CHENG BENG - PEMUJAAN TERHADAP LELUHUR BANGSA CHINA


12994778281891204637 

Setetes Tinta

Mendekati hari hari ini, orang orang China di seluruh dunia tengah bersiap siap melakukan perayaan Cheng Beng. Perayaan ini erat hubungannya dengan penghormatan pda leluhur. Bagi etnis China, orang tua, kakek nenek dan leluhur, harus tetap dihormati walaupun azal sudah memisahkan dari yang hidup.

Bhakti, adalah kata kunci di ritual orang orang China ini. Bhakti kepada orang tua dalam dialek Hokkian disebut ‘Hao’. Seorang yang sukses akan cacat bila dibilang ‘bo Hao’ atau Tidak Berbhakti.

Hari hari ini Pak Amir di Surabaya yang berasal dari Medan, sudah sibuk pesan tiket. 3 tiket dipesan, satu untuk dirinya, 2 lagi untuk kakak dan adiknya di Jakarta. Perayaan Cheng Beng yang akan dilakukan keluarganya direncanakan dilakukan tanggal 28 Maret 2011. Seluruh 12 bersaudara anak orang tuanya akan kumpul di hari tersebut.

Kakaknya yang di Jakarta, kebetulan berhalangan datang karena masih dalam tahap penyembuhan kanker, maka posisinya digantikan oleh anaknya. Biasanya anak tertua laki-laki. Sebagai pewaris marga.


Perjalanan jauh akan dilakukan oleh orang orang China untuk berziarah ke kuburan leluhur mereka. Umumnya bagi mereka yang sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Hal ini cukup unik, karena pada perayaan hari lain yang lebih besar, misalnya Tahun Baru Imlek, tidak ada keharusan untuk kumpul bersama saudara satu orang tua.

1299478055591819293Demikianlah bhakti yang dipikul orang orang etnis China.
Tak jarang ritual tahunan ini dianggap sebagai sarana penyembahan leluhur. Untungnya pengertian penyembahan pada orang orang China ini sangat tinggi. Mereka umumnya tidak pernah menanggapi tudingan tersebut. Karena hal tersebut sama sekali tidak sebanding dengan jasa jasa orang tua yang sudah melahirkan dan membesarkan mereka.

Tak ada satu perbuatanpun yang bisa menggantikan ataupun membalas jasa jasa orang tua. Baik itu bapak ibu, maupun kakek nenek. Karena, tanpa adanya mereka, tidak ada kita sekarang.

Pak Amir sudah membayangkan akan berangkulan kembali setelah 1 tahun tak bertemu dengan abang kandungnya yang sudah berjasa menyekolahkannya. Bakal sangat ramai sekali suasananya. Biasanya setiap tahun, rumah almarhum orang tuanya tidak cukup untuk ditempati bersama. Beberapa anggota keluarga yang datang dari seluruh pelosok negri, kadang harus tidur di rumah saudara yang berdekatan.

Ritual 1 tahun sekali ini mengakrabkan kembali tali hubungan keluarga. Pada saat saat ini akan muncul rasa persaudaraan yang tinggi. Menyadari bahwa semua yang hadir disitu berasal dari satu keturunan. Dan pak Amir pun jauh-jauh hari ini sudah dipersiapkan oleh oleh yang sudah dibeli istrinya sejak kemarin.

Tentang Cheng Beng


12994779821801652964Setiap tanggal 4 atau 5 April, menurut tradisi Tionghoa, adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan Gincua (mandarin: Yinzhi=kertas perak).
Cheng beng adalah salah satu dari 24 Jieqi yang ditentukan berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Pada Kalender Gregorian AWAL (bukan akhir!) Cheng beng jatuh pada tanggal 5 April atau 4 April. Bila kita artikan kata Cheng beng, maka Cheng berarti cerah dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan maka Chengbeng berarti terang dan cerah.

Hari untuk berziarah bagi keluarga China ditentukan sendiri oleh mereka di bulan tersebut. Jadi tidak harus di tanggal resminya. Biasanya bisa dilakukan 1 minggu sebelum atau sesudah. Dalam penentuan hari berziarah ini, tak jarang mereka memintah pendapat dari ahli Fengshui. Untuk menentukan hari baik bagi seluruh anggota keluarga.

Di Kuburan, orang orang China ini akan melakukan penghormatan dengan dupa, aneka macam saji sajikan sebagai puja bhakti kepada leluhur. Umat Buddha umumnya melakukan sesaji dengan benda benda yang bukan berasal dari pembunuhan. Namun berbeda halnya dengan umat Khong Hu Cu. Tak jarang orang orang China yang beragama Kristen juga melakukan ziarah pada bulan Cheng Beng ini. Dengan cara ziarah masing masing.


Di keluarga pak Amir sendiri, 2 abangnya adalah Muslim dan 1 kakak perempuannya juga Muslim. Pak Amir sendiri beragama Katolik. Saudara saudaranya yang di Medan yang kebanyakan beragama Buddha dan Khong Hu Chu. Namun tidak ada penghalang untuk melakukan penghormatan pada almarhum dan almarhumah orang tua mereka.

1299478558837871968
Pak Amir biasanya akan meletakkan rangkaian bunga di atas kuburan orang tuanya. Sementara kakak kakaknya yang Muslim menyiramkan air di pusara yang sama. Lantas saudara yang Buddhis membacakan paritta paritta (semacam ayat ayat suci) sambil menyalurkan kesadaran pada alam semesta. Dan yang Khong Hu Cu akan melakukan ritual dengan beraneka cara, diantaranya suduj de depan makam dan melakukan penghormatan.

DI depan pusara orang tua inilah biasanya segala uneg uneg selama setahun antara sesama anggota keluarga bisa terurai satu persatu. Satu kesadaran yang mencul, bahwa jari jari tangan hanya bisa digerakkan ke dalam, akan sakit bila di gerakkan ke luar. Demikian juga persaudaraan, sebejat, sejahat, sesalah apapun, yang namanya saudara harus saling memaafkan.
1299478927146043478 
Mungkin ini salah satu penyebab mengapa kuburan orang orang China cenderung lebar di depan. Mempunyai altar dan bisa untuk tempat berkumpul bersama.
.
Sejarah Cheng Beng
Sejarah Cheng beng dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan dimulainya. Pada dinasti Zhou, awalnya tradisi ini merupakan suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian serta pertanda berakhirnya hawa dingin (bukan cuaca) dan dimulainya hawa panas. Ada sebuah syair yang menggambarkan bagaimana cheng beng itu yaitu: "Sehari sebelum cheng beng tidak ada api" atau yang sering disebut Hanshijie (han: dingin, shi: makanan, jie: perayaan/festival).

Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang tewas terbakar di gunung Mianshan. Jin Wengong (raja muda negara Jin pada periode Chunqiu akhir dinasti Zhou) memerintahkan rakyat untuk tidak menyalakan api pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan dimakan dalam kondisi dingin, sehingga disebut perayaan makanan dingin.

12994785741731454596Chengbeng lebih tepat jika dikatakan terjadi pada tengah musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri jatuh pada tanggal 21 Maret, sedangkan awal musim panas (Lixia) jatuh pada tanggal 6 Mei. Sejak jaman dahulu hari cheng beng ini adalah hari untuk menghormati leluhur. Pada dinasti Tang, hari cheng beng ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal, dengan mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan para leluhur, sembahyang dan lain-lain.

Di dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.

Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang, makan telur, melukis telur dan mengukir kulit
telur.

1299479083381728910Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang, kondisi angin sangat ideal untuk bermain layang-layang.

Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui, karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu. Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan menggantungkan gambar burung walet yang terbuat tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini disebut burung walet Zitui.

Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming. Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming, untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyatpun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.

Kenapa pada hari cheng beng itu harus membersihkan kuburan?

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga. Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan.

12994789991812550297Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng, orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya.

Oleh oleh sudah siap. Segala persiapan lain juga sudah beres. Pak Amir rela satu tahun kerja dengan giat, dengan permohonan cuti dilakukan untuk melakukan bhakti pada leluhurnya. Berjumpa dan berkumpul dengan saudara saudaranya adalah liburan paling menggaraihkan yang bisa diharapkannya.

Bukanlah setelah orang tua berpulang, abang dan kakak adalah sosok yang menggantikan peranana mereka?.... demikian dia berkata dalam hati. Dan kerinduannya pada kampung halaman semakin menggumpal. Ah, baru bisa pulang seminggu lagi.

Pak Amir memasukkan selularnya ke saku. Lalu melakukan pembayaran pada kasir atas makan siangnya. Pak Muji supirnya sudah menunggu membukakan pintu. Dia kembali ke pekerjaannya.


Salam - Traktor Lubis
Artikel Yang Berhubungan Badan:


3 Response to "CHENG BENG - PEMUJAAN TERHADAP LELUHUR BANGSA CHINA"

  1. Est says:

    wah, udah mau cheng beng lagi yak..

    Traktor says:

    Saya cuti cheng beng mbak

    Est says:

    hihi... weeeekkk, gw kira ada kematian beneran.. haha

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme