(Iblis datang dengan alsannya) DEVIL - M. Night Shyamalan
Film the 6th sense adalah kali pertama saya berkenalan dengan M. Night Shyamalan. Sedikit info, film tersebut diperankan oleh Bruce Willis dan Haley Joel Osment. Memporakporandakan kebiasaan Oscar di masanya, karena film horror ini masuk menjadi kandidat film terbaik. Kemudian pemeran cilik Haley Joel Osment sempat jadi nominasi aktor pembantu terbaik. Kalau menang bisa mempermalukan kandidat lain yang sudah senior.
Sejak saat itu saya menyukai M. Night Shyamalan. Berturut turut kemudian, Unbreakable (Willis), The Signs (Mel Gibson), The Village, Lady in the water, The Happening, The last airbender. Dari semuanya The Last Airbender saya ogah nonton.
Bila anda penggemar film genre epic atau film film berbudget besar, jangan nonton film-film M. Night Shyamalan. Saya melihat gaya penyutradaraan pria India ini lebih ke pendalaman karakter karakternya pada situasi yang ganjil, yang memerlukan pemikiran logika lebih. Film M. Night Shyamalan memaksa otak untuk berpikir. Sama sekali bukan film pop.
Gaya penyutradaraan ini agak berubah belakangan. Mungkin tuntutan studio major, atau kekurangan skript yang bisa menghantui. Namun, setelah saya menonton film terakhirnya DEVIL.... saya merasakan gaya lama M. Night Shyamalan sudah kembali. Idealisme M. Night Shyamalan sudah kembali. Dengan film film yang merangsang psikologi penontonnya, tidak glamour dan mencekam otak untuk berpikir.
DEVIL
17 Sept 2010 adalah jadwal rilis resmi film ini. Saya nonton di twenty one sekitar Januari lalu. Semula saya tidak menyangka ini film Shyamalan. Kecelakaan sebenarnya. Semenjak The Last Airbender, saya berusaha memasukkan M. Night Shyamalan sebagai directed film sampah. Tak layak tonton lagi. Jadi begitu d layar yang gambar gambar gedung gedungnya terbalik semua.... tertulis M. Night Shyamalan. Kemudian dominasi warna warna suram hitam dan biru gelap. Hmmmm, pembukaan film ini menjanjikan.
Filmnya sendiri cukup sederhana. Idenya mengenai Iblis yang gentayangan dalam makna psikologi untuk mengoda manusia-manusia modern yang masih menjaga moral klasiknya. Moral klasik maksudnya, misalkan seorang yang melakukan tabrak lari seorang ibu dan anak, tapi di lubuk hatinya menjadi sakit tak tertahankan, kebencian pada diri sendiri. Mungkin penderitaannnya bisa lebih ringan bila dia menyerahkan diri ke polisi dan menerima hukuman dari negara.
Namun pilihan untuk tidak berani bertanggung jawab ini ternyata membuahkan perkembangan psikologi yangd alam. Ke arah pencerahan sikap yang dinamis. Masih dalam rangka malunya diri sendiri pada diri sendiri. Jijik pada kelakuan diri sendiri. Muak melihat kepengecutan diri sendiri. Kehidupan menyakikan karena memendam penolakan pada diri sendiri. Ini hukuman yang paling berat. Langsung ke otak si pembuat kapal.
Dan beberapa orang terjebak di dalam lift sebuah bangunan tingkat sekian perkantoran. Satu orang nenek tua yang rasis dan sudah curiga duluan pada seorang satpam kulit hitam yang mempunyai track record yang pemarah. Seorang bisnisman yang sok parlente dan sok elit tapi culas dan licik. Seorang perempuan yang agak genit tapi muna. Seorang mantan tentra yang sedang dilanda kesakitan psikologis.
Dalam kondisi terjepit Iblis datang ke jiwa jiwa manusia manusia pendosa ini. Menguji mereka, mempermainkan psikologi karakter mereka. Suasana yang sebelumnya aman dan terkendali, akhirnya mulai tak terkendali. Manusia manusia yang akhirnya menunjukkan sifat sifat asli mereka.
Satu persatu mati.
Naluri paling purba manusia muncul. Menyelamatkan diri sendiri.
Seorang Latin pengawas cctv yang religius, yang pendapat pendapatnya tentang Iblis dicemooh atasannya dan tim polisi yang diminta menjebol lift gedung tersebut. Bagaimana si Latin tetap kukuh pada keyakinannya akan permainan Iblis di kasus ini. Sangat menarik melihat karakter yang dikembangkan Shyamalan di sini.
Gaya minus illustrasi musik juga menambah suasana yang mencekam. Beberapa kali saya tersentak saat menonton film ini. Namun sentakan sentakannya bukan karna ilustrasi musik yang dibuat mengejutkan. Melainkan terkejut pada apa yang saya lihat dan rasakan. Keterkejutan psikologis. Ini sangat mengasikkan. Sejak Sadako masuk sumur lagi, saya belum pernah dikejutkan dengan cara ini lewat film horror.
Saya adalah type penonton film serius. Makanya saya tidak suka nonton film di TV, soalnya konsentrasi dan thriller psikologi di otak saya terganggu iklan. HP juga saya silent kalau nonton. Pokoknya saat nonton saya selalu konsentrasi penuh. Ini cocok dengan film film M. Night Shyamalan yang lebih memfokuskan ke horror dari penjiwaan karakter karakter yang dibesutnya.
Seperti film-film M. Night Shyamalan lain, terutama the 6th sense dan Unbreakable. Tidak etis menceritakan ending. Film ini menyimpan kejutan kejutan di akhir film. Saya tidak akan cerita lagi. Sumpah!!! Bagi yang berniat menonton film tidak populer, namun merupakan film horror cerdas tanpa ilusstrasi musik yang bikin jantungan, mereka akan maki-maki saya bila saya ceritakan endingnya.
0 Response to "(Iblis datang dengan alsannya) DEVIL - M. Night Shyamalan"
Posting Komentar