Daun Kelor Yang Bernama Internet
Kalau ketemu teman sekampung di perantauan. Di luar negri atau mungkin juga sama sama jadi astronot, lalu ketemu di bulan... hihihihi, yang melintas di benak adalah 'dunia selebar daun kelor'. Mungkin bule bule dan bangsa mata sipit di utara sudah lama menikmati hal itu. Saya sendiri baru merasakannya akhir akhir ini, tepatnya di awal tahun 2000-an. Saat internet menjajah kita. Sekali lagi membuat kita hampir tidak bisa melepaskan diri barang satu hari saja.
Saya sendiri sampai hari ini, belum tau bentuk daun kelor itu seperti apa.... hahahaha...
Tapi yah, dari bangku SD dulu sudah diajari begitu oleh guru bahasa Indonesia. Sayang gurunya kurang kreatif dengan membawa daun kelor ke sekolah untuk memperlihatkan dunia kepada saya... hahahaha
Tapi, internet saya yakini adalah daun kelor itu sekarang. Dunia dalam bentuk mini. Yang bisa diajak komunikasi, berinteraksi, cari tau, cari jodoh, cari rezeki, bahkan ngabisin duit, selingkuh, ngenyek... dan cangkul cangkulan. Daun kelor yang ajaib.
Mau tak mau, siap tak siap, saat prasarana perlahan semakin murah (walau tetap saja masih yang termahal di dunia), internet sudah kaya barang China. Pokoknya gak ada loe gak rame...
Namun kadang-kadang... kemajemukan yang ketemu di internet. Tak pelak menimbulkan juga polemik.
Terus terang, saya kesulitan membaca pesan, baik yang inbox maupun yang di wall, terutama yang menganggap internet layaknya sms... wadoh... Entah saya yang sudah sedemikian tua... coba tolongin jelasin apa artinya frasa berikut.... Saya sebut frasa, karna gak tau, ini sebenarnya kalimat atau apa.
Ga iktan,blg jrg iktan,
Iktn sala.?
Pie t0h.?
Puyeng gw.... Udah gitu ada lagi bahasa yang kaya manggil ayam... pake 'ker.... ker....' Wakakakakaka.... Gw ngebayanginnya yang nulis pesannya bawa parang gede dengan muka serem kaya di filem 'chiken run'...
Tapi memang dunia selebar daun kelor... mau ker... ker... mau EYD... mau Inggris... atau kadang ada aksara China... tetap saja muncul dimana mana, lintas negara, cross country... do it to me... so now what?.... so now what?
Komputer dengan segala teknologi komunikasinya, bisa jadi memang milik anak muda saat ini. Nonton Transformer dan filem filem sains fiction lainnya, ahli program, hack, komputer, internetnya... sekarnag kebanyakan anak muda... cakep cakep lagi, hihihihihi....
Untung saya tak merasa tua.... saya selalu merasa masih kecil... masih orisinil.... belum nikah... hehehehe masih hijau... walau hijau lumut...
Namun lagi ternyata, di internet juga bukan hanya ada pertemanan. Tapi di sini juga ada hal hal lain yang pas seperti di dunia nyata. Ada juga pergumulan, kegilaan, kemarahan, pertempuran, intimidasi, pertengkaran, gosip, bahkan mungkin, hehehehe pelacuran....
Tiga hal terakhir baru saja menjatuhi saya.
Saya ingat baru baca di Tempo tentang kasus perkosaan berantai di Bali. Disana saat ini murid murid sekolah dasar diajari Mestika, musti TERIAK dan KABUR, kalau ada orang tak dikenal yang berusaha menyapa, memegang atau berniat memperkosa.
Hal serupa, hampir mirip saya lihat di sini. Tulisan adalah ajang untuk teriak. Meneriakkan suasana hati, meneriakkan apa yang dirasakan. Tak jarang memang, menurut saya yang diteriakkan bohong belaka. Hanya sekedar biar rame hanya sekedar bisa mendapat banyak komen.
Komen yang banyak bisa bikin kecanduan.
Ada bermacam macam tulisan yang muncul di sini yang bisa mendaur banyak komen. Kalau saya melihatnya. Mungkin yang bertema imajinasi sex serta ayat ayat suci, bisa menjadi favorit. Kemudian diikuti hal hal yang lucu, pantun jenaka, atau puisi singkat ala Pujangga Baru.
Ada bermacam macam tulisan yang muncul di sini yang bisa mendaur banyak komen. Kalau saya melihatnya. Mungkin yang bertema imajinasi sex serta ayat ayat suci, bisa menjadi favorit. Kemudian diikuti hal hal yang lucu, pantun jenaka, atau puisi singkat ala Pujangga Baru.
Semuanya bagus sekali. Tulisan anda bisa menjadi ajang sharing. Sedikit banyak, kalau saya, mencoba melihat hal yang ada di baliknya.
Kemudian yang lebih sering lagi adalah cinta.
Cinta yang bersemi, atau cinta yang lalu, banyak di vote dan dikomentari. Cinta yang mendayu, keputus asa-an juga mendapat tempat. Sudah tabiat kita mungkin suka melihat yang susah susah. Gampang sedih lihat yang malang. Gampang tersentuh lihat yang kurang beruntung. Sekali lagi, semuanya bagus saja.
Namun, benarkah demikian yang diharapkan si pembuat tulisan? Dalam dunia yang berbentuk daun kelor yang maya ini?
Saya kok kurang meyakininya. Bisa pagi pukul 8 pakai 'tetap semangat' eh, jam 5 sore udah letoi... tapi sebagai lucu-lucuan, asik sekali. Terus terang saya sedikit kecanduan menyimak komen komen nyeleneh....
Itu soal teriak.
Lalu kabur.... hahahahahaha, beberapa hari ini banyak yang kabur kalau sudah tidak kondusif lagi suasananya. Kadang gimana yah. Internet dan fesbuk ini begitu bebas. Seakan tiada kontrol nyata yang bisa menjamin semuanya berjalan kondusif.
Tapi tentu saja adalah salah dan bodoh bila menyalahkan internet. Apalagi menyangkut pertikaian. Saya tidak bisa mengharapkan semua teman saya berpemikiran seperti saya. Bisa ketemu 2 - 3 orang saja yang seperti ini sudah sukur.
Yah banyak type orang. Ada yang memang suka bercanda berlebihan. Ada diktator, ada yang sok jaim, ada yang apa adanya, ada yang gampang naik darah, ada yang suoooommmmbong, ada yang berbakat melacur, ada yang sarap, ada yang nyentrik, ada yang pinter, ada yang guoblok... ada yang selalu membawa segala sesuatunya ke diri sendiri (kalau gak gitu mungkin rugi), ada yang tukang gombal (tiap komen pasti muji), ada yang terpuji (gombalnya kena sih.. hihihi). Dan lain lain sebagainya.
Yah seperti itulah. Jutaan manusia, berjuta sifatnya. Kadang kadang keluar aslinya di sini. Tapi tak jarang ada yang sanggup menutupinya dengan rapi. Kalau saya?.... saya?... rasanya saya termasuk yang berhasil menutupinya dengan rapi... wakakakaka. Buka dikit ya... saya misterius. Kamu bisa mengenal saya dalam 1 minggu, tapi dalam satu windu pun kamu masih bisa terkejut sewaktu sadar bahwa itu adalah saya.
Nah, narsisnya kumat. Habis membahas mahluk mahluk lain yang manis manis, maunya diikutsertakan dalam kelompok yang manis juga.
Keinginan inilah yang kadang bikin bencana.
Seorang yang blak-blakan... main komen komenan di stat orang yang jaim. Apa yang terjadi? Mungkin sekali dua kali kena cuek... tapi selanjutnya. Yah bisa saja diabaikan, alias kaburr.... Mestika terakhir.
Memang semua orang tidak bisa terima ini. Ada yang suka memang, tapi ada banyak hal hal lain yang bisa membuatnya menjadi benci. Bak kata temen saya, seperti lagu broery, kau buat cintaku jadi benci... karaoke yuk....
Terus terang, beberapa temen temen paling akrab saya, paling tau isi hati saya, rahasia rahasia saya, sekarnag ini hanya di dunia maya. Bahkan ada yang belum pernah ketemu. Tapi entah kenapa ikatan rasa sangat dalam. Dibanding dengan ketemu temen temen sekolah dulu, waktu aku memutuskan untuk semedi pulang kampung di kota kecilku yang nyaman ini.
Sendiri tapi tak pernah sepi. Itulah internet.
Aku bersosial. Ikut kegiatan amal, kadang mabuk bareng teman teman di sini. Tapi tetap saja, sahabat yang sobat, kalo istilah kita disini yang 'gandeng jembut' saya dapatkan di internet.
Jadi, kesimpulan terakhir saya... dunia memang selebar daun kelor. Internet membuktikannya.
Kemudian yang lebih sering lagi adalah cinta.
Cinta yang bersemi, atau cinta yang lalu, banyak di vote dan dikomentari. Cinta yang mendayu, keputus asa-an juga mendapat tempat. Sudah tabiat kita mungkin suka melihat yang susah susah. Gampang sedih lihat yang malang. Gampang tersentuh lihat yang kurang beruntung. Sekali lagi, semuanya bagus saja.
Namun, benarkah demikian yang diharapkan si pembuat tulisan? Dalam dunia yang berbentuk daun kelor yang maya ini?
Saya kok kurang meyakininya. Bisa pagi pukul 8 pakai 'tetap semangat' eh, jam 5 sore udah letoi... tapi sebagai lucu-lucuan, asik sekali. Terus terang saya sedikit kecanduan menyimak komen komen nyeleneh....
Itu soal teriak.
Lalu kabur.... hahahahahaha, beberapa hari ini banyak yang kabur kalau sudah tidak kondusif lagi suasananya. Kadang gimana yah. Internet dan fesbuk ini begitu bebas. Seakan tiada kontrol nyata yang bisa menjamin semuanya berjalan kondusif.
Tapi tentu saja adalah salah dan bodoh bila menyalahkan internet. Apalagi menyangkut pertikaian. Saya tidak bisa mengharapkan semua teman saya berpemikiran seperti saya. Bisa ketemu 2 - 3 orang saja yang seperti ini sudah sukur.
Yah banyak type orang. Ada yang memang suka bercanda berlebihan. Ada diktator, ada yang sok jaim, ada yang apa adanya, ada yang gampang naik darah, ada yang suoooommmmbong, ada yang berbakat melacur, ada yang sarap, ada yang nyentrik, ada yang pinter, ada yang guoblok... ada yang selalu membawa segala sesuatunya ke diri sendiri (kalau gak gitu mungkin rugi), ada yang tukang gombal (tiap komen pasti muji), ada yang terpuji (gombalnya kena sih.. hihihi). Dan lain lain sebagainya.
Yah seperti itulah. Jutaan manusia, berjuta sifatnya. Kadang kadang keluar aslinya di sini. Tapi tak jarang ada yang sanggup menutupinya dengan rapi. Kalau saya?.... saya?... rasanya saya termasuk yang berhasil menutupinya dengan rapi... wakakakaka. Buka dikit ya... saya misterius. Kamu bisa mengenal saya dalam 1 minggu, tapi dalam satu windu pun kamu masih bisa terkejut sewaktu sadar bahwa itu adalah saya.
Nah, narsisnya kumat. Habis membahas mahluk mahluk lain yang manis manis, maunya diikutsertakan dalam kelompok yang manis juga.
Keinginan inilah yang kadang bikin bencana.
Seorang yang blak-blakan... main komen komenan di stat orang yang jaim. Apa yang terjadi? Mungkin sekali dua kali kena cuek... tapi selanjutnya. Yah bisa saja diabaikan, alias kaburr.... Mestika terakhir.
Memang semua orang tidak bisa terima ini. Ada yang suka memang, tapi ada banyak hal hal lain yang bisa membuatnya menjadi benci. Bak kata temen saya, seperti lagu broery, kau buat cintaku jadi benci... karaoke yuk....
Terus terang, beberapa temen temen paling akrab saya, paling tau isi hati saya, rahasia rahasia saya, sekarnag ini hanya di dunia maya. Bahkan ada yang belum pernah ketemu. Tapi entah kenapa ikatan rasa sangat dalam. Dibanding dengan ketemu temen temen sekolah dulu, waktu aku memutuskan untuk semedi pulang kampung di kota kecilku yang nyaman ini.
Sendiri tapi tak pernah sepi. Itulah internet.
Aku bersosial. Ikut kegiatan amal, kadang mabuk bareng teman teman di sini. Tapi tetap saja, sahabat yang sobat, kalo istilah kita disini yang 'gandeng jembut' saya dapatkan di internet.
Jadi, kesimpulan terakhir saya... dunia memang selebar daun kelor. Internet membuktikannya.
0 Response to "Daun Kelor Yang Bernama Internet"
Posting Komentar