ISLAM KERAP DIJADIKAN KENDARAAN POLITIK


Sebenarnya ini pertanyaan yang harus kita jawab bersama. Pada umumnya semua agama Abrahamic (Islam, Kristen, Jahudi) kerap dijadikan kendaraan politik di negara negara mana saja agama ini mempunyai pengikut cukup besar.

Bukankah ini merupakan hal yang sebenarnya juga mendasar demokrasi itu sendiri? Pemerintahan rakyat oleh rakyat. Dimana partai yang membawa semboyan keagamaan diharapkan mampu menyalurkan inspirasi umat beragama yang diusungnya?

Katakanlah misanya, Partai Persatuan Pembangunan, yang boleh dikatakan sebagai partai politik berbasis massa Islam yang sudah cukup berumur. Atau PKS yang baru baru ini. Kemudian Parkindo, yang merupakan partai yang mengusung Kekristenan di balik perjuangan mereka.

Demokrasi memungkinkan itu kan?

Sepanjang ada rakyat yang terwakili, dan yang memilih mereka cukup banyak, maka partai politik dengan mengusung apapun boleh hidup di iklim demokrasi. Seperti layaknya bila ada seorang abang becak yang mencalonkan diri menjadi anggota dewan atau presiden. Why not? Kalau ada yang mau memilih?!

Itu makna dari demokrasi sendiri.

Seperti juga rakyat Jogya yang menolak kepala daerah pengganti Sultan. Mereka ingin diperintah oleh Sultan. Secara turun temurun. Apa yang mereka inginkan, ini demokrasi. Bukan ke tata caranya. Tapi ke apa yang diinginkan rakyat.

Lalu dalam hal bernegara. Ternyata NKRI sudah mempunyai sebuah ideologi yang menjadi identitas bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Artinya, kehidupan berdemokrasi di Indonesia, mau tidak mau, memaksa, harus tunduk pada Ideologi Pancasila. Nilai nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, Permusyawaratan rakyat dan Keadilan, termasuk di dalam Pancasila. Demokrasi itu sendiri menjadi nilai ke 4 dalam Pancasila.

Jadi bukan sebaliknya, Demokrasi mengandung Pancasila. Tetapi Pancasila mengandung nilai nilai Demokrasi, dengan merujuk ke 4 nilai yang lain, yang secara harmoni menjadi pedoman berbangsa dan bernegara Indonesia.

Lalu muncul sekelompok manusia yang dengan dasar dasar demokrasi hendak menjagokan sebuah ideologi asing bernama Islam ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indoensia. Apakah ini layak dibiarkan?

Lantas kita melihat ke belakang sejenak. melihat kondisi radikaliesme dalam tubuh sekelompok orang yang mengaku Islam ini, bagaimana reaksi anda sekarang dalam menilai kebijakan kebijakan Soekarno dan Soeharto dulu dalam menangani kasus kasus seperti ini?

NII, Darul Islam dan sebagainya, sudah ada sejak jaman Orde Lama. Sekelompok manusia yang sebenarnya menurut nabi adalah orang orang Islam yang hapal Al-Quran namun hanya sampai di tenggorokannya saja, tanpa bisa menghayati apa itu Islam, sekarang sedang mengusik kesatuan nilai nilai Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nabi bersabda, “akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al-Qur`an , tapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya (tidak memahami subtansi misi-misi Al-Qur`an dan hanya hafal di bibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka niscaya akan kupenggal lehernya seperti halnya kaum ‘Ad.” (HR. Muslim pada kitab Az-Zakah, bab Al-Qismah).

Dan menurut saya, mereka inilah yang membuat Islam kerap dijadikan kendaraan politik. Yang masih menginginkan negara mengatur segala sesuatu mengenai Islam. Bahwa negara harus diperintah oleh orang orang Islam. Negara harus mengganti Pancasila dengan Syariat Islam. Bahwa akhirnya negara harus mengadili rakyatnya bila tidak melaksanakan Islam.

Satu hal lagi, masyarakat Islam dimanapun berada termasuk warga yang sangat reaktif dan sensitif mengenai Keislaman. Sedikit saja menyinggung Islam, bisa membuat sebuah masalah yang kecil menjadi besar. Bahkan teramat besar. Seakan akan harga mati. Tanpa ada kompromi.

Dan isu mengenai radikalisme dalam bentuk NII sekarang ini mulai menjadi gunjingan poltik lagi.

Lihat berita berikut, silahkan anda nilai sendiri:


Prabowo: NII Bukan Islam
Jum'at, 29 April 2011 | 13:14 WIB

TEMPO Interaktif, Batam - Eks Panglima Kostrad Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto menyebut gerakan Negara Islam Indonesia (NII) tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. "NII tidak sesuai dengan kaidah Islam," kata Prabowo usai Rapat Kerja Dewan Masjid Indonesia di Batam, Jumat 29 April 2011.


Menurut Prabowo, meski gerakan itu bernama Negara Islam Indonesia, NII bukan Islam karena Islam mengajarkan kedamaian, bukan pemberontakan. "NII bukan Islam," kata Prabowo.


Prabowo juga mengutuk terorisme yang disinyalir dilakukan aktivis NII. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengatakan gerakan NII bertujuan memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.


"Karena itu, tidak ada ruang bagi kelompok, organisasi, dan semua aktivitas yang merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Patrialis di Denpasar.


Menurut Menteri, gerakan semacam NII dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. "Kita ini bersaudara. Gerakan semacam itu bisa memecah belah Indonesia. Apa ingin negara ini hancur? Tidak ada pentingnya gerakan semacam itu," katanya.


Anggota Komisi III DPR RI I Gusti Ketut Adhiputra mengatakan keberadaan NII harus dikaitkan dengan legalitas organisasi tersebut. "Kita harus tetap bicara aturan. Badan hukumnya harus ada. Kalau tidak ada, itu artinya ilegal, dan wajib ditelusuri lebih jauh aktivitasnya," katanya.


Nama NII santer disebut setelah sejumlah pelaku teror bom di Serpong dan bom buku ternyata adalah anggota organisasi tersebut. NII disebut-sebut kelanjutan dari gerakan Darul Islam yang didirikan oleh Kartosoewirjo pada 1949. Organisasi ini belakangan terpecah-pecah dalam berbagai faksi. Salah satu faksi yang terkenal adalah NII KW 9.


Sejumlah kalangan menyebut faksi ini dipimpin Panji Gumilang, pemimpin Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. Tapi, kepada Tempo, Panji jelas-jelas membantah. "Saya pemimpin pesantren Al Zaytun, bukan KW 9," katanya beberapa waktu lalu.


Panji sejak muda dikenal aktif dalam gerakan Islam. Bermula saat di Gerakan Pemuda Islam (GPI) dan menjadi Ketua Cabang GPI Pandeglang. Menurut penelusuran Tempo, di masa itu pula Panji mulai melibatkan diri dengan NII. Mengutip penjelasan Abdul Qadir Djaelani, mantan Ketua Umum PP GPI, ”Dia memang Ketua NII KW 9 Wilayah Banten."


Pada 1978, Panji masuk tahanan Laksusda di Jalan Jawa, Bandung, Jawa Barat. Dia dituduh terlibat peledakan bom molotov karena memprotes masuknya aliran kepercayaan ke dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. ”Kami ditahan sekitar enam bulan sebelum Sidang MPR 1978,” kata Mursalin Dahlan, teman satu selnya di Bandung. ”Dia rajin salat lima waktu serta berbagai amalan sunah. Juga kerap membantu memijati tahanan lain yang sakit,” tutur Mursalin kepada Majalah Tempo.


WDA | ANT

Islam akan tetap dijadikan kendaraan politik bila pendidikan kita jalan ditempat, bila masyarakat kita tetap berada dalam krisis kebodohan, bila masyarakat kita tidak mengerti apa itu beragama dan apa itu bernegara. Bila masyrakat kita tidak bisa membedakan bahwa presiden dan Tuhan itu sosok yang berbeda.


Artikel Yang Berhubungan Badan:


14 Response to "ISLAM KERAP DIJADIKAN KENDARAAN POLITIK"

  1. Wah ane ketinggalan ni bang traktor. Ane juga bahas NII. kebetulan ane di Jogja. Minta komentarnya di kenapa NIIkagak berani Mengajakku?..

    Est says:

    Seorang penyidik di sebuah kapoltabes bertanya pada saya. Kenapa dalam 3 kasus yang ditanganinya, serta kasus2 serupa yg ditangani teman2nya di kota lain yang menyangkut DAK Diknas dan BOS, semua memiliki keseragaman: DISKON 40%.

    Diskon adalah uang yang dibayarkan diknas ke supplier lalu supplier wajib mengembalikan tunai sebesar 40%.

    Saya bilang, ayo taruhan, dari sabang sampai merauke diskonnya 40%. hahaha...

    Jadi pendidikan emang nggak bisa lari..

    Est says:

    eh, salah ya gue? yg disuruh nilai artikel Prabowo nya, bukan pendidikan jalan di tempatnya... whekeke.... ntar yah..

    Traktor says:

    Est: Pendidikan jalan ditempat, Islam dijadikan kendaraan politik. Simpatisan NII seakan akan dapat wadah. tak tahunya kena kibul.

    Est says:

    Ini cakep banget tulisannya. Ulasan yang bagus.

    Ayat itu asalnya dari mana? Menurut saya ayat itu tidak damai sama sekali. Ayat yang sadis. Menunjukkan tindakan proaktif Nabi kalau menemui penyembah berhala niscaya (maka) Nabi akan memenggal kepalanya. Artinya, bukan memenggal kepala orang hanya jika diserang, namun jika menemui penyembah berhala, maka tindakan kekerasan diperbolehkan

    Ini bukan seperti yang digembar-gemborkan orang bahwa umat Islam hanya boleh melakukan tindakan kekerasan hanya jika diserang, untuk mempertahankan diri, dalam kondisi perang dst dst.

    Mengingat umat Islam sering menyebut orang Kristen penyembah patung Yesus, patung Maria, anda umat Buddhist penyembah patung Buddha. Sebuah penyebutan yang maksa. Maka kita ini adalah orang orang yang layak dipenggal menurut versi ayat tersebut. Jadi jika NII mengacu pada ayat ini, maka sebetulnya NII lah yang lebih mengikuti syariat Islam dibandingkan negara, karena telah membiarkan para penyembah berhala ini hidup dengan kepala menempel di tubuhnya.

    Traktor says:

    Est: Mau syariat Islam mau Syariat Kristen. Selama ini negara masih bernama NKRI, yah tidak berlaku... begitu loh....

    Kemudian, masalah ayat tersebut. Bagaimana dengan ayat ayat damai yang lain?... Dalam konteks bagaimana Nabi mengeluarkan pernyataan begitu.

    Kalau ayatnya sepenggal sepenggal dihaturkan, jadinya memang pincang. Ibarat yang disebut Nabi itu, orang yang hanya hapal Al Quran tapi sampai di tenggorokan saja.

    Est says:

    ya, semua orang bisa menuduh yg lain hanya hafal AlQuran tapi sampai di tenggorokan saja. NII bilang begitu ke NU, NU bilang begitu ke NII. Gue nonton ajah...

    Traktor says:

    Saya memandangnya begini loh... Di alkitab pun ada kan ayat yang saya lupa tepatnya...

    Tapi intinya, Jesus datang bawa pedang...

    Nah, kalau dipenggal penggal, kasih yang ingin disampaikan menjadi hilang. Apalagi, pada kasus cerita di atas, kemungkinan besar adalah sebuah kisah yang sarat emosional atas kelakuan para pengikut beliau yang ngacok.

    Est says:

    dalam sebuah konteks, bisa dilihat ini sejarah, atau perumpamaan. Contohnya, kasus pohon ara itu, adalah sejarah, air menjadi anggur adalah sejarah, Yesus bilang kasihilah sesamamu, adalah statement Yesus. Tapi janda miskin yg memberi 2 keping uangnya, itu perumpamaan, membangun rumah di atas batu itu perumpamaan. Yesus membawa pemisahan itu, bisa perumpamaan bisa nubuat.

    Kalau yg di artikel ini, adalah statement Nabi. Jadi berpotensi dipakai umat untuk bilang begitu ke umat yg lain.

    Est says:

    Coba Nabi bilangnya: kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.

    Statement kayak gitu mau dilempar kemana2 dampaknya nggak kayak yang sekarang ini..

    Eh, saya kayaknya salah komen.. bingung gue.. whekeke... kebanyakan baca artikel di traktor whekeke...

    Traktor says:

    Loh, tadi saya sudah komen panjang lebar.... hilang ya?

    jadi, intinya saya tidak setuju dengan pandanganmu.

    1. Soal Penyembah Berhala itu.
    Apa bahasa Arabnya? Benarkan frase bahasa Indonesia 'Penyembah Berhala' tersebut datang dari baha Arab yang berarti sama? Atau sekedar disama samakan?

    2. Mengapa saya merujuk kesana?
    Soalnya penyataan tadi muncul saat Nabi kira kira mengkutuk kelompok Walabi yang justru menuntut 'keadilan' dari nabi yang sudah berlaku adil. kelompok Walabi mau Nabi memenggal kepala tawanan perang yang sudah tak berdaya. Nabi menolak, kelompok Walabi ini mengatakan, "Berlakulah adil wahai Muhammad'... maksud Waladi disitu adalah adil bila Muhammad memenggal kepala tawanan perang tersebut (pasti penyembah berhala).

    3. Nah, dari point ke 3. Benarkah penyembah berhala yang jadi frase bahasa Indonesia itu memang ditujukan untuk Non Muslim?

    4. Kalau no. 3 benar, mengapa justru nabi menyebut kelompok Walabi ini sebagai penyembah berhala?

    5. Saya hanya melihat disitu. Ada kerancuhan (bukan kesalahan) pemahaman.

    =================

    Balik ke Jesus.

    Mau perumpamaan atau serius. Sangat tidak layak menyebut Anjing pada ibu-ibu dari Samaria itu. Sampai sang Ibu yang mulia itu harus memohon 3 kali baru dikabulkan oleh Jesus permintaannya untuk menolong anaknya.

    Layakkah anda memakai anjing sebagai perumpamaan pada perempuan. Disaat yang sama anda mengatakan, bahkan musuhmu harus kau cintai.

    Kalau saya ada disitu mendengar Jesus 3 kali menolak ibu ibu itu dan menyebut ibu itu 'anjing' saya akan tampar pipi Jesus, ajari dia ngomong yang benar pada perempuan.

    ================

    Tapi kalau itu pengertiannya seperti itu, seperti pandangan anda ke Penyembah Berhala tersebut.

    Tapi kalau anda memandangnya sebagai perumpamaan yah tidak seperti itu jadinya.


    ===============

    http://www.traktor.co.cc/2011/04/sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi.html

    itu tentang bagaimana kejadian frase 'penyembah berhala itu sampai turun.

    ===============

    Jadi tergantung anda, ingin membacanya seperti para Whabi, atau ingin melihatnya seperti Buddha... wakakakakaka

    Traktor says:

    Justru Nabi Muhammad menyatakan para Wahabi yang kira kira kaya teroris sekarang itu yang 'Penyembah Berhala' yang sesungguhnya.

    Est says:

    jadi definisi penyembah berhala itu apa? kok saya malah jadi bingung.. whekeke...

    Traktor says:

    Itu bahasa Arab yang mungkin susah dicari padanannya di bahasa Indonesia. Jadi yah, didekat dekatkan saja. Misalnya mau menunjukkan yang harus dimusuhi Islam, yah udah penyembah berhala, begitu loh.

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme