MORAL MANUSIA SEMAKIN BEJAT! TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KIAMAT
Sebenarnya ajaran Buddha jarang memusingkan kiamat. Tetapi lebih kepada bagaimana meningkatkan kualitas hidup sehingga kiamat tidak kiamat, kwalitas kehidupan menjadi lebih baik. Dalam hal ini yang diutamakan adalah mensucikan hati dan pikiran, berbuat, berkata dan berpikiran benar.
Penjelasan kiamat menurut teks teks Buddhis sama sekali tidak menyinggung tentang nabi nabi palsu, atau kemunduran moral dan akhlak manusia. Kiamat di Bumi dalam Buddhis lebih kepada peristiwa hancurnya Bumi sebagai tempat tinggal manusia. Jadi pada saat kiamat terjadi, bukan berarti pada saat moral manusia menyentuh titik nadir. Bisa saja pada masa depan yang ternyata sangat religius dengan peradaban yang tinggi. Tetapi kondisi yang mendukung ke sana adalah, bumi dan tata surya dengan matahari sebagai pusatnya sudah selesai waktunya. Dan ini adalah mutlak. Entah kapan, Bumi dan alam semesta ini akan musnah bila sudah cukup umurnya.
Salam keyakinan Buddhis, semua yang ada di jagad raya alam semesta ini adalah tidak kekal. Kekekalan hanya Nibbana (Pali) atau Nirwana (sansekerta). Jadi kiamat dalam Buddhisme adalah bagian dari sifat bumi itu sendiri. Semua hal semua benda mengalami lahir, tua, sakit dan mati. Begitu juga bumi.
Apakah bumi kita sekarang ini dalam fase tua? itu bersifat relatif, namun jelasnya bumi sedang berada di fase sakit. Sakit sakit geologis. Pencemaran lingkungan, kerusakan permanen pada alam. Yang kebanyakan adalah ulah manusia. Namun Buddhisme menolak bahwa hal tersebut sebagai tanda tanda kiamat. Kiamat adalah proses yang alami, dan oke oke saja.
Buddhisme juga menolak bahwa segala kerusakan dan sakitnya bumi sebagai percepatan terjadinya kiamat. Sebagai kajian yang diharapkan ilmiah, ini teks Buddhis tentang kiamat yang diterjemahkan langsung sebelum dilakukan penafsiran penafsiran.
Kiamat
Pada suatu ketika bumi kita ini akan hancur lebur dan tidak ada. Tapi hancur leburnya bumi kita ini atau kiamat bukanlah merupakan akhir dari kehidupan kita. Sebab seperti apa yang telah diuraikan di halaman terdahulu, bahwa di alam semesta ini tetap berlangsung pula evolusi terjadinya bumi. Lagi pula, bumi kehidupan manusia bukan hanya bumi kita ini saja tetapi ada banyak bumi lain yang terdapat dalam tata surya - tata surya yang tersebar di alam semesta ini.
Kiamat atau hancur leburnya bumi kita ini menurut Anguttara Nikaya, Sattakanipata diakibatkan oleh terjadinya musim kemarau yang lama sekali. Selanjutnya dengan berlangsungnya musim kemarau yang panjang ini muncullah matahari yang kedua, lalu dengan berselangnya suatu masa yang lama matahari ketiga muncul, matahari keempat, matahari kelima, matahari keenam dan akhirnya muncul matahari ketujuh. Pada waktu matahari ketujuh muncul, bumi kita terbakar hingga menjadi debu dan lenyap bertebaran di alam semesta.
Baiklah kita ikuti uraian tentang kiamat yang dikhotbahkan oleh Buddha Gautama kepada para bhikkhu:
Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun, tidak ada hujan. Ketika tidak ada hujan, maka semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan mati .....
Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kedua muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut, kering dan tiada .....
Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yanglama, matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai Gangga, Yamuna, Aciravati, Sarabhu dan Mahi surut, kering dan tiada .....
Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keempat muncul. Ketika matahari keempat muncul, maka semua danau besar tempat bermuaranya sungai-sungai besar, yaitu danau Anotatta, Sihapapata, Rathakara, Kannamunda, Kunala, Chaddanta, dan Mandakini surut, kering dan tiada .....
Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kelima muncul. Ketika matahari kelima muncul, maka air maha samudra surut 100 yojana*, lalu surut 200 yojana, 300 yojana, 400 yojana, 500 yojana, 600 yojana dan surut 700 yojana. Air maha samudra tersisa sedalam tujuh pohon palem, enam, lima, empat, tiga, dua pohon palem, dan hanya sedalam sebatang pohon palem. Selanjutnya, air maha samudra tersisa sedalam tinggi tujuh orang, enam, lima, empat, tiga, dua dan hanya sedalam tinggi seorang saja, lalu dalam airnya setinggi pinggang, setinggi lutut, hingga airnya surut sampai sedalam tinggi mata kaki.
Para bhikkhu, bagaikan di musim rontok, ketika terjadi hujan dengan tetes air hujan yang besar, mengakibatkan ada lumpur di bekas tapak-tapak kaki sapi, demikianlah dimana-mana air yang tersisa dari maha samudra hanya bagaikan lumpur yang ada di bekas tapak-tapak kaki sapi.
Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keenam muncul. Ketika matahari keenam muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung, mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap. Para bhikkhu, bagaikan tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah yang terjadi dengan bumi ini.
Demikianlah, para bhikkhu, semua bentuk (sangkhara) apa pun adalah tidak kekal, tidak abadi atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa puas dengan semua bentuk itu, itu menjijikkan, bebaskanlah diri kamu dari semua hal.
Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung terbakar, menyala berkobar-kobar, dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma, demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam Brahma.
Bagian-bagian dari puncak gunung Sineru setinggi 1, 2, 3, 4, 5 ratus yojana terbakar dan menyala ditaklukkan oleh amukan nyala yang berkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh nyala yang berkobar-kobar bumi dengan gunung Sineru hangus total tanpa ada bara maupun abu yang tersisa. Bagaikan mentega atau minyak yang terbakar hangus tanpa sisa. Demikian pula bumi maupun debu tidak tersisa sama sekali.
Catatan
*) Yojana adalah semacam ukuran yang ada di masa Sang Buddha yang jauhnya kira-kira 7 mil.
- Matahari 7 tidak bisa diartikan bahwa matahari menjadi 7. Namun bisa sebagai efek mengembangnya matahari sehingga dari bumi menjadi terlihat seperti 7.
- teori lain mengatakan terjadi persilangan tatasurya matahari dengan sistem tatasurya lain yang juga memiliki bintang sebagai pusatnya. Matahari adalah sebuah bintang.
- Namun dari kondisi yang terlihat dari bumi adalah, matahari terlihat 7. Atau, terlihat ada 7 benda langit yang bersinar menyinari bumi.
0 Response to "MORAL MANUSIA SEMAKIN BEJAT! TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KIAMAT"
Posting Komentar