Eksotisnya Kopi dari Danau Toba
Banyak sekali potensi wisata yang sebenarnya bisa digali dari Sumatera Utara. Selain keindahan Danau Toba yang luar biasa menakjubkan, tidak disadari bahwa Sumatera Utara adalah surga bagi penikmat kopi. Kopi selalu terlihat eksotik. Apalagi saat ini dunia tengah dilanda trend kopi. Bandingkan sekitar 10 tahun yang lalu, berapa banyak cafe cafe yang menyediakan kopi kelas 1 di kota kota besar di Indonesia.
Anda lihat sekarang, Starbuck, Exelso, Killiney, bahkan J.Co dan Dunkin Donut sekarang menyediakan kopi yang enak-enak.
Jalan jalan ke Sumatera Utara, menikmati pemandangan Danau Toba, masuk ke perkampungan rakyat, mungkin sebagai backpacker. Anda akan menemui sebuah fakta, di sekeliling danau Toba yang kesohor itu, ternyata kopi semua. Bagi anda penikmat kopi, mungkin tertarik untuk mengetahui bagaimana buah buah merah menggoda di pohon pohon kopi itu bisa menjadi secangkir cafein nikmat di meja anda. Saya menikmatinya.
Ini kisah perjalanan saya ke Sidikalang - Dairi - Sumatera Utara beberapa waktu yang lalu. Saya masih bisa merasakan aroma kopi yang saya goreng/gongseng sendiri…. hmmmm
Baru nyampe semalam jam setengah 11 malam. Arus mudik gila gilaan. Kereta Api camp konsentrasi Nazi…. di tengah tengah kereta yang untuk jalan, penuh manusia bergeletakan, duduk, selonjoran…. gak begian kursi. Yang apes petugas restoran kereta api. Kalau ada yang pesan makanan, mukanya langsung kebingungan gimana ngantarnya. Di ruangan restorasi yang kotor dan jorok itu sendiri, manusianya tumpah ruah, seperti kuah.
Di dalam koperku yang berat, kurang lebih ada 20an kilo kopi kering. Oleh oleh dari Dairi. Sekitar 2 kilo, adalah kopi luak yang disini lebih dikenal sebagai musang. Mahal banget, 10 kali lipat harga kopi arabica atau robusta biasa. Tapi bener bener pengen nyoba…. seperti apa sih rasanya.
Kopi Luak
Luak, disini adalah musang…. Binatang berkaki 4… hehehehe, agak imut, misterius dan wangiii…. sampa lemaknya dipakai buat bahan dasar pembuatan parfum. Yang lebih istimewa lagi… ternyata nyawa si musang tidak seberharga kotorannya, alias taiknya….
Luak, disini adalah musang…. Binatang berkaki 4… hehehehe, agak imut, misterius dan wangiii…. sampa lemaknya dipakai buat bahan dasar pembuatan parfum. Yang lebih istimewa lagi… ternyata nyawa si musang tidak seberharga kotorannya, alias taiknya….
Menjijikkan? Silahkan saja jijik. Yang pasti, dunia menghargai sampai jutaan kopi yang bercampur mesra dengan eek si musang.
Beruntung, di Dairi - agak pedalaman Sumut. Kopi luak dikumpulkan, dengan masih memakai cara tradisional. Artinya…. belum terpikir oleh orang sana untuk menternak luak, lalu memaksanya makan kopi.
Luak tidak hanya makan kopi…
Luak hanya makan kopi terbaik. Sepertinya, ada standar khusus yang diterapkan pada para luak… bahwa kawula mereka hanya mau makan buah kopi terbaik, dengan ukuran diameter tertentu…. kemudian hidung mereka juga mengendus ada tidaknya kandungan herbisida atau fungisida atau insektisida yang melekat di buah kopi.
Luak rajin makan kopi di perkebunan kopi yang organik.
Dairi lah gudangnya. Disini jarang atau kalau mau dibilang hampir tidak ada pemakaian pupuk pupuk kimia buatan pabrik. Kebanyakan mereka malah membiarkan perkebunan kopinya terbengkalai tumbuh semula jadi… Hanya mengandalkan alam yang pegunungan, yang sudah otomatis mengkaruniahi tanah yang teramat subur. Walau akhirnya lalang lalang juga subur… demikian juga bunga bunga liar…
Kopi tumbuh di daerah seperti itu.
Secara naluriah, semua binatang akan memilih makanan yang alami daripada yang kimiawi. Tidak seperti manusia yang lebih percaya kepada mata. Hewan/binatang punya instink dan penciuman yang tajam untuk memeriksa dulu apa yang mereka makan.
Luak atau musang, pasti banyak mencuri kopi di perkubunan kopi yang tidak digarap secara modern dengan bahan bahan kimia.
Itu beda kopi luak alam, dengan kopi luak yang hanya sekedar - kopi melintas di perut luak.
Maksudnya; karena harga kopi luak yang sangat gila…. Sekarang ini banyak perusahaan yang menternakkan luak… lalu diberi pangan kopi… dengan harapan akan banyak kopi dari eek luak yang terkumpul secara berlimpah, tanpa susah susah mencari car lagi dari sungai.
Namun, harap diingat…. bila dalam keadaan lapar berat…. kopi yang bagaimanapun akan dimakan oleh si luak… tidak lagi yang terbaik… tidak lagi yang aman bagi jantung, tidak menyebabkan imptensi, kanker dsb… hahahaha… alias… standar makan sehat pada luak liar akan dilanggar oleh luak luak kelaparan yang dipelihara oleh industri.
Kalau sudah demikian, apa istimewanya kopi luak ternakan? Istimewanya…. masih ada, yah sekedar kopi melintas di alur pembuangan kotoran binatang yang namanya luak….
—–
Apakah tidak jorok? atau menjijikkan… memakan atau mengkonsumsi sesuatu hal yang datangnya dari kotoran hewan?
Jelas menjijikkan….
Tapi memang manusia sudah kerap makan yang kotor kotor…. kalau anda yang baca notes ini adalah wanita…. coba ingat ingat berapa harga usus sapi atau lembu…. perut babi atau rempelo ayam….
Memang sih gak ada yang jual usus luak….
Nah…. semuanya kotor dan menjijikkan…. tapi kotor dan menjijikkan itu, bisa diakali dengan dicuci….
Mana yang lebih kotor, kopi yang masih berkulit ari (seperti kedelai) yang melintas di perut luak sekitar 2 jam… dengan usus kerbo, kambing, babi ayam dll yang sudah sejak lahir memang tempat taik itu sendiri?….
Beranikah anda langsung memasak babat kambing tanpa mencucinya?…
Liat gambar yang saya tag ke notes ini… ada yang gambar kopi luak fresh dari pinggir sungai, masih bersama taik taik musangnya….. Nah…. di kotoran hewan itu, ada kopi kopi mutu paling tinggi… yang masih berselaput kulit ari keras (mirik kulit kedelai). Kemudian, kopi kopi campur eek musang tadi dicuci sebersih bersihnya…. mau pake sabun dikit juga gpp… yang penting bersih…. paling pas dicuci di air mengalir.
Setelah pencucian selesai… gabah kopi tadi dijemur sampai kering…
Setelah kering, baru dilakukan pengelupasan kulit kopi. Ini kalau mau dikelupas pakai tangan, susahnya minta ampun. Keras dan tangan saya sendiri sampe lecet lecet karna nekat mengelupasnya pake tangan, tidak pakai mesin obras yang ada di tempat petani kopi.
Setelah dikelupas kulitnya. Jadilah kopi yang sudah siap digongseng.
Tapi sekali lagi… Kalau saya…. saya akan menjemur lagi kopi tersebut sampai kering benar. Dibawah sinar matahari yang terik. Sekering keringnya.
Semakin kecil kadar air yang ada, akan semakin tidak asam kopinya. Ini lagi sebuah kenyataan, mengapa kopi pabrik selalu asam. Karena pengeringan di pabrik, jarang yang memakai paparan terik matahari… tapi cenderung ke peralatan modern, dengan dimasukkan ke dalam oven. Uap air berkurang, aroma terjaga, tapi asam nya juga tidak hilang.
Demikian juga dalam kasus penggorengan/penggongsengan kopi. Kopi pabrik yang digongseng dalam oven tertutup, akan sukar untuk menguapkan kadar asamnya… Kopi kampung yang digongseng di kuali secara tradisional, pasti akan menguapkan asamnya…. Bagi yang ada sakit maag tapi doyan ngopi…. carilah kopi kampung. Jangan Nescafe atau kopi pabrik lainnya… asam…. saya sendiri tidak begitu tahan… bisa ngisep di perut…
Penggongsengan kopi di dalam oven tertutup jelas akan mempertahankan aroma yang sangat sangat kuat. Dibanding dengan penggongsengan traditional di kuali besi dengan api dari kayu bakar…. Namun mengasapan pada proses ini juga memberikan aroma lain yang exotic. Tidak terdapat di kopi pabrik.
———-
Dari Sidikalang sendiri saya membawa beberapa jenis kopi:
1. Kopi Robusta
Ini kopi yang pohonnya tinggi tinggi… relatif tahan penyakit. Terutama virus kopi. Dikenalkan Belanda pada rakyat Sumatera Utara, saat varietas kopi arabica yang lebih pendek rusak dihajar virus. Robusta adalah kopi yang kurang wangi… tapi memberikan rasa padat yang mantap pada kopi.
2. Kopi Arabica
Ini kopi paling populer di seluruh dunia. Jenis Arabica di tanam di bermacam daerah. Setiap daerah menghasilkan kopi arabica dengan aroma yang beda. Kopi Toraja yang terkenal, kopi takengon yang juga beken, sampe kopi brazil yang banyak di Starbuck adalah kebanyakan kopi jenis ini. Kalau mau cari kopi Arabica yang organik (tanpa setetespun kimia pabrik) silahkan hunting ke pedalaman Dairi - Sumut…. Disini, arabica dikenal dengan nama kopi Ateng (karna pohonnya pendek - kaya Ateng) dan kadang juga disebut kopi Sigalarutang (karna banyak petani yang jadi bisa bayar utang, gara gara tanam kopi ini)
Ini kopi paling populer di seluruh dunia. Jenis Arabica di tanam di bermacam daerah. Setiap daerah menghasilkan kopi arabica dengan aroma yang beda. Kopi Toraja yang terkenal, kopi takengon yang juga beken, sampe kopi brazil yang banyak di Starbuck adalah kebanyakan kopi jenis ini. Kalau mau cari kopi Arabica yang organik (tanpa setetespun kimia pabrik) silahkan hunting ke pedalaman Dairi - Sumut…. Disini, arabica dikenal dengan nama kopi Ateng (karna pohonnya pendek - kaya Ateng) dan kadang juga disebut kopi Sigalarutang (karna banyak petani yang jadi bisa bayar utang, gara gara tanam kopi ini)
3. Kopi Jantan/Tunggal
Sepertinya ini jenis arabica juga. Hanya, kalau biasanya Arabica bijinya berkeping 2… artinya, dalam satu buah.. setelah dikelupas kulit buah dan kulit ari, akan terbelah dua biji kopinya. Hal sebaliknya pada kopi jantan/tunggal ini. Bijinya melingkar menyatu. Makanya disebut kopi tunggal atau jantan.
Sepertinya ini jenis arabica juga. Hanya, kalau biasanya Arabica bijinya berkeping 2… artinya, dalam satu buah.. setelah dikelupas kulit buah dan kulit ari, akan terbelah dua biji kopinya. Hal sebaliknya pada kopi jantan/tunggal ini. Bijinya melingkar menyatu. Makanya disebut kopi tunggal atau jantan.
4. Kopi Luak/Musang
Tak peduli jenis yang mana, mau arabica atau robusta…. setiap biji kopi terbaik, si musang pasti demen…. Lagian, musangnya buta huruf dan gak tau biologi…. hanya mengandalkan instink dan penciuman…. mana dia tau itu arabica atau robusta…. tapi dia tau yang belum digerogoti kutu… yang buahnya paling gede… yang isinya paling padet…. yang kulitnya paling tebel…. yang racunnya hampir gak ada….
Tak peduli jenis yang mana, mau arabica atau robusta…. setiap biji kopi terbaik, si musang pasti demen…. Lagian, musangnya buta huruf dan gak tau biologi…. hanya mengandalkan instink dan penciuman…. mana dia tau itu arabica atau robusta…. tapi dia tau yang belum digerogoti kutu… yang buahnya paling gede… yang isinya paling padet…. yang kulitnya paling tebel…. yang racunnya hampir gak ada….
————————
Sayang hari ini agak mendung…. jadi saya belum bisa menjemur kopi kopi yang saya bawa kemaren. Untung sudah ada sedikit yang benar benar sudah kering…. jadi, sudah bisa menggongseng pelan pelan, pake api yang kecil saja…. sambil merokok, menikmati aroma kopi yang keluar sedikit sedikit searah dengan semakin masaknya kopi di penggorengan…..
Nikmat……
(Ini catatan perjalan beberapa waktu yang lalu)
0 Response to "Eksotisnya Kopi dari Danau Toba"
Posting Komentar