BUS CINTA



Hari hari ini cinta berwarna merah.  Tak sampai dua minggu lagi, sebelum cap go me, merah ini akan menjadi merah jambu.  Merah yang lebih lembut, dengan semangat berkasih kasihan yang lebih muda.
Kisah berikut tentang cinta, cinta dan air mata. Dua sisi koin yang tidak bisa dielakkan.  Yang berpangkal dari sebuah keputusan.

Saat berada di sebuah persimpangan jalan dan tidak yakin arah mana yang harus diambil, sebaiknya menepi, rehat sejenak dan menanti sebuah bus. Segera biasanya saat kita tidak berharap, sebuah bus akan lewat. Di bagian depan bus itu biasanya tertulis tujuan ke mana yang akan ditempuh bus tersbeut.
Jika tujuan bus tersebut sama dengan tujuan anda, naiklah. Melajulah bersamanya. Jika  tujuan bus tersebut tidak sama, tunggulah, akan ada bus lain yang segera datang.

Dengan kata lain, saat kita harus mengambil sebuah keputusan dan tidak yakin apa yang akan terjadi, sebaiknya menepi, rehat sejenak, tunggu. Segera, biasanya saat kita tak berharap, sebuah solusi akan menghampiri. Setiap solusi punya tujuan sendiri. Jika tujuannya cocok dengan tujuan kita, ambillah solusi tersebut. Jika tidak, silahkan tunggu lagi, akan selalu ada solusi lain yang akan datang. Dan biasnaya solusi itu juga akan datang saat kita tak memaksakan diri memikirkannya.

————-
Kadang, dalam suatu kondisi yang pelik, di pergaulan, pekerjaan dan percintaan, kita dihadapkan pada suatu titik untuk mengambil keputusan. Lanjut atau berhenti.

Beberapa bulan, saya merasakan bahwa kondisi hubungan saya dengan seseorang yang saya cintai sudah semakin beracun.  Hubungan jarak lumayan jauh. Yang akhirnya setelah jarak geografis semakin dekat, justru terasa semakin jauh.

Saya menghentikan bus….

Turun, dan berjalan ke terminal. Duduk disana beberapa saat. Bertemu dengan penumpang yang lain yang juga punya tujuan masing masing. Saya mulai berpikir. Mengumpulkan sekian banyak info. Mengkaji ulang apa yang sudah terjadi. Mengkaji lagi apa yang akan terjadi. Mengkaji lagi mengapa semua ini bisa terjadi.

Dalam kesunyian. Aku menunggu, menimbang untung rugi. Menisik rasa sakit yang mungkin muncul. Aku menunggu di terminal bus. Sampai tiba-tiba, saat aku sudah mulai tidak memikirkan hubungan itu lagi. Ada bus baru yang datang dari kejauhan. Cinta dan air mata…. selalu menyertaimu… kekasih, kini kuucapkan, selamat jalan, selamat tinggal sayang………

Keputusan. Aku pergi meninggalkan seikat mawar merah, dan membawa seikat bunga bank…..
Lalu aku turun di persimpangan lain.

Duduk lagi menunggu, hingga hari ini…. Kadang kadang dibalut sedikit depresi. Kepedihan dan kesakitan yang berangsur angsur mulai hilang. Walau luka baru ditorehkan lagi. Sebuah bus menabrak karang, bus tua yang malang. Hancur berjeping keping. Tak bisa kunaiki lagi.

Beberapa bus sudah bermunculan.

Kulirik beberapa. Kumasuki bahkan, beberapa… untuk sedekar melihat isi yang ada di dalamnya… Orang orang yang bakal menjadi teman seperjalananku…. Uffff…. Masih belum ada yang cocok dengan tujuanku. Beberapa tangan dari bus mencoba menarikku masuk…. Aku bilang, koperku masih tertinggal di luar… dan mereka masih manarikku, berusaha memaksaku masuk. Tapi….

TIDAK. Aku belum melihat bus yang sama tujuannya dengan tujuanku.

Biar aku merenung lagi, gigit kuku sesekali. Baca buku berkali-kali. Aku menunggu disini.
Di persimpangan ini, dengan cabang sejuta, ke kanan, ke kanan tambah 2 derajat. ke semua arah. Aku memperhatikan arah. Arah mana yang akan kutempuh. Lihat warna busnya. Hitam atau putih. Lihat ongkos yang yang ditawarkan busnya.

Ada bus yang memang mahal, full ac, full video, full tv, full karaoke.
Ada bus yang memang murah, tapi bangkunya saja banyak kepindingnya.

Atau, mengapa aku tidak mencoba pesawat? atau kereta api atau kapal laut yang takut goyang goyang?
Dan, aku masih menunggu. Tak berusaha untuk mencari orang lain untuk memberikan solusi kepadaku atas kesendirian ini.

Karena, kelak suatu hari, bus dengan cat warna warni indah, bangku yang empuk bisa buat tidur sejenak. Bus yang kondekturnya tidak bisa juga tidak suka bentak bentak. Bus yang AC nya tidak terlalu dingin, namun juga tidak yang menjadi sauna diwaktu siang hari. Bus yang bersahaja,  yang tidak menyediakan gula gula untuk membuaiku. Bus yang tidak terlalu banyak singgahnya dimana mana. Bus yang setia dengan tujuannya,  yang tidak menurunkanku untuk pindah bus, karena katanya tujuannya sebenarnya tidak ke situ. Ah…. bus yang tidak menganggap aku seperti barang di bagasi, yang bisa diturunkan di mana saja.

Saat ini,  aku melihat sebuah bus baru dari kejauhan,  Mengkilat,  warnaynya pun pink, indah sepertinya. Membunyikan klaksonnya yang cukup kuat. Aku melihatnya melambai padaku, pada saat aku tidak memikirkannya ini, akan kulihat dulu kemana tujuannya.


Artikel Yang Berhubungan Badan:


4 Response to "BUS CINTA"

  1. Gina says:

    Kereeeeennn.....

    tapi jadi agak 'bertolak belakang' dengan tulisan tentang 'kiat jitu cari istri sempurna' itu. Kalo nunggu bis yang benar2 ga pake kepinding dan yang AC-nya ga bikin kedinginan, sama aja kayak nunggu bis yang sempurna kan?

    However, love it. Di tulisan ini kerasa banget melow-nya Bang Traktor (jarang-jarang nih, terungkap dalam tulisan, hehehe).

    Traktor says:

    Gina: cinta disitu hanya metafora. Sebenarnya yang saya maksud dengan cinta adalah hidup. Coba deh, Gina ganti kata cintanya dengan hidup. Disaat kita menghadapi kegagalan.

    Disaat kita putus cinta, disaat dipecat dari kerjaan, disaat bisnis bangkrut... pesannya adalah jangan stress, itu semua bagian dari hidup. it's okey... tiba tiba ntar semua sudah ada yang terjadi.

    Asal tetap yakin dengan diri sendiri.

    Gina says:

    Oh, jadi perluasan makna toh. Maksudnya bukan sekedar cinta yang pink-pink-an itu. Sip deh ^_^

    Traktor says:

    yah sebenarnya begitu. tapi karena ini tulisan ditulisa menjelang Valentine, yah jadinya pink lah... hahahahaha

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme