Jangan Takut Jatuh Cinta
Pernah aku merana. Sangat merana. Malahan terjadi disaat pertama. Cinta kandas begitu saja. Merasa dihianati, merasa dicampakkan. Kotor mungkin... pada seorang pahlawan. Kekasih hati paling suci. Yang sudah kuanggap sebagai orang yang paling aku cintai, setelah ayah dan ibu berpulang.
Tak lebih dari 2 bulan. Kisah cinta yang mulanya memang tergesa gesa itu kandas. Kisah pertama yang kurajut di dunia dewasa ini. Kisah pertama pula yang langsung ber-ending pedih. Aku merasakan sekujur tubuhmu melemah. Semangatku raib. Tangan tangan hitam mulai menggerayangi mukaku... Seperti ada ribuan serangga menjijikkan dibalik kulitku. Perutku mual senantiasa. Hampir hampir muntah.
Lama.... lama sekali kesakitan itu membekas.
Untung tak sampai kepikiran untuk bunuh diri. Walau aku kemudian bisa sedikit respect pada orang orang malang yang mungkin kurang kuat dipermainkan hati, sehingga akhirnya merasa hidupnya hilang. Seperti sebahagian darinya mati.
Penyesalan demi penyesalan timbul. Sejuta alasan lantas dicari. Semua keburukan diangkat ke permukaan. "Kamu begini kamu begitu... kamu biadap kamu juga tak berperasaan. Teganya dirimu mencampakkkan aku. Apa yang tidak kuberikan padamu. Kau yang kusayangi... sekian rupiah sekian dolar sudah kita berbagi... tapi sekarang kau tinggalkan aku... oh Ibu... betapa malangnya anakmu ini"
Itulah proses.
Setelah sekian waktu. Luka yang terbuka akan menutup lagi. Sesuatu yang hilang mungkin tidak bisa ditemukan lagi. Tapi selalu ada mutiara lain yang masih tertutup rumput liar. Kamu bisa jatuh cinta lagi kapan saja... dimana saja... pada siapa saja...
Yah, ini bicara cinta.
Aku bersyukur bisa melewatinya.
Beberapa teman pada saat galau itu sempat menyarankan. Untuk tidak lagi pernah main hati. Karena sakitnya teramat perih. Sebinatang apapun dia yang kau maki-maki, kau kutuk pakai avadakadabra... tapi disatu titik di pusat hati, noda itu bercerita... kau masih mencintainya.... sangat sangat sakit saat menyadari kebenaran ini. Seakan koreng yang mengering dicungkil lagi. hiks...
Dan, aku menangis... tanpa suara. Hanya tetes air mata tak terbendung membengkakkan mata. Saat seorang teman menyadarkan aku akan cinta yang putus di kisah pertama tadi.
Pertemanan sempat genting. Aku belakangan menyadari, apakah marahku pada teman yang dulu kuanggap meledek perasaan patah hatiku itu memang benar ingin tertawa atas penderitaanku... atau dia malah kujadikan kambing hitam perinnya hati?...
Lama.... bertahun mungkin baru bisa pulih.
Namun aku bersyukur. Jadi, aku tak sekalipun menyesali.
Terkadang laki-laki memang menjadi bodoh pada saat jatuh cinta. Bukan hanya kadang kadang, malah seringnya justru selalu. Terlambat menyadari bahwa dunia tidak berakhir hanya karena kau dihianati... atau perasaanmu dicurangi. There's a hero lies in you... yah, in you.
Bisa mencintai adalah anugerah.
Bisa menyayangi dan menerima adalah sebuah perjalanan eksotis menuju sesuatu yang suci. Walau kesucian itu munkin tercemar sedikit nafsu. Terjebak dalam cemburu dan akhirnya menyerah pada sang waktu.
Sampai sekarang aku takut bila terlambat menyatakan cinta. Hanya karena aku terlalu lemah untuk berkata jujur pada diriku sendiri. Kamu tahu sebenarnya, apakah kamu nafsu padanya... atau memang cinta padanya... atau hanya sekedar icip icip ala test drive beli mobil baru.
Bagaimana bila cinta tak terucap? Kemudian kejadian kejadian terjadi membelalakkan mata. Dia yang kau cinta ditembak orang lain duluan? Atau lebih parah lagi... saat kau tekadkan untuk menyatakan cinta besok pagi... malam ini dia mati kecelakaan di A. Yani....?
Tentu saja akan ada tangis.
Ditolak, diputuskan, dikhianati, diselingkuhi.... semuanya menghasilkan tangis. Namun tangis paling keras adalah waktu kau menyesal tidak menyampaikan cintamu pada orang yang akhirnya kau sadari kau cintai. Sampai dia hilang.... menjalin cinta dengan cadangannya.... atau mati seperti ilustrasi sebelumnya.
Berani bercinta berani berakhir.
Pernah kutuliskan sebelumnya. Bahwa cinta ibu kepada anaknya adalah tak tertandingi cinta apapun di muka bumi ini.... Namun ibu juga ternyata lebih cinta hal lain.... sedalam apapun cintanya padamu... pada saat ajal memanggilnya... dia akan pergi... Dan tak mungkin kembali... walau untuk mengucapkan beberapa kata perpisahan sayang padamu. Walau mungkin anaknya yang masih kecil menjerit menangis sejadi jadinya.... Tak kembali...
Ini menyakitkan....
Namun tak akan menghalangi siapapun yang punya nurani untuk mencintai. Kepada sesama, keapda teman, kepada orang lain, atau kepada musuh sekalipun. Sebenarnya kau mencintai musuhmu... karna kalau tak ada dia, kepada siapa kau akan melampiaskan kesukaanmu berperang?.... Kepada kalanganmu sendiri?.... ha?
Jangan takut jatuh cinta.... walau sejuta kali kau akan patah hati. Sejuta kali lebih besar pula kau akan semakin dewasa. Setiap sekali kehilangan, akan muncl sepuluh kali kekuatan untuk mempertahankan yang sudah ada dan yang baru saja diraih... walaupun itu mungkin 'hanya' kekasih.
Kau akan semakin tegar seiring usia. Kau akan semakin dewasa seiring dengan bertambahnya pengalaman bermain main dengan hati. Bercintalah pada saat harus bercinta.... Nikmatilah selagi bisa, karna tak ada yang abadi... kecuali ketidak abadian itu sendiri.
Aku selalu belajar dan belajar lagi... bagaimana untuk mencinta dengan lebih... namun aku juga menyadari bahwa aku manusia lemah... teramat lemah apalagi kalau menghadapi diriku, nafsuku sendiri. Tak ada iblis yang bisa menggodaku dari ikatan cintaku padamu... namun diriku sendiri kadang mencari sosok lain yang bisa kusalahkan..... karna aku lemah, dan kadang sedikit tidak bertanggung jawab.
Tapi senantiasa aku akan belajar.... bagaimana menghadapi apa yang kulakukan sendiri. Menyadari ini, mengenyahkan iblis yang berusaha mendekati. Walaupun dia mendekat, suatu saat dia tak akan berarti... karena aku punya cinta.... sesuatu yang sudah memuakkan sekali, karena diucapkan hampir oleh semua orang, bahkan pada mereka yang belum bisa mengeja....
0 Response to "Jangan Takut Jatuh Cinta"
Posting Komentar