SENGGAMA METAFISIS (Erianto Anas dan Wajib Wajibnya)



Mulanya dari artikel saya yang menyanggah bahwa tak ada gunanya menyama-nyamakan tokoh tokoh agama bila hanya akan membenturkan antar keyakinan, sejarah dan logika kelas kentut. Tulisan itu bisa dibaca di sini:

Ini Dia Gambar Nabi Muhammad menurut seorang Blogger Muslim

Lalu orang yang pertama kali komentar di tulisan itu adalah Erianto Anas, Blogger yang selama ini dikenal kritis dalam hal hal agama.  Terutama agama Islam dan agama Abrahamic lainnya.  Belakangan juga sedikit memasukkan unsur unsur Buddhis.

Erianto Anas 17 Februari 2011 01:23 mengatakan...


Waah...sudah berani masuk ke kamar Islam lewat pintu sejarah, Alquran dan hadis ini mas Lubis. Sebagai usaha untuk menggalang toleransi positif ini sangat bagus. Tapi sebagai kajian kritis bagi saya belum. Karena semua itu tergantung paradigma berpikir. Apalagi bila menggali Kebenaran dari data Kitab Suci. Maupun dari sejarah agama yang sangat sulit diverifikasi.

Tapi saya salut dengan kegigihan mas Lubis untuk mencoba masuk lebih jauh pada studi perbandigan antar agama.


Traktor 17 Februari 2011 06:02 mengatakan...

Tidak mas, sebagai umat Buddha yg masih belum mencapai Buddha saya hanya khawatir tulisan tulisan tanpa logika begitu bakal menimbulkan prasangka salah. Sejarah harus diluruskan. Salah tafsir bahasa misal arti Maitreya yg menjadi cahaya. Bodhisatva yg menjadi tempat, ini salah.

Silahkan saja umat Islam ada yg mau nganggap Sidharta sebagai Idris atau Daud. Pokoknya yg ada D nya deh wekekekekeke Tapi harap dicatat selang waktu munculnya agama Buddha dengan Islam, lebih dulu agama Buddha. Dalam sejarah, yang lebih tua dari agama Buddhaitu Hindu dan Jahudi.

Namun ada kecenderungan fanatisme modern yg ingin menyatukan semua agama. Menurut saya ini norak. Dan tidak sehat.

Bagaimana kalau saya ungkapkan bahwa dalam kitab Buddha juga selain Maitreya ada juga tokoh yg akan menyebarkan kepercayaannya lewat perang dan Pedang. Bahkan pedang pengikutnya ini akan membabat banyak umat Buddha.

Hal ini akan tidak baik bila umat mengasumsikannya sebagai umatnya Jesus atau Muhammad kan?


NB: saya ingin menambahkan.  Bahwa bukan masalah keberanian untuk masuk membahas tentang agama Islam.  Saya ikut dalam wacana ini karena tulisan sepihak dari seorang Blogger Muslim yang mengklaim secara sepihak bahwa Buddha Gaotama adalah Nabi Idris As.


Intinya penolakan saya adalah, dalam ribuan teks Buddhis, tak sekalipun Sidharta Gaotama menyinggung tentang wahyu dari Tuhan atas pencapaian pencerahannya.  Ini sangat aneh bila benar beliau adalah nabi Idris AS.  Karena, sesuai dengan sejarah, agama Jahudi mundul lebih dahulu daripada agama Buddha.  Jadi pada masa Buddha sudah ada yang dinamakan Monoteisme, alias Tuhan Yang Maha Esa. Sementara ajaran Buddha menolak dengan tegas konsepsi tentang mahluk yang lebih superior dari manusia yang menentukan arah perjalanan hidup manusia.


Kira kira saya mengerti, dalam beberapa tulisan EA bahwa Tuhan adalah hukum alam itu sendiri.  Sementara dalam Buddhisme, hukum-hukum alam itu termasuk hukum karma, purnabava dan hukum tumimbal lahir. Kemudian ada juga Brahma Vihara yang terdiri dari: Metta (cinta kasih), Karuna (welas asih), Mudita (turut berbahagia) dan Upekha (keseimbangan bathin).



Erianto Anas  17 Februari 2011 11:14 mengatakan...

Semangat untuk menyatukan nilai-nilai agama bagi saya WAJIB! Tapi bukan mencari-cari atau menyandingkan para tokohnya dalam lintas kitab suci. Misalnya yang disebut Maitreya adalah Erianto Anas. Atau yang disebut Nabi Idris dalam Alquran adalah Traktor Lubis. Itu hanya masturbasi metafisis.

Yang WAJIB disatukan bagi saya adalah SPIRIT UNIVERSAL-nya. Sejarah biarkan saja menjadi hiasan Rak Buku di Perpustakaan. Karena tidak ada diantara kita hari ini yang BENAR-BENAR TAHU, apakah Sidharta dan Muhammad itu benar-benar ada. Kecuali hanya dari berita sejarah.

Tapi nilai-nilai universal kehidupan siapa yang tidak merasakan dan membutuhkannnya? Ayo jawab!

 

Traktor 17 Februari 2011 12:32 mengatakan...

Nilai nilai universal agama itu sudah ada tanpa harus disama samakan. Dalam keyakinan saya tidak ada istilah WAJIB. Anda ingin melakukan silahkan. Orang lain menolak juga silahkan.

WAJIB hanya akan menimbulkan pertentangan. Bukan nilai nilai agama universal yaitu cinta kasih, damai dan kebijaksanaan yang didapat. Melainkan pemaksaan, dengan hukum yang bernama WAJIB.

Sejarah ada karena otak manusia ada. Manusia ingin tahu dan membuktikan apa yang sebenarnya sudah menjadi tanda tanya nya.  Nilai nilai universal hidup yang paling hakiki adalah kebebasan berpikir. Bebas disini termasuk bebas dari hukum WAJIB.

Anda mewajibkan apapun. Bahkan dikurung dalam ruangan sempit tanda cahaya, pikiran terus akan berkelana. Jadi, sorry.... saya menolak sesuatu yang wajib. Manusia bisa menjadi maha manusia, bila bebas dari belenggu wajib.




NB: Saya tidak mengenal kata wajib dalam hal keyakinan beragama.  Memaksakan sesuatu yang saya rasa benar kepada orang lain adalah hal yang salah menurut saya.  Pengalaman spritual saya dengan anda tidak sama.  Dan saya tidak berminat sama sekali menyama-nyamakannya.  Apalagi bila diwajibkan untuk menyamakannya, saya pasti menolaknya.  Pengalaman spritualku adalah milikku seutuhnya.  Bisa kubagi dengan share atau diskusi.  Tapi tetap milikku.


Berbeda bila anda memandang berbeda, sama bila anda ngotot itu sama.


Bahkan para atheis pun tahu apa itu kemanusiaan tanpa harus wajib menyama-nyamakan keyakinan atas ketidakadaan Tuhannya kepada umat yang theis.


Buktikan baru percaya.  Bukan percaya lalu buktikan. Sejarah adalah ilmu pengetahuan.  Direka reka dari sisa sisa peningalan lampau.  Ini menjadi pijakan supaya kita tidak gampang percaya pada mitos mitos yang banyak terdapat dan dalam dunia modern dikenal dengan teori konspirasi.


Tak ada suatu halpun yang mutlak.  Pikiran anda adalah mutlak bagi anda.  Pikiran saya mutlak bagi saya. Bila hal ini nyambung, tanpa ada pemerkosaan, maka akan terjadi yang lebih dasyat dari sekedar masturbasi metafisis. Tapi senggama metafisis.


Dalam sebuah senggama antara dua individu, apakah yang diharapkan adalah kewajiban untuk sebuah kesamaan? saya melihatnya justru perpaduan dua hal yang sangat berbeda. Jantan dan betina. Masturbasi metafisis biarlah menjadi kenikmatan sendiri.  Karena bagaimanapun orang lain tidak akan bisa menikmatinya seenak yang melakukan masturbasi.


Tetapi senggama metafisis akan melahirkan jiwa jiwa baru, pikiran pikiran baru yang sesungguhnya berasal dari paham paham kuno.  Ini kalau senggama nya berhasil.  Namun bila ada satu saja diantara pihak yang bersenggama ini melakukan pemaksaan, yang muncul adalah pemerkosaan metafisi. WAJIB mencerminkan ini.


Erianto Anas 17 Februari 2011 12:58 mengatakan...

Hahahaha.... selamat kalau begitu.

Belajarlah kembali menulis SURAT CINTA, dimana BUNGA artinya adalah ungakapan rasa cinta.
Dimana kata BENCI artinya Benar-benar Cinta.
Yang Ada kadang disebut Tiada
Yang Tiada itu kadang artinya Benar-benar Ada

Selamat berpikir!

Traktor Lubis balesnya disini saja:


Mencintai tak harus memiliki.
Kadang musuh pun sebenarnya didambakan.
Bagaimana bisa marah bila musuh dibinasakan?
Yang ada kadang justru disembunyikan.
Yang tiada itu sayangnya kadang kadang diada-adakan.
Artikel Yang Berhubungan Badan:


5 Response to "SENGGAMA METAFISIS (Erianto Anas dan Wajib Wajibnya)"

  1. Hahaha...!
    Saya sangat mengapresiasi tulisan ini. Tapi kalau boleh saran, masukan juga satu entri komentar saya yang terakhir. Jika tidak, maka mas Lubis tidak berlaku adil. Karena pada tulisan ini penutupnya justru adalah komentar mas Lubis.Dan itu akan membuat wajah dialog di atas jadi pincang. Tapi jika komen terakhir saya sudah disertakan, maka secara resmi saya sangat ACC dan segera luncurkan!

    Traktor says:

    baiklah.... akan saya edit

    Nah... gitu. Makasih.
    Jadi ada balance. Apapun adanya.
    Sip!

    Titi says:

    agama tidak utk di perbandingkan pun juga tidak utk di persatukan
    agama adalah ahlak. mau jenggot nya sedengkul, rosario nya panjang nya semata kaki, topi nya setinggi pencakar langit, kalau ga bermoral tetap ya beragama.
    moralitas bisa di konfirmasi dari hati nurani terdalam, tapi nurani terdalam tidak mampu bersuara kencang pabila nafsu belum di kikis : iri, fanatisme, dendam, kesombongan, dsb

    Traktor says:

    Agama saya sederhana: kebajikan.

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme