Borobudur Yang Jelek




Mulanya, aku membaca, kemudian aku ngobrol dengan Ilham…. Lalu perjalanan ke Borobudur yang benar benar inspiratif. Aku sudah tak sabar menuliskan ini. Sudah sempat kucurahkan sedikit di status pada saat ide itu muncul… Tapi inilah kesempatan sebenarnya bisa berbagi dengan teman temanku disini. Untuk siapa saja, dan bukan untuk siapa siapa juga.

Begini.

Melihat sosok candi paling gede di dunia yang bernama Borobudur yang letaknya kurang lebih 45 km dari Jogya. Dimasa ada muktamar Muhammadiyah yang bikin macet jalan ke Megelang. Sosok seperti bukit batu gede itu terus terang mencengangkan. Sebagai Buddhis, tak perlu malu aku mengakui, selama ini entah kenapa asal ke Jawa aku melewatkannya. Mungkin jodoh mempertemukankan dengan isi kepala ini, yang akan segera kusampaikan.

Demikianlah. Borobudur yang berdiri gagah… tampan dengan panampilan tua dan berwibawah. Tak kuasa aku menahan haru. Ini karya bangsa yang paling indah yang pernah kulihat.

Masuk ke ritual agamaku. Melangkah menyusuri lorong lorong relief searah jarum jam yang disebut pradaksina. Aku melakoninya. Perjalanan ini religius bagiku. Mungkin tidak dirasakan bagi umat lain yang tumplek blek di candi megah ini. Namun setiap agama ada tradisi ziarah religiusnya.

Lorong pertama…. hmmmm ternyata tidak seindah bila kulihat dari jauh. Banyak patung tanpa kepala… banyak sambungan relief yang gak nyambung. Banyak patung yang sudah seperti gumpalan batu saja. Bahkan setelah kuperiksa dengan seksama… banyak patung atau relief atau batu baru yang dipasangkankan untuk sekedar mengkokohkan sosok candi.

Naik terus ke lorong kedua…. kondisi yang sama, reliad yang seharusnya bercerita tentang kisah kisah Buddha banyak yang sudah lelah bertutur…. terus terang dari jarak dekat Borobudur jelek… Bopeng dan tidak utuh…. Semakin ke atas semakin demikian… bahkan ada dinding yang sudah tak ada. Entah kemana?… Gapura yang sompel… relung relung yang hilang.. Buddha yang buntung tangannya… hilang jempol kakinya… dipenggal kepalanya… bahkan ada yang sudah dimutilasi…

Demikian terus sampai ke stupa puncak….

Aku mengambil nafas…. ada sedikit kecewa. Ternyata rusak… ternyata ini yang tersisa… tidak luar biasa….

—————-

Aku membayangkan seperti yang pernah kubaca. Ada tembok dari bata yang kubangun. Mungkin dengan cinta. Karna aku bukan tukang bangunan… beberapa batu bata yang di awal sangat jelek posisinya…. merusak keseluruhan panampilan tembok mulus yang ingin kutampilkan. Aku berusaha positif… menutupi dua batu bata jelek itu dengan hiasan kembang… gantungan ukiran jepara… atau seperti cat mobil mulus yang cacat sedikit di dekat bamper depan, ditutupi stiker lucu deh… atau eh, tanki minyak motor si dia dulu, yang sempat jatuh dan lecet… ditutupi dengan stiker tribal.

Demikinlah… dalam hubunan bercinta juga seperti itu. Pada awalnya… pada awal awalnya sekali. Kekuranganmu akan kututupi, kuabaikan. aku akan mengerti bila kau tak balas sms atau tak angkat telponku. Tak menaruh curiga kalau kau ternyata selingkuh. Yah, itu sudah sifatmu. Dan aku memakluminya… dengan kata lain aku menyembunyikan hal hal itu… aku menutupi 2 batu bata jelek pada 1000 batu bata yang kususun indah menjadi tembok.

Demikian kulihat lagi ke Borobudur.

Lalu terlintas ucapan sang Guru. Mengapa hanya melihat ke patung yang rusak. ke Bbuddha yang terpenggal di kepala… yang sudah termutilasi?……… Bukannya dari 1000 batu bata yang tersusun mulus itu, ada 998 batu bata lain yang bagus? indah? sempurna letaknya?… maching warnanya?
Kalau hanya memikirkan 2 batu bata yang jelek itu… jeleklah yang 1000 batu bata itu.

Kalau hanya 2 orang di Jkt yang pernah bikin trauma - katakanlah begitu…. berjuta yang lain kan indah?! Kalau di Solo hanya ada 1 yang sombong, yang sangat baik hati sekali.. bersahabat dan ramah juga banyak………

Kalau mata hanya melihat yang 2 jelek itu saja… adalah bodoh kan bila menganggap yang lain juga jelek? Kalau borobudur hanya patung patung cacat…. dimana kesohorannya? Kalau hanya melihat Indonesia pada kinerja polisi, korupsi dan kasus arielnya…. Lalu Bali, bromo, toba, borobudur, jogya, lombok…. apa dong?

Bukannya di awal aku justru terpesona oleh keindahannya? kemegahannya?

Bukannya aku pernah dan masih sangat sayang padanya? walau ada 2 batu bata jelek di wajah dan pantatnya?

Kemana ingin pikiran diarahkan? kesitulah dia akan bermuara.

Lalu sunyi…. aku menunduk menatap lantai batu yang dirapatkan akhirnya dengan adonan semen warna abu abu. Aku sendiri pernah begini. Dan pasti banyak temanku yang juga begini. Haruskah ini kusampaikan? kubagi? apa yang aku rasakan? Walau kau pasti berujar, tidak seperti itu keadaaannya… Karna masalahnya memang di dirimu. Kau menarik banyak hal kepada dirimu sendiri.
Pada potongan batu batu berukir pun kau tarik ke dirimu. Pada status di FB saja pun kau tarik ke dirimu… Berat ya…. main cinta itu berat. Menjalin komitmen itu lebih berat. Melihat pacar dicintai banyak orang juga berat. Punya pacar yang cakep ternyata lebih berat. Tapi dari semua itu, bila kita ingin sadar sesadar-sadarnya…. justru memikirkannya yang paling berat.

Hidup ini berat. Dan yang paling berat dari hidup ini adalah memikirkannya.

Kemana mata harus ditujukan. ke 2 batu bata norak gak macthing itu? atau ke 998 batu bata lain yang ternyata baik baik saja. Layakkah yang 2 jelek itu menutupi keindahan 998 batu bata yang lain….? Apakah itu tidak bodoh? Layakkah kau hancurkan tembok batu bata yang sebenarnya indah itu hanya karena ada 2 batu bata jelek itu?

Wahai teman temanku, bila ada yang jatuh cinta padamu…. dan kau jatuh cinta juga padanya… seiring dengan waktu…. jangan fokus ke 2 batu batanya… tapi lihatlah ke 998 batu bata cantik lain yang ada padanya. Jika kau menemukan candi… banyak yang rusak… tapi lihat secara utuh… mungkin 100 tahun ke depan kau belum bisa menemukan bangunan kuno seperti itu lagi…

Kalau sampai tembok sudah runtuh, kau hancurkan karena 2 batu bata jelek itu…. kelak akan kau hayati… betapa bodohnya dirimu. Lukisan Monalisa itu nyaris sempurna…. namun ada kejanggalan kejanggalan yang kasat mata. Namun mata bisa diarahkan… untuk mempelototinya secara utuh atau tetap fokus pada 2 sapuan kuas melenceng yang membuat kiri dan kanan monalisa tidak sinkron. Mungkin Dan Brown meliat ke sana, saat ide muncul buat menulis Da Vinci Codenya…
Sama sama baca alkitab, kau baca hitam kubaca putih… Mata diarahkan mata hati.

Sampai ke alternatif ke dua.

Anda tidak memandang 2 batu bata jelek itu. Anda memandang ke keindahan 998 batu bata yang lain…. Kelak anda akan melihat…. mencari…. dan tidak lagi anda temukan…. dimana yah 2 batu bata jelek yang dulu kurekatkan pertama kali?…………

Borobudur mengajarkanku itu!

Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Borobudur Yang Jelek"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme