Ku Pasti Kembali

1299311232403267724

Bonggo memberhentikan truk bergambar iklan rokok. Iya ini pangkalan distrubutor Gudang Garam. Tergesa dia tak mempedulikan keringat yang masih memancar dari badannya yang liat.

“Udah gak sabar yah Bong?...” Pak Sukri teman salesman nya tersenyum penuh arti.

“Iya nih pak… Nanti datang ya… mau ada kenduri sedikit…” Bonggo balas tersneyum.

“Sep pak Bonggo… nanti teman teman saya ajak semua…”

“Makasih banyak pak, maaf saya sudah gak sabar, hahahaha” Bonggo sambil tertawa setengah berlari menuju kantor Administrasi.

Ini Jumat pagi.

Biasanya Bonggo yang supir di Gudang Garam di Kisaran, bergerak ke Rantauprapat dengan seorang Salesman untuk memasarkan, ngantar rokok ke toko toko di kota tersebut. Sudah 6 bulan tugas di luar kota ini dilakoninya. Jadi, senin pagi berangkat, Jumat pagi pulang.

Biasanya dari Rantauprapat ke Kisaran sekitar 2 -3 jam perjalanan, tergantung macet. Tapi, pagi ini Bonggo merasa istimewa. Agak tergesa gesa. Pak Sukri bolak balik memperingatkan Bonggo tadi untuk jangan sampai panik.

Anak laki-laki pertamanya sudah lahir. Bonggo tersenyum tak sabar ingin melihat si buah hati.

“Selamat ya pak Bonggo…. Anda sudah menjadi seorang ayah…” Bu Ani petugas tata usaha tersenyum manis…

“Hahahaha bisa aja Bu Ani…. Eh, ntar malam jangan lupa loh….”

“Insya Allah pak. Saya akan datang dengan suami…”

“Oke deh, saya pulang dulu ya…” Selesai menandatangani sejumlah bon dan tetek benget lain. Bonggo menerima uang makan seminggu.

Singgah sebentar ke toko roti di depan pangkalan tempat kerjanya. Bonggo lantas menyetop becak untuk mengantarnya ke Siderejo. Desa di pinggiran kota kabuaten ini.

“Baru nyampe toh…” mertuanya menyambutnya di pintu rumah.

“Iya mak… “

“Cuci muka dulu sana…. Jangan langsung melihat bayi, takut nanti ada yang ‘ngikut’” mistisme khas masyarakat pedesaan. Semacam kepercayaan, takut setan setan yang kemungkinan ngikut dari perjalanan ntar bisa mengganggu si jabang bayi.

Bonggo mendapati mertuanya sudah menyediakan air dengan kembang di ember di kamar mandi.

Ah, sekalian lah. Dia lantas mandi. Mandi paling tergesa gesa selama hidupnya.

Dan, saya tak kuasa menggambarkan bagaimana senangnya perasaan Bonggo yang mendapati istrinya berbaring lemah di tempat tidur, dengan bayi laki-laki sehat yang belum diberi nama ini.

Dikecupnya kening istrinya, lalu memandang si bayi tak percaya.

“Mau dikasi nama apa bang?” tanya istrinya senyum.

“Teguh Bonggo Syahrani….” Bonggo berujar pelan. Air matanya bergulir 2 tetes di pipi.

“Hehehe… gak ketinggalan atribut rockernya ya…” Nenang tersenyum melihat suaminya.

“Adik ada calon nama?” Bonggo menatap curiga.

“Hmm, yah sudah abang saja yang ngasi nama. Bapak semalam ada ngomong. Kalau boleh mau dikasih nama Prayuga…”

“Wah… Prayuga Bonggo Syahrani – PBS… kaya nama partai ya?”

Sepasang suami istri itu berangkulan tertawa.

“Gak mau gendong bang?”

“Ah…. Mau… Tapi jangan deh. Gak berani, ntar saja kalau sudah agak gede dikit. Takut remuk… hahahaha”

Sebenarnya Bonggo sudah tak sabar ingin menyentuh di jabang bayi. Tapi dia merasa dirinya orang kasar. Jadi, hanya sudah ada 20 kali barangkali bibirnya monyong mengganggu tidur si kecil.

Sepanjang hari, sesekali, sebentar sebentar Bonggo masuk kamar tersenyum pada Neneng istrinya, lalu monyong mencium anaknya…. Begitu terus. Duduk di ruang tamu, belum banyak yang datang berkunjung. Dia gelisah. Sebuah nada tercipta.

Aku harus ke tempat Kevin, pikirnya. Yah, Kevin adalah teman ngeband nya. Pinter home recording. Sudah beberapa lagu pernah mereka garap berdua. Sudah ada kawin jiwa. Bonggo mau gimana, Kevin bisa nangkap apa maunya. Begitu sebaliknya. Kevin tak bisa main satu macam alatpun. Tapi dia konseptor ulung, arranger, mixing, vocal semua dikerjai sendiri.

Jadi, setelah pamit sebentar, Bonggo naik motor ke tempat Kevin.

Showroom tempat Kevin kerja masih buka. Tapi karena dia kepala cabangnya, keduanya lantas naik ke lantai 4. Tempat markas Gildor, nama band mereka.

Genjreng genjreng…. Kevin mencari nada dengan suara nana nana nya…. Lalu Bonggo nyamber dengan chord dari gitar. Loop (semacam drum mesin) dimainkan Kevin lewat komputernya. Di kamar saja, bukan studio yang kedap suara.

Harmoni tercipta sudah.

“Kata katanya belum ada ya Kev?”

“Belum Bong…. Ntar aku dengar dengar lagi. Malam deh, aku sama anggota band lain datang ke rumah yak…”

“Wah.. sudah jam 6. Gak terasa sudah 2 jam ya…. Tapi lumayan lah ada hasil. Eh, coba dengar lagu yang minggu kemaren kita kerjai”

Kevin menyetel lagu yang belum jadi bener itu. Tapi bentuknya sudah kelihatan.

“Hmm… sep Kev. Tapi itu vocalnya belum bener banget ya… Gitarnya juga belum halus…”

“Yah… kayanya reverb nya terlalu over Bong. Tapi tenang, saya punya file aslinya kok… Ntar malam yang ini bisa aku copy ke CD untuk dengar di Rantauprapat”

“Ok deh Kev. Aku balik dulu. Takut ada tamu yang datang. Teman teman kerja pada mau datang tadi katanya…”

“Sep lah….. aku gak usah ngatar ke bawah ya… masih ada pak No di bawah”

Dan Bonggo pulang ke rumahnya.

Siap siap untuk menyambut tamu tamu yang banyak banget datang. Anggota bandnya juga datang. Serta sekian puluh orang seniman music di kota Kisaran. Menyambut calon Eet Syahrani baru.

Minggu, Kevin yang libur berkunjung lagi sore jam 3.

“Murung Bong…?”

“He… gak lah, cuman besok sudah harus ke Rantauprapat lagi Kev…”

“Hehehe… berat rasanya ya….?” Kevin tersenyum licik.

“Ya… “ Bonggo melirik bayinya yang sekarang di ayunan keren di ruang tamu, “Kayanya baru tadi kulihat.. besok sudah kerja lagi”

“Gapapa Bong…. Aku bantu liat liat deh. Bilang ke Nenang jangan ragu ragu, kalau ada perlu bantuan apapun suruh sms saya saja…”

“Makasih banyak Kev”

“Eh… lagu yang kemaren itu, semalam bassnya sudah diisi Boch. Jadi karna musiknya sudah selesai, tapi pagi aku take vocal sekaligus nyari liriknya. Mau dengar?.....”

“Mau dong…. Hehehehe…. Jadi gimana Kev?”

“Pokoknya, agak agak ada nuansa keroncong dan Koes Plusnya…” Kevin mengeluarkan mini CD dari sakunya. Lalu menyerahkan ke Bonggo. Bonggo menyetel CD tersebut ke stereo setnya.




Dua tiga kali diputar ulang lagu tersebut.

Bonggo bengong. Kevin senyum senyum.

“Kenapa Bong? Jelek ya?”

“HAHAHAHA…. Buset cepat banget dijadiin lagu….” Bonggo ngakak, “DEKKKK…. Dibuatin lagu sama si Kevin….” Ngasih tahu Neneng, bininya.

Akibatnya si Prayuga Bonggo Syahrani menangis, karena kaget dengar bapaknya teriak teriak….

Dan, Bonggo dengan sablengnya malah tambah tertawa….

Ini lirik lagunya:

KU PASTI KEMBALI

(Kevin/Kuyek – Gildor)
Kau satu pasti, dalam hatiku
Tulus janjiku, semoga abadi
Walau ku pergi, hanya dirimu
Tiada yang lain, ku pasti kembali

Rasa enggan terbawa di dada, saat waktuku pun tiba
Demi cinta yang telah terbina, aku kan kembali

Dan sudah kau berikan aku penerus cinta kita.

1299311318237804567
Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Ku Pasti Kembali"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme