ISLAM BUKAN ARAB


 Bila anda melihat ke Nusantara, Dwipaantara dulu namanya, Indonesia sekarang ini, ada 6 agama yang dilindungi perkembangannya. Dengan ketimpangan sana-sini, jurnag mayoritas-minoritas yang semakin lebar saja. Pernahkah anda melihat ke 6 agama ini di Indonesia sama dengan di negara negara asalnya?

Apapun agama yang ingin berkembang dan tumbuh di Indonesia, pasti berbaur dengan kearifan lokal. Berbuar dengan budaya lokal. Menyatu dengan kearifan lokal.

Anda bila berkilah, Borobudur itu Buddha. Prambanan itu Hindu. Menurut saya Borobudur dan Prambanan itu adalah Indonesia. Tidak ada candi seperti itu di negara asal kedua agama besar itu, India.

Tidak pernah ada candi Buddha berbentuk mirip piramid di India. Tak ada candi Hindu yang menggugus indah seperti Prambanan di India.

Tak ada mesjid dimanapun seperti mesjid Demak atau Kudus.

HKBP adalah milik orang Batak. Bukan milik orang Jerman, walaupun Nomensen yang memperkenalkan Kristen di tanah batak. Demikian juga klenteng klengteng yang bersebelahan dengan Mesjid di Gunung Kawi.

Namun celakanya di era modern ini muncul orang orang yang berwawasan asing. Mengimani secara telanjang keyakinan keyakinan asing. Dengan kalimat sakti bahwa lebih mementingkan agama daripada kesukuan, adat dan budaya. Nusantara mulai dijajah. Oleh barat dan timur tengah.

Sutasoma karya Mpu Tantular. Kisah tentang perjalanan menuju pencerahan seorang Buddha. Melenceng habis dari kisah kisah inspiratif Buddhis darimanapun. Sutasoma menggambarkan riwayat pencerahan seorang manusia yang tidak melakukan hidup selibat. Menggambarkan kebalikan dari yang dijalani Sidharta Gautama.

Bila Gaotama harus meninggalkan kerajaan dan anak istri untuk pencerahan. Sutasoma sebagai Buddha justru harus melawan keinginannya untuk meninggalkan kerajaannya. Kisah Buddha seperti ini keluar pakem dari kisah kisah Buddha. Dan hanya ada di Indonesia. Dengan kandungan kearifan lokalnya.

Apakah ini berarti keluar dari pakem Buddhis. Bahkan mungkin dinilai kurang Buddhis?!

Salah.... Justru Sutasoma sangat Buddhis. Penolakan pada kemelekatan dan keinginan itu sendiri. Keingian untuk menjadi pertapa dan meninggalkan kehidupan duniawi. Ini esensi dari Buddhisme itu sendiri. Tidak melekat pada apapun, bahkan pada metode pencapaian pencerahan itu sendiri.

Mpu = yang bijak.
Tantular = Tidak gampar tertular.

Orang bijak tidak gampang tertular.

Tertular oleh pemahaman asing yang bukan dari dalam diri sendiri.

Arab Saudi bisa sukses dengan Islam mereka karena memang budaya arab itu budaya mereka. Bahwa kemudian orang Indonesia mengganti peci dengan lobe, seperti photo anak Arianto Anas yang saya lihat kemaren... hahahahahaha. Itu hanya pakaian, embel embel yang tidak menyentuh esensi yang sebenarnya.

Indonesia bukan Arab, Arab bukan Indonesia. Bahkan bangsa Arabpun tidak bisa diterapkan di Mesir yang mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dengan Arab Arab lainnya. Demikian juga Iran yang tengah memasuki pakem pakem tertentu dengan latar belakang Islam.

Tak ada negara yang bisa hidup dari perpecahan agama.

India terbagi dua mulanya. India yang Islam dijadikan Pakistan, India yang Hindu menjadi India sekarang. Namun Pakistan juga akhirnya terpecah. Menjadi Bangladesh di wilayah yang lebih timur.

Jepang tetap kukuh dengan Dewa Mataharinya walaupun penduduknya mengaku memeluk Buddha dan Khong Hu Cu. Mereka tidak pernah meninggalkan ciri-ciri Jepang nya. Demikian juga Thailand. Walau Buddhis, negara ini tidak sama Buddhisnya dengan Srilanka atau Tibet atau China di Utara. kandungan kearifan local nya jelas.

Thailand adalah negara dan bangsa paling terhormat di Asia Tenggara. Mereka tidak pernah dijajah siapapun. Berdaulat hingga detik ini. Dengan Buddhisme dan kandungan lokalnya yang tidak putus.

Demikian juga China. Jutaan mati ditangan ketua Mao saat melakukan revolusi budaya menghapus Khong Hu Cu dari China. Gagal! Khong Hu Cu itu agama orang China. Bersama dengan ajaran sang bijak Lap Tse dan ajaran filsafat Buddha, membentuk karakter orang China dimanapun berada. Adalah sia sia usaha untuk mencabut identitas suatu bangsa, walaupun itu berkedok agama.

Anda sudah melihat Jogya. Anda juga melihat kesultanan lain yang mengihilang dari bumi pertiwi. Beda Jogya cukup jelas. Kesultanan ini tidak menjadi kesultanan Islam seperti kesultanan kesultanan lain yang sudah menjadi sejarah.

Anda bisa membaca ini MAU BELAJAR MALAH CARI DOSA. Bagaimana bisa membuat seorang Jawa Ngapak berbicara seperti berdahak?

Islam bukan Arab, walau berasal dari sana. Hindu bukan India, walau berasal dari sana. Buddha bukan Nepal, walau berasal dari sana. Kristen bukan vatikan, walau gereja Katolik adalah gereja pertama. Khong Hu Cu bukan China, walau orang China kebanyakan menjalankan ajarannya.

Indonesia tetap Indonesia. Saya sependapat dengan militer kali ini. NKRI atau mati.


Artikel Yang Berhubungan Badan:


8 Response to "ISLAM BUKAN ARAB"

  1. istiqlal says:

    yup , sebagian umat islam modernis menganggap bahwa islam ya harus seperti arab, jubah, jenggot, celana cingkrang dll , padahal harusnya islam menyesusaikan dengan kondisi/adat biar bisa diterima di masyarakat , rahmatan lilalamin bukan rahmatan lilmuslimin

    Traktor says:

    perseteruan lama, kaum adat vs kaum padri.

    Est says:

    malah jadi aneh, sebetulnya yang mau dituju Tuhannya apa atributnya? jika atribut jadi ke arab2an, apakah lantas jadi lebih dekat dengan surga?

    Traktor says:

    barangkali

    Ganti judul tulisan ini dengan:

    "Kenapa umat Islam banyak yang Tolol?"
    "Kenapa umat Islam itu Primitif?"
    "Kenapa umat Islam itu .... dst"

    -----------------------------


    Hmm ... ini warna blog baru merasa di NIRWANA saya. Sejuk sesujuk firman Sidharta.

    Traktor says:

    EA:
    Hihihihi kaya gini saya sudah dibilang lebih keras dari ente

    -------------------

    Ganti warna menjadi biru, sekedar mau membuktikan, bahwa biru juga bisa sexy...

    Gina says:

    hihihi... Bang TL lagi metamorfosis dari metallica ke d'massiv... :)

    yang lucunya lagi, saya tidak tau 'lobe' (kata yang dipakai TL di teaser BF) itu yang seperti apa. Waktu saya googling dengan kata kunci 'gambar lobe', yang keluar malah bukan sesuatu yang harus dipakai di kepala, hahaha.

    Traktor says:

    wekekekeke, lobe itu bahasa di sumatera untuk menyebut topi saya bulat yang khas timur tengah itu. antara lain dipakai rabi rabi Jahudi dan di sini banyak dipakai Muslim. Seperti yang dipakai anaknya Erianto Anas itu... qiqiqiqiq

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme