TIDAK PUAS DENGAN HASIL PILKADA, GEREJA KATOLIK DIBAKAR DI RIAU... YAH NASIB...


Kuantan Singingi di Riau Rusuh, Gereja Dibakar
SENIN, 11 APRIL 2011 | 18:28 WIB

TEMPO Interaktif, Riau - Kerusuhan terjadi selepas rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum untuk penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, Senin (11/4) sore. Ratusan orang yang diduga tidak menerima kekalahan jagoannya mengamuk. Akibatnya, satu gereja dan satu pos retribusi hangus terbakar serta puluhan rumah rusak poranda.

“Dugaan sementara ini diduga akibat ketidakpuasan hasil Pilkada. Namun kita masih melakukan penanganan pengendalian,“ ujar Kepala Bagian Humas Kepolisian Daerah Riau, Ajun Komisaris Besar Polisi S Pandiangan SH. “Kita masih mengumpulkan informasi terkait insiden ini,”.

Sumber Tempo di Taluk Kuantan menyebut aksi massa yang membuat ratusan warga di sekitar kejadian itu mengungsi, berawal dari keputusan hasil Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kuantan Singingi sekitar pukul 15.00 WIB sore ini. Komisi Pemilihan Umum Kuantan Singingi memutuskan hasil Pemilihan Kepala Daerah pada Senin 8 April 2011 kemarin pasangan incumbent Sukarmis – Zulkifly sebagai pemenang.

Keputusan ini rupanya membuat sekitar tiga-ratus orang pendukung calon lainnya protes. Entah siapa yang memulai, dan entah bagaimana, ratusan massa yang tadinya berada di sekitar kantor Komisi Pemilihan Umum di Kota Taluk Kuantan, ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi Riau, langsung mengamuk. Massa membakar pos retribusi dan sebuah Gereja Katolik di belakang Kantor Telkom, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, yang berjarak sekitar 140 kilometer arah tenggara Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau.

“Massa tiba tiba saja datang. Jumlahnya ratusan dan berteriak-teriak. Mereka langsung merusak pos retribusi dan langsung pula membakar gereja,“ ujar S Manik, salah seorang pengurus dan Jemaat Gereja Katolik nahas itu.

JUPERNALIS SAMOSIR


Kuantan Singingi Rusuh, Puluhan Keluarga Mengungsi
SENIN, 11 APRIL 2011 | 18:37 WIB

TEMPO Interaktif, Riau - Sebanyak 80 kepala keluarga yang tinggal di sekitar gereja yang dibakar massa di Kabupaten Kuantan Singingi mengungsi, Senin (11/4). Mereka khawatir jadi sasaran amuk massa.

“Kami semua sekitar 80 Kepala Keluarga yang tinggal di sekitar gereja ini sudah mengungsi jauh. Kami takut,” ujar S Manik, salah seorang pengurus dan jemaat Gereja Katolik nahas itu, Senin (11/4).

Kerusuhan terjadi selepas rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum untuk penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Kwantan Singingi, Senin (11/4) sore. Ratusan orang yang diduga tidak menerima kekalahan jagoannya mengamuk. Akibatnya, satu gereja dan satu pos retribusi hangus terbakar serta puluhan rumah rusak poranda.

Sejauh ini belum diketahui penyebab kerusuhan dan pembakar itu. Pihak kepolisian menyebut situasi kota Taluk Kuantan saat ini sudah dapat dikendalikan.

“Masih pada tahap pengendalian situasi. Nanti akan ada penjelasan. Kita imbau semua pihak menahan diri,“ kata Kepala Bagian Humas Kepolisian Daerah Riau, Ajun Komisaris Besar S Pandiangan SH. "Sejauh ini, disebut sebut sebagai buntut Pilkada. Situasi sudah dapat ditangani."

Sumber Tempo di Taluk Kuantan menyebut aksi massa yang membuat ratusan warga di sekitar kejadian itu mengungsi, berawal dari keputusan hasil Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kuantan Singingi sekitar pukul 15.00 WIB sore ini. Komisi Pemilihan Umum Kuantan Singingi memutuskan hasil Pemilihan Kepala Daerah pada Senin 8 April 2011 kemarin pasangan incumbent Sukarmis – Zulkifly sebagai pemenang.

Keputusan ini rupanya membuat sekitar tiga-ratus orang pendukung calon lainnya protes. Entah siapa yang memulai, dan entah bagaimana, ratusan massa yang tadinya berada di sekitar kantor Komisi Pemilihan Umum di Kota Taluk Kuantan, ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi Riau, langsung mengamuk.

JUPERNALIS SAMOSIR


Polisi Periksa Tujuh Orang Terkait Kerusuhan Kuantan Singingi
SENIN, 11 APRIL 2011 | 20:17 WIB

TEMPO Interaktif, Riau - Kepolisian Resor Kuantan Singingi memeriksa tujuh warga yang diduga kuat mengetahui terjadinya amuk massa selepas rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum soal Pemilihan Kepala Daerah Kuantan Singingi Riau. Menurut Kepala Kepolisian Resor Kuantan Singingi, Ajun Komisaris Besar Restiawan Bulkaini, hingga malam ini sudah tujuh warga yang diperiksa terkait insiden amuk massa Senin (11/4) sore.

“Sampai malam ini sudah tujuh orang diperiksa. Status mereka masih sebagai saksi. Kita masih meminta keterangan atas insiden itu,” kata Restiawan kepada Tempo.

Menurut Restiawan, sejauh ini pihaknya masih memeriksa secara intensif tujuh warga yang diduga terlibat atas aksi. “Tidak tertutup kemungkinan kita juga akan memeriksa saksi saksi lainnya. Sejauh ini mereka masih berstatus dimintai keterangan sebagai saksi. Sejauh ini belum ada tersangka,” kata Restiawan.

Menurut Restiawan, insiden perusakan, juga pembakaran sejauh ini sama sekali tidak terkait dengan SARA atau hal sejenis yang menyangkut keagamaan dan suku tertentu. Sejak insiden itu mulai memanas sore tadi, polisi langsung mengerahkan tidak kurang dari 600 personel untuk melakukan pengamanan.

“Kita masih menyelidiki penyebab kejadian. Tapi yang jelas, ini bukan kasus SARA. Semua pihak harus menahan diri. Dugaan sementara insiden ini akibat ketidakpuasan hasil Pilkada Bupati Kuantan Singingi. Namun begitu, kita tunggu dulu hasil pemeriksaan saksi-saksi lebih lanjut,” ujar Restiawan.“ Keadaan sudah aman. Situasi sudah langsung normal dan massa sudah kembali ke tempat mereka masing masing.”


Aksi massa itu, berawal dari hasil rapat pleno Komisi Pemilihan Umum Kuantan Singingi yang menetapkan pasangan incumbent Sukarmis – Zulkifly sebagai pemenang. Keputusan KPU ini rupanya membuat sekitar lima ratusan orang pendukung salah satu calon lainnya merasa tidak puas. Kerusuhan tidak terelakkan. Ratusan massa melampiaskan kekecewaannya dengan merusak sejumlah bangunan, antara lain Pos Retribusi, sejumlah rumah penduduk hingga rumah ibadah di kota yang berjarak sekitar 140 kilometer arah Tenggara ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru itu.

JUPERNALIS SAMOSIR


Terkait Pembakaran Gereja, Umat Diimbau Menahan Diri
SENIN, 11 APRIL 2011 | 21:20 WIB

TEMPO Interaktif, Riau - Pihak Gereja Katolik Riau menyesalkan aksi massa yang merusak dan membakar rumah ibadah dalam aksi massa di Teluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Senin (11/4) sore tadi. Semua pihak, khususnya umat Katolik Riau diimbau untuk tetap menahan diri dan menyerahkan penanganan sepenuhnya kepada pihak aparat keamanan dan pemerintah.

“ Kita sangat sesalkan insiden itu. Hendaknya semua pihak dapat menyelesaikan masalah dengan jalur aturan yang ada. Semua masalah sesungguhnya bisa diselesaikan dengan baik,” ujar Romo Anton Konseng, Pastor Paroki Gereja Katolik St. Maria Pekanbaru, terkait aksi massa dan pembakaran gereja di Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, sore tadi.

Gereja dan Umat Katolik di Riau, menurut Romo Anton, juga mendesak aparat keamanan untuk menangani insiden massa ini dengan baik dan menumbuhkan kembali rasa nyaman warga dan umat, yang pasti sudah terusik.

“Kita mendesak aparat keamanan menangani kasus ini dengan baik, agar warga dan umat benar benar merasa nyaman. Hendaknya ke depan, semua pihak tidak saling merusak dan tetap menyelesaikan masalah dengan hati yang sejuk,” tambah Romo Anton. “ Kita yakin sekali, ini bukan terkait persoalan agama. Karenanya kita mengimbau seluruh umat, khususnya umat katolik Riau dapat menahan diri.”

Pemerintah Provinsi Riau juga mengimbau agar seluruh warga Riau, khususnya masyarakat Kuantan Singingi untuk menahan diri dan tidak terpancing isu yang bersifat provokasi. Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Riau Chairul Riski mengatakan pembakaran salah satu rumah ibadah itu sama sekali tidak terkait dengan sentimen berlatar-belakang suku agama dan ras tertentu.

“Dari informasi yang dihimpun, insiden itu sama sekali bukan karena sentimen SARA. Kita mengimbau semua pihak untuk tetap menjaga situasi kondusif dan menyerahkan penanganan sepenuhnya kepada aparat keamanan, “ ujar Chairul Riski. ”Hingga malam ini, situasi masyarakat sudah normal dan situasi sudah dapat dikendalikan aparat keamanan.“

JUPERNALIS SAMOSIR

==========================================

Sambil merangkum ke 3 berita tersebut, saya teringat pada artikel yang ditulis mbak Est. Demit betina tercantik sejagad raya. Est mengaku sudah pernah mengalami ibadah saat gerejanya dibakar. Berikut saya copas dari Blog mbak Est:

"
Senin, 11 April 2011Jika Pipi Kananmu Ditampar, Berikan Pipi Kirimu


Pernahkan anda berada di dalam rumah ibadah yang ditimpuki warga dengan batu? Saya pernah.


Pernahkah anda dikepung pria berpakaian gamis putih bersorban bawa golok dan pentungan karena anda berkegiatan di dalam rumah ibadah? Saya pernah.


Pernahkah anda dilarang bersuara dalam beribadah, sehingga semua hal dilakukan dengan berbisik-bisik? Saya pernah.


Waktu saya bertanya kenapa mereka melakukan itu pada kami. Ini jawaban yang saya dapat: Bukankah tertulis dalam kitabmu, berikan pipi kirimu jika pipi kananmu ditampar? Maka, jika kami merusak rumah ibadahmu, berikan rumah ibadahmu yang lain untuk kami rusak.


- Esther Wijayanti -


Kalau tertarik anda bisa baca langsung di Blog nya Esther. Saya jamin anda akan terpesona atas kecantikan luar dalam perempuan canggih ini.


Ini Blog beliau: Apa Yah?

=================

Nah.... Sya atidak tahu bagaimana perasaan anda setelah membaca artikel copas ini. Coba anda bayangkan. Di negri ini tempat ibadah agama selain Islam sepertinya sudah dianggap sama dengan tempat maksiat, atau alternatif murah sebagai bahan bakar dalam hubungannya dengan krisis energi.

Sangat riskan sekali. Negri yang sekarang dikuasai oleh partai yang berani pakai nama menohok DEMOKRAT, lalu koalisinya Keadilan dan Kesejahterahan, Golongan Karya dll seakan meludahi muka sendiri dengan tidak henti hentinya penganiayaan terhadap minoritas di negri ini.

Namun sebagai orang Indonesia yang sangat jago mengambil hikmah, saya masih bersyukur Gereja yang terbakar. Sejauh ini saya belum pernah melihat umat Kristen memintah sumbangan di tengah jalan raya menyabung nyawa untuk membangun gereja. Seandainya saja umat Kristen suka melakukan hal seperti itu, saya tidak bisa membayangkan bagaimana jalan raya Indonesia ini. Apalagi di Sumatera yang jalan lintas Sumatera - nya pun sempit sekali.

Entah dimana rasa keadilan orang orang itu. Apa salahnya gereja bila tidak puas dengan urusan politik sekelas Pilkada?

Untuk umat Kristen Katolik yang diminta untuk tidak terpicu pada pembakaran gereja, say akira juga bisa mengambil hikmahnya. Dengan dibakarnya gereja ini, bisa menjadi alasan kuat untuk membangun gereja yang jauhhhhhhhh lebih megah. seperti kita tahu ngurus izin bangun rumah ibadah kan sulitnya minta ampun. lebih sulit daripada ngurus izin buat bangun Buddha Bar, Pub malam, Night Club, Diskotik, Panti Pijat, Spa, Sauna, Wisma pangkas, Salon dan lain sebagainya.

Salam - Traktor Lubis  
Artikel Yang Berhubungan Badan:


4 Response to "TIDAK PUAS DENGAN HASIL PILKADA, GEREJA KATOLIK DIBAKAR DI RIAU... YAH NASIB..."

  1. Gina says:

    [KUTIP]
    Nah.... Sya atidak tahu bagaimana perasaan anda setelah membaca artikel copas ini.
    ---
    Perasaan saya:
    terlalu banyak orang dengan kognitif yang jauh di bawah rata-rata di bumi Indonesia (kalau pakai kata 'goblok', ntar dibilang kasar).

    Solusinya:
    Ga tau.
    Pake pendidikan, ga mempan (kalau pendidiknya juga g*blok, ya ga mempan).
    Pake agama, ga mempan (kalau ahli2 agamanya juga g*blok, malah bisa tambah parah).

    Traktor says:

    pake bedil barangkali mbak... hehehehehe

    Est says:

    Dulu, jaman pak Harto, bikin surat ijin membangun gereja ada standard waktunya: 11 tahun. Setelah Gus Dur jauh lebih cepat. Untung saja paradigma tentang gedung gereja nggak sama dengan paradigma tentang masjid. Jadi pengrusakan gereja = pengrusakan properti. Bukan penodaan agama, jika dilihat dari sudut pandang Kristen.

    Di Jakarta sekarang gereja2 dibangun dengan bentuk bangunan seperti bukan gereja, dan dinamai dengan nama umum. Di waktu2 bukan minggu, disewakan untuk kepentingan publik. Jadi banyak yg nggak tau kalau ada gereja yang udah kayak stadion disini. hihihi... bisa dipake buat konser pulak.

    Thankyou for writing this. Katolik mah kaya, banyak duitnya. Ntar juga dapet ganti dari Vatikan.

    Traktor says:

    Buddhis juga kaya kaya kaya loh.... hehehehehe.

    Mau kay amau gak, gak boleh sembarang bakar lah.... kalau bisa jangan dibakar selamanya.

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme