Jangan Ucapkan Selamat Hari Raya Apapun, Bila Hal Itu Membuatmu Murtad!



Benar. Jangan lakukan hal-hal yang dilarang oleh agamamu. Jalankanlah sebaik-baiknya perintah Tuhanmu. Dengan demikian semoga setelah mati, kau dikelompokkannya menjadi orang orang yang beriman dan berhak berdiri di sisiNya.

Gelagat belakangan ini, seingat saya mulai merebak di era reformasi. Ada kecenderungan umat semakin mengerti akan agamanya. Banyak hal hal yang dulu dilakukan tanpa disadari sebagai toleransi beragama, ternyata sekarang setelah diketahui berpotensi menyebabkan murtad.

Toleransi beragama juga ada batasnya kan. Toleransi beragama pas sekali seperti bahwa kita menjalankan agama masing-masing, dan mempersilahkan orang lain menjalankan agamanya. Namun Tidak Sampai kepada Mengakui KEBENARAN agama orang lain. Agama kita lah yang paling mulia. Agama kita lah yang paling sesuai keimanan. Agama kitalah yang turun dari Tuhan langsung. Agama yang lain itu adalah kesalahan terbesar.

Toleransi kita adalah sebatas, membiarkan mereka menentukan agamanya masing-masing. Adalah hak asasi setiap orang untuk memilih masuk neraka sekalipun. Yah, kalau sudah dikasih tahu agama yang benar yang diridohi Tuhan tidak juga mau bertobat. Makanya silahkan saja.

Namun jangan mengajak untuk mengakui kebenaran agama tersebut.

Tidak benar semua agama sama saja. Hanya agama saya yang paling benar di muka bumi ini. Dunia dan akherat. Tunggu saja masa pengadilan.

Dulu di jaman Orde Baru, di jaman saya sekolah di SMP, SMA dan di jaman kuliahan sebelum reformasi, informasi begini mana boleh disebarkan. Rezim diktator Orde baru lewat Pak Harto taik itu akan membredel semua yang katanya bersifat radikal.

Makanya ustadz Basyir mengungsi ke Malaysia.

Namun setelah Orde Baru hancur berantakan, barulah mata saya terbuka. Ternyata hal sepele seperti mengungkapkan perasaan gembira saya bila teman saya merayakan hari besar agamanya itu termasuk berpotensi kafir dan murtad. Astaga. Sungguh saya tidak mengetahui bahwa dengan mengucapkan selamat Natal misalnya, berarti mengakui kelahiran Tuhan mereka. Itu kan sama saja dengan mengaku kebenaran agama mereka.

Begitu juga lebih parah lagi jika harus mengucapkan selamat Waisak atau Nyepi pada pemeluk agama Buddha dan Hindu. Mereka kan agama Pagan yang masih menyembah berhala. Dengan mengucapkan Waisak, berarti mengakui Sidharta Gautama, Buddha Tuhannya orang Buddha. Masih mending Nyepi, karena itu perayaan yang bersifat tarekat, bukan pengakuan atas dewa dewi tertentu atau berhala-berhala mereka.

Sungguh mengerikan kebodohan waktu dulu itu kan.

Entah sudah berapa kali saya murtad mengucapkan Natal ke teman teman (yang sebenarnya musuh) Kristen. Begitu juga teman-teman (kafir) orang orang China yang merayakan Waisak.

Sebenarnya hal ini kadang bertentangan dengan nurani saya. Tapi bagaimana lagi, inikan perintah agama. Kadang saya mikir, mengucapkan selamat Natal yah Mbak Est atau Mbak Gina... itu kan sebagai ungkapan turut berbahagia saja.

Tapi bagaimana lagi, agama saya melarang saya turut bergembira bila yang ingin saya ucapkan selamat itu orang orang kafir. Yang menyembah Tuhan palsu, nabi palsu, yang sebenarnya Judas Iskariot yang disalib. Tapi Kristen Kristen dungu itu menganggap itu adalah Isa Al Masih.

Tuhan tidak akan membunuh nabinya dengan cara yang begitu hina. Masa sih mereka tetap mau menyembah Tuhan yang porno begitu?

Ada lagi Tuhannya lembu.... Ada lagi Tuhannya batu!

Tak mungkin saya sanggup mengucapkan selamat pada mereka itu. Saya tidak mau murtad. Saya ingin masuk surga, disayangi Tuhan saya. Dan hidup tenang, mati bahagia. Jadi dilahkan saja merayakan hari besar agamamu. Saya tidak terusik.

Bagus juga sih bila hanya ada orang orang dengan agama seperti saya di Indonesia. jadikan saya tidak harus berusaha menghindar bos saya yang Buddha hari ini karena malu juga tidak mengucapkan selamat. Ini juga ketidak adilan. Mengapa mereka bisa menguasai Indonesia ini. Sudah sepantasnya memang kaum kafir itu di bom saja.

Artikel Yang Berhubungan Badan:


8 Response to "Jangan Ucapkan Selamat Hari Raya Apapun, Bila Hal Itu Membuatmu Murtad!"

  1. Gina says:

    Love this post soooooo much...

    Cuma kalau saya pribadi sih, lebih suka kalimat penutupnya ditiadakan saja. Atau diganti. Jadi yang baca (yang baru 1 kali baca postingan TL dan tidak tahu karakter aslinya) akan bingung2 gimanaa, gitu. kalimat terakhir itu ekstrem, itu yang mencirikan kalau ternyata gaya bahasanya pembalikan point-of-view ;)

    Pokoknya saya suka banget post yang ini.

    Gina says:

    Masih takjub ih, sama content dan pemilihan point-of-view-nya, pas banget....

    Traktor says:

    gpp, di tempo interaktid juga yang pernikahan william kate - haram.... udah jadi HT... karena memandang dengan cara 'mereka' eh, justru kena protes.... entah apa maunya, bingung juga....

    Gina says:

    Coba post comment lagi deh (pantang menyerah, haha).

    At last I know why I really fall-in-love with this post. Soalnya all of the content is my prejudice about their thought (buat mereka yang mengharamkan ucapan selamat itu). Pokoknya di benak saya benar2 I think this is how they think, lengkap selengkap2nya dan detil sedetil2nya (it was on my mind but you're the one who wrote it 'sweetly'), kecuali kalimat terakhirnya.

    Seandainya ada yang bisa membuktikan bahwa prejudice saya salah, I will be more than happy.

    Love the point-of-view :)

    Traktor says:

    Baca juga dong yang William Kate Haram:

    http://www.traktor.co.cc/2011/04/acara-pernikahan-william-kate-haram.html

    Gina says:

    Dah ke TKP. Tapi yang di-copas belum saya baca semuanya, lha panjang banget... hehehe. Dan buat saya nuansa tulisannya (gaya, content, dll) beda ah sama yang ini. Yang jelas in general this post (among your abundant posts) is my favorite so far (exclude last sentence ya...).

    Est says:

    Mengucapkan hari raya orang Kafir itu murtad. Tapi ditiduri orang Kafir bolehlah... hihihi....

    Gina says:

    Mau deh, meniduri orang kafir, eh, non-kafir... eh, kefir... eh, yoghurt (bukan kefir)... kok jadi bingung ya aku... lha aku sendiri kafir atau bukan?

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme