RIBUAN ORANG TUA MENJUAL ANAKNYA SENDIRI DI FACEBOOK! MUNGKIN ANDA JUGA
Entah kenapa, mungkin sudah pada curiga, kenapa belakangan ini saya sedikit obsessed dengan dunia anak. Apa karena dapat job bikin video klip PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau karena mungkin memang lagi perhatian ke anak anak. Atau mungkin akibat melihat 4 orang anak almarhumah Kakak saya tercinta yang masih berusia belia, kelas 3 SD - 1 SMU. Entahlah.... saya sedang melihat sisi lain anak anak.
Sehingga, kadang saya teringat juga dengan kakak saya yang baru meninggal tersebut. Bagaimana sewaktu masih bocah dulu, kita sering main di sawah sawah, nangkap ikan 'pala Timah di emperan parit sawah yang jernih banget. Atau kecebur ke sungai uak di pinggir ladang.
Dari 4 orang yang kira-kira sebaya waktu saya masih bocah ini, almarhumah adalah yang tertua, kemudian ada seorang abang, lalu seorang kakak lagi, dan saya yang paling bungsu, jadi relatif paling butuh perlindungan. Walau demikian, kakak termuda saya yang paling sering bikin masalah. Misalnya, seperti kecebur ke sumur Uak itu. Saya masih teringat jelas, bagaimana Almarhumah dan abang saya serta saya (yang mungkin bukan membantu, tapi ngrecokin) ambil galah bambu panjang, untuk pegangan kakak termuda yang kecebur di sumur....
Ajaib memang dunia kecil. Entah bagaimana caranya kakak termuda berhasil kami angkat dari sumur yang kedalamannya sekitar 1 - 2 meter tersebut. Masih teringat juga bagaimana Uak Darbi ngamuk ngamuk, karena sumurnya tercemar.... hihihihi... soalnya sumur itu dipakai buat air minum, masak dan juga untuk ambil air sholat.
Dan kami pun berlarian dikejar kejar.... Itu kenangan pra sekolah saya. jadi masih belum 6 tahun. Mungkin, saat itu saya masih 4 - 5 tahun.
Lain lagi cerita pas mencuri sawo di ladnag wak Asan. Kali ini lebih sadis.... Pernah gak merasakan kaki pedih ditembak pake peluru kacang ijo?.... hehehehe... wak Asan paling hobi menembaki kami dengan senapan usangnya, bila ketahuan manjat pohon sawonya yang penuh semut, mencuri yang masak atau mengkal. Tak peduli getahnya bisa mengotori pakaian dan mulut.... puas duduk menjogrok ber empat menikmati hasil curian.
Makanya, saat nonton The Lord Of The RIng - The Fellowship of the ring, pas adegan Frodo, Sam, Merry dan Pipin kegirangan dikejar kejar pake sabit.... dan lalu ketemu jamur.... sumringah... saya juga teringat pengalaman kecil saya. Indah sekali.
-----------
Lalu sekarang anak-anaknya. Keponakanku. Lucu dan masih sangat aktif. Terkadnag, saya melihat sendiri ada kok segaris kesedihan yang juga menyiratkan rindu di wajah kecil mereka. Semuda itu sudah tak punya ibu. Sosok paling menlindungi pada seorang anak. Dimanapun.
-----------
Tapi, sekarnag ini, kembali ini masih merupakan pandangan pribadi saya. Saya tidak bisa mencegah persepsi persepsi negatif seperti kasus autis dulu. Bahwa kasih sayang yang diberikan ortu ke anak kadang berlebihan. Sadar tidak sadar, kadang ini membuat anak menjadi tidak mandiri, bahkan mungkin bisa jadi cikal bakal BK... bukan Bung Karno atau STNK Sumatera Timur, tapi Besar Kepala... alias pongah,...
Saya suka geram melihat murid yang suka mengadu.... Pak... saya dipukul si anu... Pak, si anu mengganggu saya....
Geram pada yang membuat onar. Geram karena terusik. Geram karena kadang bila terlalu saya tanggapi, efeknya bisa jelek pada si anak, yang ngadu atau yang buat onar.
Ngaduh, ini sikap yang tidak terlalu baik. Dalam posisi terpojok, ini memang perlu. Tapi bila terlalu tergantung pada 'ngaduh'.... kemandirian juga digerogoti. Lama-lama, ini bisa menjadi semacam KKN dalam bentuk pembibitan. Mengapa begitu?
Entahlah.... masih dalam tahap pemikiran, Kolusi dan Nepotisme saya pandang tidak lebih dari sebuah kebiasaan mengadu pada orang orang dekat... kerabat dan famili. Pada yang bisa melindungi properti sendiri agar bisa aman, dan agar bisa lancar mulus sukses tak peduli ada yang tertindas.
Berapa banyak korban jiwa jatuh, 500.000,- atau jutaan pada pembunuhan besar besaran pasca G 30 S/PKI hanya akibat pengaduan? Benar dan akuratkah semua yang mati itu benar benar orang orang beraliran politik kiri? Bukan korba pengaduan karena dendam masa lampau? Hingga rekor Indonesia dalam hal pembunuhan masal (menurut majalah National Geography) di atas Khmer merah, dibawah Cina dan Hitler.
Murid yang mengaduh ke ortu. Ortu menanggapi. Selayaknya ortu harus menanggapi. Tapi bukan dalam artian bereaksi berlebihan. Diperlukan kebijaksanaan lebih pada ortu dan guru untuk memberikan perlindungan kepada anak. Bukan sekedar mop sana mop sini atau hukum sana hukum sini.
Lalu belakangan, di Friendlist saya sendiri, di facebook. Maaf teman-teman, tidak ada maksud menyudutkan atau mengejek atau apalah istilahnya.... Saya hanya punya pikiran sendiri. Bijakkah kita sebagai orang tua mengganti profil pic kita dengan photo anak kita. Di suatu jejaring sosial international, tembus batas, tembus budaya, tembus agama, tembus khazana seperti facebook ini?
Pertanyaan awal saya. Mengapa anda tidak memajang photo anda sendiri?
Anda tidak ingin dikenali? atau iseng? atau gak suka saja? atau mungkin malu?
Baiklah Rudolfo... (hihihihihi Iya Ines.....) kita bahas satu satu.
Tak Ingin dikenali - ada banyak setting profile yang memungkinkan profile anda tidak bisa dikenali. Ada banyak setting yang bisa membuat profile anda tidak bisa di add sembarang orang. Tapi, sekali lagi, bila kelakuan anda baik baik saja di Facebook... mengapa tidak ingin dikenali. Seperti ketika anda melenggang di mall... bila anda tidak ingin dikenali, pakailah masker seperti Jacko... atau kaca mata hitam gede seperti selebriti.... bukan malah mengangkat anak anda yang harus lebih anda lindungi, menutup muka anda....
Anda bangga sudah bikin punya anak?... Ah... 99 % orang dimuka bumi bisa bikin anak... bukan hanya manusia, semua mahluk hidup itu dikatakan mahluk hidup yah salah satunya karena punya kemampuan berkembang biak. 2 menjadi 3 atau 4 (bila kembar 2 dsb).... Secara sexual atau a-sexual.
Anda bangga pada anak anda yang lucu, cakep dan imut? Bikin sebuah folder atau album photo di profile anda, semacam galery untuk memantaskan keindahan anak anda. Tapi tidak sebagai identitas pengenal.
Anda Malu dengan photo sendiri. Hehehe.... kalau anda saja malu... apalagi anak anda.... be yourself dong... alih alih be your kids...
Internet dunia bebas kan?.... Bener... kebebasan paling bebas di dunia ini bisa ditemukan di dunia maya. Tapi harap diingat. Bebas juga pakai batasan. Setiap anda sign up bikin email di mana saja, anda dihadapkan pada sekian persetujuan dengan penyedia fasilitas tentang aturan aturan mereka. Anda setuju email dibuat tidak setuju silahkan klik cancel. Coba baca kembali, pasti ada klausa, bahwa anda 17 atau 18 tahun ke atas. Begitu juga dengan pas bikin profile facebook.
Apa yang diisyaratkan disitu, bahwa facebook, yahoo, dll berusaha untuk melindungi anak juga. Dari apa? begini saja, bila anda saja tidak nyaman bila photo anda yang jadi identitas anda, apalagi anak anak. Yang belum ngerti atau mungkin udah ngerti atau masih ragu ragu. Anak anak belum kepikir sampai kemana efeknya bagi mereka bila jutaan pasang mata melihat wajah mereka di internet, setiap hari mungkin.... Ini siapa yah?.....
Siapa saja bisa mengakses internet sekarang. Tidak ada kasta, tidak ada rezim apartheid, tidak ada pembatasan rasial, tidak ada pembatasan orientasi sexual, tidak ada batasan kriminal bagi orang orang yang punya akses ke internet, ke facebook. Ada pelacur, gigolo, homosexual, perampok, hacker, teroris, pedofil, juga ada ulama, gadis remaja, ustadz, guru, pendeta, bhiksu, romo dll di internet.
Kebanyakan jejaring sosial di internet beranggapan anak anak belum layak mengakses dunia sebabas ini... eh... anda malah menyematkan anak anda sendiri sebagai identitas anda....
Bijakkah?
0 Response to "RIBUAN ORANG TUA MENJUAL ANAKNYA SENDIRI DI FACEBOOK! MUNGKIN ANDA JUGA"
Posting Komentar