yang sudah berbakteri tapi mahalnya gak ketulungan. uang masuk ke sekolah yang lumayan menyita gaji bulanan.  Saya sampai harus mengurangi hobby hobby saya, yang saya paksakan dengan pikiran positif, itulah namanya pengorbanan untuk sebuah titipan dari Tuhan, belahan jiwa dari paduan cinta saya dengan wanita yang saya cintai...

Tapi kesadaran itu hanya sebentar, saya menderita lagi... kadang kadang merasa seperti sapi.  saya menderita sepanjang hari, ada saja hal hal sepele yang membuat saya marah... lampu merah, macet, digigit nyamuk.... sampai kentut sembarangan membuat saya menderita...

Setelah tua, saya berniat menyucikan diri, agar saya bahagia bisa masuk surga..... saya di dogma lagi, dengan kebahagiaan yang dijanjikan.  Saya taat beribadah, berdana kemana mana, menyebarkan damai adil dan sentausa.... saya merasa lebih lepas sekarang..... namun ada kerisauan saya, benarkah saya akan masuk surga?

Saya periksa arsip perbuatan perbuatan di kepala saya.  Apa yang dulu saya perbuat yang kira kira bisa membuat saya masuk neraka.... Banyak sekali ternyata.....

Oh Tuhan..... tidak... sepertinya saya tidak layak masuk surga. Kejahatan saya sangat banyak.  Rumah ini ada karena saya korupsi pada proyek anu dekade kemaren.  Saya naik pangkat karena menjegal lawan kerja saya.  Bahkan karena saay percaya cinta tak harus memiliki, saya merebut pacar teman saya yang sekarang berbaring di sisi saya, sudah sama peyotnya dengan saya!

Akhirnya saya melihat lagi.... ternyata perbuatan saya di akhir hidup ini agaknya sia sia, kejahatan saya terlalu banyak, perbuatan baik yang saya perbuat juga karena saya mengharapkan semacam pencucian dosa, walaupun tidak pakai surat pengampunan dosan, tetap saja ini seperti menyogok Tuhan.

Ah.... saya terkapar sedih.... seumur hidup ini menjelang matipun saya masih menderita.......

Seandainya saya bisa berpikir sedikit saja.... tak merisaukan yang lalu dan tidak merisaukan yang akan datang, mungkin kalau bisa begitu saya akan bahagia.... tetapi mungkinkah?

Mungkinkah?

Mungkinkah?

Kalau saya bisa mengulangi walaupun dipikiran saja.... alangkah bahagianya bila saya tidak menginginkan semua yang sudah saya peroleh sekarang, tetapi semua datang dengan sendirinya kepada saya. Karena usaha saya, bukan karena keinginan saya untuk apa yang sebenarnya ego saya, yang saya beri label kebahagiaan.

Hmmmm..... Saya tidak menginginkan apa apa lagi.... biarlah saya hidup untuk hari ini, menjelang ajal ini saya ingin bisa lepas.  Biar saya menghadapi.  Tak peduli lagi.  Saya tak menginginkan surga.... saya juga tak menginginkan neraka....

3 detik berpikiran begitu, saya merasa sangat bahagia.... saya merasa berdiri di awang awang yang sangat menyenangkan, perasaan bahagia yang bahagia sekali.

Kebahagian yang saya dapat karena tidak mengharapkan sesuatu. Walaupun sesuatu itu kebahagian itu sendiri.
Semoga Semua Mahluk Berbahagia




Salam - Traktor Lubis  
Artikel Yang Berhubungan Badan:


6 Response to "PESAN TERAKHIR SAYA SEBELUM MATI"

  1. Gina says:

    Cool...
    "Buddha" banget, sekaligus realistis banget :)
    *'Like this'-lah Bang Traktor ^^

    Traktor says:

    Bener mbak Gina. Ini yang saya serap dari Buddhisme.

    ow.......
    dalam budha itu : "Saya tak menginginkan surga.... saya juga tak menginginkan neraka...." bang? lantas apa yang menjadi tujuan peribadatan??
    setau saya agama semua menjanjikan surga agar umatnya setia..:)
    untuk itulah saya pernah menulis : Agama Takut Terbongkar Kebohongannya
    mohon tangapannya y bang baca disini

    Traktor says:

    Redy: bukan surga bukan neraka, maka ada nibbana. Pelepasan semua. Antara ada dan tiada.

    Surga dalam Buddhis adalah alamnya para dewa. Segala kesenangan dan kebahagian ada di surga.

    Neraka dalam Buddhis adalah kesengsaraan.

    Nibbana dalam Buddhis adalah kondisi yang lain. yang tidak keduanya.

    Tujuan umat Buddha adalah mencapai nibbana

    zawir' says:

    bung, bs menggambarkan kondisi seperti apakah nibbana itu? msh bingung saya.

    Traktor says:

    Zawir, kekosongan. Itu Nibbana. Suatu kondisi dimana tidak ada lagi nafsu. Nafsu jahat maupun nafsu baik.

    Bukan surga. Di surga masih ada keinginan untuk bersenang senang...

    Membayangkannya begini:

    Kebahagiaan:
    1. Bila mencapai sesuatu (misalnya surga)
    2. Bila tidak menginginkan sesuatu (nibbana)

    Anda bahagia bila mencapai atau mendapatkan sesuatu seperti ilustrasi di atas. Tapi kebahagiaan itu tidak abadi. karena disitu masih ada keinginan.

    Anda hanya akan benar benar bahagia bila tidak menginginkan sesuatu. Penderitaan berasal dari nafsu keinginan.

    Nibbana itu bukan benda seperti surga atau neraka
    Nibbana adalah kondisi, sifat, keadaan.

    Meja = nyata = benda
    Kolong meja = ada tapi tak nyata, bukan benda, tapi kondisi... ada meja, maka ada kolong meja.

    Karena ada keinginan, makanya ada yang tak teringinkan. Itulah nibbana.

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme