Mati Karena Internet
Petuah tua. Yang kadang memang sangat sanagt muda dilupakan. Terus terang, aku menulis lagi malam menjelang pagi ini. Teringat pada status seorang teman. Tentang bagaimana dalam suasana seemosi apapun selayaknya dan bijaksana untuk tetap memakai sopan santun.
Kata kata bisa tajam menusuk kok, tanpa harus memakai kata kata kotor atau kasar yang bisa menyakiti orang lain. Ingat lagu Guns n Roses, Welcome to the junggle. Begitulah hidup ini. kadang realita yang dihadapi berbeda dengan apa yang diangankan. Kadang bahkan kutipan dari kitab sucipun tidak sanggup menjawab apa yang dirasakan, apa yang dihadapi. Bukan karena kitab suci itu bohong. Tapi karena keterbatasan kita sebagai manusia untuk memahami makna tersembunyi dari apa yang disampaikan.
Ini sebuah kisah, yang dialami abangku sendiri.
Abang kandung yang dulu di Medan sempat jadi Ketua OKP di daerah Kesawan Medan. Waktu itu aku aku masih kuliah. Abang satu ini termasuk abang yang paling dekat denganku. Dalam hal musikpun kami nyambung. Sama sama pengagung Iwan Fals. Banyak koleksiku sekarang adalah warisan dari dia. Sudah kukonvers sebagian menjadi mp3. Yang dengan senang hati dia menerima dalam bentuk mp3 yang bisa diputar di mobilnya yang sudah canggih sekarang.
Nah... balik ke cerita ini.
Abangku orangnya keras. Teramat keras malah. SMP kelas 2 dia sudah lari ke Medan sehabis menggondol celengan toke nya. Dia sekolah sambil kerja di toko kelontong. Abang lari ke laut. Lewat Tanjung Balai, jadi nelayan dadakan. Bapak ngamuk berat. Mirip sekali dengan kejadian di lagu Rindu Tebal - Iwan Fals. Hanya abangku ini lebih cerdik... hihihihihi, gak nyuri kambing, tapi nyuri tunainya saja.
Entah bagaimana ceritanya, akhirnya abang terdampar di Medan. Angkat saudara sana sini. Mengadu untung dengan nyali gede dan tekat yang jujur saja aku salut. Bakat merantau ini yang mungkin kelak membuat aku seperti tak ada takutnya bila dapat tawaran untuk pindah ke daerah manapun, termasuk Aceh, sewaktu dulu masih muda, masih energik, masih belum begitu botak, masih doyan kerja keras, masih pingin melihat dunia yang lebih luas lagi.
Nah, Pada jaman aku kuliah, abangku ini sudah menjadi kepala bagian sebuah perusahaan angkutan. Sekaligus menjadi ketua sebuah OKP di kawasan Kesawan - Medan tadi. Kalau kami sekeluarga menyebutnya, preman Medan. Aku banyak terbantu atas status abang ini. Pernah bertengkar dengan tukang parkir di kampung keling.... motor aku tinggalkan... aku lari ke tempat teman teman abang yang badannya gede gede, maklum India.
Tapi ada sialnya juga. Dengan teman kuliah, sering gagal kalau mau nonton filem sex di bioskop Deli Theater yang bukan kebetulan letaknya di kawasan kekuasaaan abang. Soalnya, dengan temanku itu, pas ngliat poster film apa yang akan diputar saja.... udah ada yang manggil dari belakang... "Woi adik Hu***..... Kamu adik H**** kan..." wakakakakaka, daripada kena hajar, lari seribulah dengan temen kuliah tadi.... Makanya kalo mau nonton film porno, naik motor jauhh sampai ke Bioskop Cahaya... wekekekekeke
Suatu hari... abang didatangi di rumahnya. Bapak bapak dengan beberapa tukang pukul yang mirip algojo....
Si bapak parlente keluar dari mobil. Pakai kaca mata hitam.
Aku sendiri gak tau apa masalahnya... Tak akan berani tanya ke abang yang ganas itu.. hihihihi
Jadi, begitu ketemu abangku langsung keluar segala macam segala macam segala macam pokoknya segala macam makian paling kotor yang bisa keluar dari orang yang keliatannya sangat bersih.
Muka abangku membara. Tangannya menuding ke hidung si bapak parlente. Beberapa tukang pukul si bapak siap siap atas segala kemungkinan yang terjadi. Untung ada anggota abang yang melhat di simpang jalan. Tak lama beberapa orang orang gede hitam bermunculan.
Abang berteriak juga saking marahnya, "Acek (acek = paman - dialeg Hokkian Medan).... saya tahu acek orang kaya. Tapi pikir sekali lagi cek. Acek tidak 24 jam dijaga tukang pukul Acek. Kalau acek kubunuh... Aku paling masuk penjara cek..... Bini acek di orang... karna bini acek kawin lagi.... Aku orang kecil cek... gak sebanding dengan acek....!!!"
Begitulah. Marah ketemu marah. Emosi ketemu emosi.
Sehabis berkata begitu, abangku langsung beranjak masuk rumah.... duduk dikerumini anggotanya yang bermaksud melindungi. Beberapa tukang pukul si Acek mulai mendatangi. Kelihatannya seperti aparat. Rambut mereka cepak semua.
Tapi si Acek melerai.... dia tampak terdiam sebentar, lalu masuk kembali ke mobilnya.
Abangku minta minum... buru buru kuambilkan.... kalo gak, bisa kepotong uang saku... hehehehe
...................
Begitulah. Orang bilang, mulutmu harimaumu... Orang juga bilang bahwa diam itu emas, bicara itu perak. Orang juga bilang penyesalan selalu datang terlambat.
Beruntung ucapan abang walau cukup kasar juga, namun cuman pakai 1 perkataan kotor, namun dipakai dalam konteks bukan untuk memaki orang, berhasil mendinginkan si bapak parlente yang sedang panas panasnya.
Kita sering mengalami hal ini. Kadang orang yang kita anggap kecil. Orang yang bahkan kita anggap tidak ada apa apanya... Sering kita lecehkan. Sering kita berpikiran bahwa mereka itu tidak ada apa apanya. Preman besar selalu mati ditangan anak ingusan yang tidak pernah disangkanya adalah pisau. Itu ucapan abangku selalu.
Kata katanya yang juga terkenal bagiku adalah; melawanlah kalau memang mau melawan. Kalau mau melawan jangan takut. Kalau takut jangan melawan. Kalau tidak punya kekuatan jangan melawan. Kalau belum mempersiapkan diri serapi mungkin, jangan mengusik orang lain. Karena kita tak tau siapa yang kita usik.
Banyak sekali hikmah yang aku dapat dari pengalaman hidup bersama abang tadi. Seringkali kuaplikasikan ke dalam berinternet ini. karena, kembali ke lagu Guns n roses welcome to the jungle. Internet ini memang adalah rimba. Rimbah belantara yang tak tahu kita siapa rajanya. Yang berlaku disini hukum rimba.
Bila terjadi perselisihan usahakan masih bisa merajut tali pertemanan dengan baik. Jangan gunakan 'aku'
yang tinggi. Mungkin sudah merasa canggih karena lulusan S1 teknologi informasi?.... Jangan salah teman, internet ini ilmu berjalan. Yang ketangkap melakukan kriminal di dunia maya ini seringnya justru anak anak SMA, SMP putus sekolah, yang DO dari kampus dsb...
Di dunia maya ini anda melepaskan semua predikat anda. Anda pengacara, polisi, tentara, pejabat, bangsawan kerjaan, guru komputer, tenaga komputer sebuah perusahaan?.... Itu semua tidak ada artinya disini. Siap saja bisa menghack FB anda. Itu sih bukan apa-apa... Siapa saja bisa menghancurkan hidup anda. Semua tersedia di google.
Jangan memancing kemarahan. Jangan segan segan minta maaf bila memang sudah benar benar salah. Adalah tolol tanpa pertahanan sedikitpun, bila anda mengkonfrontasikan diri dengan orang yang anda benci. Jangan melawan bila takut. Jangan takut kalau mau melawan.
Anda tidak 24 jam siaga. Tak ada orang yang seperti itu. Karena kita hidup di dunia nyata. Sedangkan anda sering melancong ke dunia maya. Walaupun maya, siapa bilang tak nyata. Masih kurangkah anda melihat beberapa teman anda kena terror? Masih kurangkah peringatan bagi anda yang punya teman dengan FB kena hack?
Bahkan FBI dan NATO bisa dijebol hacker. Apalagi FB anda.
Tak ada salahnya sebentar anda merenung. Renungkan saja, bahwa anda sedang saya takut takuti.... Tapi sebenarnya sudah apripori duluan kalau beranggapan begitu. karena aku hanya sedang share sedikit bagian otakku yang lelah bekerja seharian ini. Hanya berusaha mempertahankan diri. Dari sekelumit kisah panjang yang kayanya bercabang dua.
Anda bisa berharap Tuhan Yang Maha Adil akan menunjukkan jalan ke mana yang benar kemana yang salah. Tapi di Internet tak kurang banyaknya orang yang tak punya Tuhan.
Kalau ketemu bang Napi, dia pasti bilang... Waspadalah....
0 Response to "Mati Karena Internet"
Posting Komentar