SENGGAMA : PROSES PENIS MEMASUKI VAGINA


Senggama adalah sebuah kegiatan nikmat yang pada dasarnya dilakukan oleh mahluk hidup untuk memperoleh keturunan alias sebuah proses reproduksi. Kegiatan purba ini datang seiring dengan matangnya hormon horman sex di tubuh mahluk hidup. Namun dalam perkembangannya, manusia yang kreatif akhirnya membawa senggama menjadi satu defenisi lain. Senggama saat ini dilakukan sebagai sebuah ungkapan cinta, pelampiasan nafsu, rekreasi, relaxasasi dan lain sebagainya yang harus melibatkan lebih dari satu orang, berbeda kelamin atau sama... hahahaha....

Dalam menikmati kegiatan reproduksi ini, ternyata ras manusia tidak sendiri. Dolphin, dipercaya sejak lama merupakan ras lain selain manusia yang melakukan senggama untuk tujuan bukan reproduksi. Mirip dengan manusia, mamalia laut ini diketahui sering melakukan senggama untuk tujuan lain seperti bersenang senang yang bagi manusia sering diarahkan sebagai sebuah proses pengungkapan cinta.

Pada mahluk hidup yang lebih kompleks, proses reproduksi sudah berlangsung secara sexual. Artinya melibatkan 2 jenis kelamin yang berbeda, jantan dan betina. Pada manusia proses ini menjadi jauh lebih rumit lagi. Beraneka cara diciptakan manusia hanya untuk mengurusi hal hal yang terkait dengan senggama.

Prostitusi
Proses reproduksi yang pada dasarnya menjadi panggilan biologis mahluk hidup, kerap kali menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditolak atau sangat sukar dihindari. Ada permintaan, maka ada penawaran. Pemaksaan terjadinya sebuah hubungan senggama yang tidak didasari kerelaan kedua belah pihak secara sama, menciptakan bisnis yang sangat tua dan menggiurkan di sejumlah peradaban manusia. Prostitusi atau pelacuran.

Umumnya kegiatan memperdagangkan jasa hubungan seks ini dipandang hina di sejumlah peradaban. Pengecualian mungkin terjadi di Jepang, dimana kehidupan Geisha yang sebenarnya merupakan bisnis jasa senggama dikemas sedemikian rupa dengan nilai nilai estetika seni, hiburan dan adat istiadat, menjadikan para geisha mendapat kedudukan sendiri yang cukup terhormat di tatanan masyarakat Jepang. Mungkinahingga saat ini.

Biasanya dalam bisnis ini, perempuan dijadikan komoditi, dengan lakilaki sebagai pasar yang tak pernah sepi.

Di sejumlah negara saat ini, peradaban membawa prostitusi ke level yang mungkin mencengangkan. Bahwa pelacur bisa dianggap sebagai sebuah profesi yang legal. Tidak hanya perempuan sebagai komoditi, emansipasi wanita memaksa sejumlah pria melakoni banyak peran yang dulu hanya dilakukan perempuan, sekarang sudah jamak dilakukan oleh laki-laki.

Bila perempuan disebut pelacur, maka laki-laki disebut Gigolo.

Sebenarnya ini termasuk sebuah bias gender sendiri. Mengapa tidak disebut pelacur laki-laki? mengapa memakai istilah Gigolo, yang maaf maaf saja, nilai konotasi jeleknya ternyata tidak setingkat dengan sengatan pelacur.

Anda bisa mengingat ngingat percakapan di lingkungan anda. Berapa banyak lakilaki yang secara guyon, bila merasa memiliki nilai nilai keperkasaan atau nilai nilai yang dianggap mampu dengan sangat memuaskan hasrat perempuan, bia dengan pede bercanda menyebut dirinya GIGOLO. Bahkan bisa anda lihat di Facebook atau jejaring sosial lainnya. Laki-laki yang urakan alias Bad Boy, kerap merasa bangga bila dikait-kaitkan dengan Gigolo.

Sementara bila anda lihat ke sisi perempuan. Dalam keterusterangan mereka manjajakan diri, tetap sulit untuk dengan santai atau bercanda. Anda bisa bayangkan, siapa teman wanita anda yang berani secara bercanda memposisikan dirinya sebagai pelacur.

Nilai Yang Bergeser
Banyak keyakinan purba yang menggambarkan proses pertemuan dua kelamin yang berbeda dalam bentuk yang kita kenal dengan sebutan senggama ini disakralkan. Anda masih ingat buku Da Vinci Code yang heboh itu?

Bagaimana kakeknya Sophie ketangkap basa oleh Sophie sedang melakukan ritual senggama di hadapan sejumlah jemaat yang melakukan upacara. Anda juga bisa berkunjung ke sejumlah candi Hindu.

Temukan sejumlah lambang lambang Senggama di candi candi itu. Lingga dan Yoni yang bersatu. Siwa dan Durga yang bersatu. Menjadikan kehidupan itu berkelanjutan. Tanpa senggama, secara normal tak akan ada yang namanya kehidupan.

Tidak Selalu Hitam Putih
Agama agama di peradaban modern ini kerap simpang siur dalam menggambarkan senggama. Dalam satu hal, senggama dipandang sakral dan suci. Dengan menciptakan sejumlah persyaratan yang hanya mengurusi sebuah proses masuknya penis ke dalam vagina.

Bagaimana pria yang sudah dewasa harus mengumpulkan segala kekuatannya untuk mempersiapkan diri guna melamar wanita idamannya. Bila di Alam liar jantan paling kuat yang punya nilai tawar paling tinggi. Maka di kehidupan manusia, laki-laki harus mampu menaklukkan wanita dengan segala pesonannya. Tak jarang pesona itu dalam bentuk materi. 1000 ekor babi, 500 ekor sapi, 200 ekor kambing dan sebagainya.

Kita menyebutnya sebagai mas kawin. Ada yang menyebutnya Mahar. Yang tujuannya hanya satu. Bagaimana penis si laki-laki yang melamar, bisa menjebol vagina wanita yang dipilihnya. Dengan tujuan agar kehidupan berlanjut, berketurunan meneruskan sifat sifat kehidupan.

Yang menyimpang dari tradisi kebanyakan agama ini adalah apa yang diajarkan Buddhisme.

Buddhisme memandang kehidupan berumah tangga, seks sebagai kesenangan, seks sebagai ritual pelanjutan keturunan adalah salah satu penghalang untuk memasuki arus nibbana.

Bahwa kenikmatan kenikmatan yang dihasilkan sebuah kegiatan yang kita sbeut senggama ini adalah salah satu penyebab berputarnya roda kehidupan yang akan menyebabkan gagalnya pelepasan, pencerahan dan nibbana.

Apakah Buddhisme memandang sinis senggama dalam perkawinan yang sah? yang bukan zina?

Tidak seperti itu.

Tingkat tingkat kesucian bisa dicapai umat yang berkeluarga. Namun Nibbana mustahil bisa dicapai, bila masih ada keterikatan pada nikmatnya senggama. Itu mengapa kehidupan suci seperti bhiksu dan bhikku dijalankan oleh sebagian manusia yang memilih untuk mengikuti arus Nibbana.

Bisakah kebutuhan untuk ngecret ini dihilangkan? Tidak bisa. Yang bisa hanya dikendalikan. Buddhisme bukan mengajak orang untuk melawan kenyataan. Buddhisme mengajak orang untuk menyadari kenyataan. Tidak mendewa-dewakan kenyataan. Memandang kenyataan sebagai hal yang normal normal saja. Tidak mengistimewakan suatu gejala apapun. Walaupun gejala itu berupa kepingan kepingan surga yang bisa dinikmati manusia.

Itu makanya saya pernah menulis bahwa Buddhisme welcome saja pada Gay, Lesbi dan Transeksual. Bukan hasrat bereproduksinya yang divinis oleh Buddhisme. Tetapi apa yang melatari hasrat tersebut.

Seorang gay yang menyatakan cintanya dalam bentuk senggama dengan gay lain, tidak salah dimata Buddhisme. Satu kenyataan Buddhisme tidak pernah menghakimi manusia berdasarkan orientasi seksual seseorang. Buddhisme menilai apa yang menjadi hakekat sebuh persenggamaan dilakukan.

Bila untuk mengejar kenikmatan dunia yang artinya dilakukan dengan siapa saja yang mau. Itu salah. Sebagai bentuk dari kemerosotan jiwa. Tidak terkendali dengan baik. Dan terlena pada kenikmatan. Apalagi ke bentuk bentuk pemaksaan.

Lebih jauh lagi, Buddhisme menilai senggama bisa menjadi belenggu manusia untuk mencapai kesucian. Tidak peduli bagaimana cara dan kiat senggama itu dilakukan. Mau pake fetish, mau nungging, mau tengkurep, mau telentang. Bahkan kitab kamma sutra mengajarkan bagaimana sebuah senggama bisa dijadikan sarana nikmat untuk mencapai kesucian. Dengan objek pikiran yang ke cinta kasih tentunya. Bukan pada kenikmatan sesaatnya.

Surat Nikah
Apa yang dijamin sebuah surat nikah? Legalisir kegiatan senggama oleh negara? Komitmen menyatakan cinta antar sepasang manusia dalam selembar kertas?

Cinta adalah ikatan yang sebenarnya.

Pada tradisi Katolik, bahkan disebutkan apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan manusia.

Buddhisme memandang semua kawin kontrak, nikah di bawah tangan, nikah siri dan sebagainya sebagai bentuk kemerosotan bathin. Bahwa manusia mengelabui diri sendiri dengan cara cara tertentu untuk terhindar dari zina. Senggama yang dilakukan tidak pada tempatnya.

Bagaimana caranya bisa laga kelamin, namun tetap legal di mata hukum.

Itu zina. Senggama hanya bukan zina, bila dilakukan atas dasar cinta. Yang sudah dipikirkan masak masak. Bukan untuk mengejar napsu, yang baru masuk hotel, begitu pintu dibanting, kolor sudah merosot ke lutut.

Perbedaannya di pikiran. Dalam keluargapn bisa terjadi zina. Bila senggama sudah masuk ke fase pemaksaan pada satu pihak. Dengan ketidak berdayaan di pihak yang lain. Karena terikat pada kewajiban. Patuh pada suami. Bisa melanggar perjanjian sewa beli badan dalam surat nikah.

Free Sex
Sex yang bukan zina, seharusnya free. Alias tanpa biaya, bebas, dan sukarela. Penyerahan alat kelamin masing masing pihak dilakukan dengan sukarela. Anda memberikan alat kemain anda diobok obok orang lain, karena anda sayang pada dia, cinta padanya. Sementara dia juga rela menjilat pantat anda, karena dia sayang dan cinta pada anda.

Selebih dari itu, zina! Tidak ada itu kewajiban. Cinta adalah free sex. Yang seharusnya dilakukan tanpa syarat, kecuali rasa sayang dan cinta yang diwujudkan dalam penyatuan dua badan.

Poligami
Yah ini sebenarnya bentuk lain dari GANG BANG. Hanya lokasinya berbeda.


Salam - Traktor Lubis
Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "SENGGAMA : PROSES PENIS MEMASUKI VAGINA"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme