MAAF HANYA KATA
Salah satu keburukan seniman adalah sensitif. Menjadi negatif bila dituliskan sebagai sensi. Sebenarnya ini bukan urusan saya. Tapi sekali lagi karena saya memposisikan diri saya sebagai penulis, mau tak mau naluri usil saya memaksa lagi jari jari saya yang mulai keriting untuk menuliskan ini. Maaf memang hanya sekedar kata.
Saya pernah salah. Bukan hanya pernah saya sering salah. Bahkan saya hampir setiap hari berbuat salah. Disisi lain, saya juga selalu memaafkan, kadang kadang saking seringnya, setiap jam setiap menit di otak saya hanya berpikir tentang salah saya. Maaf kepada siapa yang harus saya sampaikan dan sebagainya.
Pada dasarnya kita semua pemaaf. Di sisi yang berseberangan kita juga pendendam abadi.
Begitu terus setiap hari. Kita akan menjadi sangat pemaaf bila kita menyadari bahwa kesempurnaan hanya milikNya. Sebagai mahluk yang paling sempurna, itu menandakan ada yang sempurna saja. Paling sempurna, artinya diantara yang tidak sempurna inilah yang paling sempurna. Mengapa tidak paling sempurna dari yang sempurna? Tak lain karena sempurna itu satu. Bukan dua bukan seribu.
Teman anda datang membawa salah. Katakanlah sampah sampah sumpah serapah. Bayangkan sebagai pupuk kandang yang tiba-tiba menggunung di depan rumah anda. Anda kaget saat membuka pintu mendapatkan begitu banyak pupuk kandang segar sumpah serapah dari teman anda. Kutuk pun keluar dari bibir anda.
Benarkah pupuk kandang segar dari kandang sapi itu sampah?
Anda hanya memerlukan bebuah sekop untuk memindahkan sampah sampah sumpah serapa teman teman anda itu ke tempat lain. Mengolahnya menjadi hal hal lain yang lebih baik. Anda dituntut mengurai sumpah serapah itu menjadi hal yang lebih berguna.
Anda disumpahi orang karena anda berbuat salah menurut orang itu.
Namun pilihan ada di tangan anda. Menjemur kering pupuk kandang bau busuk di depan anda? Kemudian mengemasnya untuk selanjutnya dititipkan di toko Trubus? Atau bisa juga anda gunakan sampah dari kandang kerbo itu untuk menggemukkan tanaman obat di belakang rumah anda.
Sekop anda digunakan, jangan hanya digenggam. Anggap sekop itu doa anda. Tidak akan ngefek kalau hanya sekedar sekop, tanpa dibantu gerakan tangan.
Setahun kemudian, anda akan berterima kasih pada teman yang sudah anda kutuk dengan maki-maki anda. Pepaya di belakang rumah anda sekarang buah nya sudah lebih montok dari buah Mariah Carey. Anda bahkan mengundang teman kurang ajar yang buang pupuk kandang di depan rumah anda itu.
Terkadang maaf yang terlalu gampang dipintahkan dan maaf yang terlalu gampang diberikan menjadi tidak efektif. Anda manusia, saya juga, kita sama sama tidak sempurna. Walaupun ada wacana bahwa kita lah yang paling sempurna.
Terlalu gampang mendapatkan maaf, akan membuat kita gampang juga berbuat salah. Istilahnya menjadi sepele. Keberuntungan ada di kedua belah pihak dengan hilangnya konflik. Kecelakaan tertunda ada di kedua belah pihak juga, karena otak bawah sadar tak terima di zolimi.
Sangat baik mengakui salah secepatnya dengan memintah maaf. Tapi lebih baik lagi mengusahakan diri sebaik mungkin agar mengucapkan maaf pun tak perlu. Ah, jadi ingat Chicago, Hard to say I'm sorry....
Bila perlu tak usah minta maaf. Kalau maaf nya hanyalah kata. Pada dasarnya memang begitu, maaf hanya kata.
Kamu setan, kamu binatang, kamu kurang ajar, kamu buaya, kamu penulis sampah, kamu hantu belau, kamu memang kamu. Loe tu yeah!..... tapi diujungnya: sorry no flame! maaf.....
Sama saja kan?
Lalu bila anda memang bersalah, anda sudah mengakui salah, berjanji tidak akan mengulanginya. Namun salah tak juga bisa dimaklumi. Maaf yang sekedar kata penghias bibirpun tak ada. Harus bagaimana?
Maafkan diri anda sendiri!
Dengan pikiran yang benar, tidak kalut tidak goyah. Waspada dan terpusatkan. Maaf kan diri anda sendiri atas apa yang sudah anda perbuat. Baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Ini therapi satu satunya. Kotoran sapi, eek kerbo yang anda terima di depan rumah, adalah karena kesalahan kesalan anda. Anda sudah telpon kesana kemari mencari siapa yang begitu kurang ajar melemparkan kotoran itu ke depan hidung anda. Tak ketemu. Anda harus menguraikan kotoran kotoran itu menjadi pupuk kandang yang bermanfaat.
Anda harus bisa memaafkan diri anda sendiri. Caranya dengan intropeksi, mengakui kesalahan sendiri, memintah ampunanNya. Berjanji dan harus ditepati. Anda memaafkan diri anda sendiri, kelak dia akan memaafkan anda, dengan ketulusan yang sama dengan maaf yang anda berikan pada diri anda.
Jangan marah dibilang sampah. Sampah masih bisa berguna. Jangan marah dibilang penulis sampah. Tulisan anda bisa didaur ulang seperti sampah.
Jangan marah dihina orang, apalagi membalasnya. Karena, untuk apa menghina kembali orang yang sudah hina? diamkan saja. Maafkan diri sendiri. Buktikan bahwa pupuk kandang itu berasal dari kotoran dari kandang kandang ternak... Hanya perlu sekop doa untuk mengerjakannya.
Maaf hanya kata.
Words: Kevin a.k.a Traktor Lubis, Music: Kevin, Kuyek, Yoga
Played by Gildor
Vocal, loops, programming and arrangements: Kevin (traktor)
Guitars: Yoga, Kuyek
Drums: Iluk
Bass: Boch
Keyboards: Ivan Nababan
Produced by, Traktor Lubis music
(Thanks for Phil Collins for inspiring me to write and choose the sound of the drums)
Betul mas
Tidak ada kata pemaaf pabila tidak ada kata pendendam. Utk menjadi pemaaf pun perlu proses, proses kerendahan hati yang berujung pada Tuhan saja Maha Pemaaf.
Orang yg TIDAK pernah merasa menjadi pendendam pun juga sudah tidak rendah hati, karena pastilah ada dalam masa hidup kita pernah membenci BAIK DI SENGAJA ATAU PUN TIDAK. WAJAR. Manusiawi.
Orang yg tidak pernah " melihat ke dalam " dan sibuk melihat keluar, maka ia adalah manusia yg belum memahami dirinya sendiri.
Kita tahu RASA MANIS setelah kita TAHU RASA PAHIT. Tanpa adanya itu bagaimana mampu menyimpulkan " MANIS ".
Setan pun BEKERJA utk Tuhan. Tinggal manusia yang memilih mengabdi pada Tuhan atau Setan hahaha
Mantab..... saya sampai bengong bengong bacanya.... wekekekekeke