ABDULLAH HARAHAP: SAYA BELUM MATI


1297848900430538740

Saya belum Mati

Beberapa waktu yang lalu, saya belanja beberapa buku di Gramedia.  Sejak menetap di Jakarta saya merindukan buku-buku saya di Medan yang tidak bisa saya bawa ke sini.  Saya butuh bacaan yang bersifat fisik.  Entah mengapa, membaca ebook dengan buku fisik itu rasanya beda. Mungkin karena membaca buku lebih asik posisinya, bisa duduk, sambil tiduran, tengkurep atau telentang (mati dong... masa tang ditelen? Heheheh).

Intinya, saya butuh buku fisik yang bisa saya baca dan saya gauli dengan imajinasi dan pikiran saya.

Eh, saya menemukan ini 'Misteri Sebuah Peti Mati 1' dengan cover mengkilat yang horror banget.  Mirip gaya Quentin Tarantino. Dan yang paling membuat saya tertarik adalah pengarangnya Abdullah Harahap.  Mau tak mau hayalan saya melaju cepat.

Dulu saya sempat tidak berani ke toilet kalau baca buku si Abdullah ini.  Serem banget. Benar beberapa bukunya sudah difilmkan dengan hasil yang menurut saya mengecewakan.  Namun, sekali lagi seperti kasus Harry Potter, tak ada film yang sanggup merusak keindahan buku.

Nah, akhirnya saya menemukan 3 judul terbitan Paradoks (Group Gramedia) Misteri Sebuah Peti Mati bag 1, Manusia Serigala dan Misteri Perawan Kubur.  Di kampung saya (Rantauprapat - Sumut) saya punya beberapa buku Abdullah Harahap yang mengerikan.

1297848990576039557

Biografi:

Abdullah Harahap, lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, 17 Juli 1943 dan dikenal sebagai penulis novel khususnya misteri dan atau horor (sebagaimana bisa dibaca dalam sejumlah situs seperti misalnya Kompas dan Tempointeraktif).

Seperti kisah sukses banyak orang Batak di Kota orang Batak Batakvia alias Jakarta sekarang, Abdullah Harahap mengawali karir semenjak masih duduk di bangku SMU di kota Medan (1960) dengan menulis sejumlah cerita pendek serta puisi yang dimuat oleh media cetak setempat. 1963, pindah ke Bandung untuk melanjutkan studi di IKIP (kini UPI) sambil meneruskan aktivitas menulis cerpen yang sempat membanjiri sejumlah media cetak baik yang terbit di Bandung, Yogya, Surabaya, Medan, dan paling terutama Jakarta (yang oleh Abdullah Harahap dianggap sebagai kota yang membesarkan namanya sebagai penulis).

Di tengah perjalanan kuliahnya, AH menekuni profesi sebagai jurnalis di SK Mingguan GAYA dan GALA (cikal bakal SK Harian Galamedia), lalu kemudian menjadi perwakilan tetap untuk wilayah Jawa Barat dari Majalah Selecta Grup (Selecta, Detektif & Romantika, Senang, Stop, Nova). Perjalanan karir sebagai wartawan yang ditekuni AH selama seperempat abad lebih (1965-1995) menambah luas wawasan serta pengetahuan AH sebagai penulis novel. Karena sebagai wartawan, AH bukan hanya sekedar meliput berita sesuai tanggung jawab yang diembannya, akan tetapi juga memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk melakukan riset ke tempat-tempat tertentu yang dia inginkan untuk bahan novelnya.

Riset yang dilakukan oleh Abdulla Harahap ini saya rasa menjadi sebuah keungulan kengerian yang diciptakan di novel-novel horor/misterynya.  Jadi horornya tidak melulu hantu penasaran yang sembarangan membunuh orang orang.  Ada latar belakang budaya, dendam kesumat, bahkan seringnya sex sebagai latar belakang kemunculan iblis iblis yang menebar teror.

Abdullah Harahap mendatangi lalu bertukar pikiran dengan tokoh masyarakat setempat, terutama yang kehidupan sehari-harinya berhubungan dengan alam mistis, baik itu dari aliran putih maupun aliran hitam, tanpa melibatkan diri di dalamnya. Ilmu-ilmu mana kemudian (sesuai kebutuhan), dikembangkan sendiri oleh AH di depan mesin tik atau komputer sesuai dengan imajinasi AH yang ia kehendaki. Tercatat keseluruhan buku sudah diterbitkan dari imajinasinya itu berjumlah sekitar 60 judul (Drama), 75 judul (Misteri) dan 15 judul Pulpen (Kumpulan cerita pendek). Sebagian di antaranya telah diangkat ke layar lebar dan yang terbanyak ke layar kaca (TPI, SCTV, RCTI, dan Indosiar), baik dalam bentuk sinetron seri maupun FTV.

Belakangan, saking asik dengan profesi barunya sebagai penulis skenario untuk layar lebar dan terutama layar kaca selama hampir 15 tahun, boleh dibilang AH hanya sesekali menulis novel antara lain Misteri Boneka Cinta (dimuat bersambung di Sk Galamedia Bandung),  Misteri Janda Hitam (Harian Jawa Pos Surabaya), dan Misteri Sebuah Peti Mati (Harian Surabaya Post), yang kini sudah diterbitkan dalam format buku saku oleh Paradoks).

12978500241254616376

Saya Masih Hidup

Rasa tertarik yang sangat besar dari saya membaca saya untuk mencari cari di Blog tentang Abdullah Harahap. Dan, benar ternyata.... Abdullah Harahap belum mati. Ini yang

ditulisakannya di Blognya:

"

Saya Masih Hidup

By Abdullah Harahap

Tidak usah kaget, tetapi begitulah adanya.

Saya, Abdullah Harahap, lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, 17 Juli 1943 dan dikenal sebagai penulis novel khususnya misteri dan atau horor (sebagaimana bisa dibaca dalam sejumlah situs seperti misalnya Kompas dan Tempointeraktif). Alhamduillah, sampai detik ini saya masih dikarunia hidup dan kehidupan oleh Allah SWT.

Kiranya terjawablah sudah obrolan atau isu yang berkembang semakin santer selama 5 tahun terakhir, baik yang saya dengar langsung maupun yang saya baca di internet, bahwa saya sudah lama berpindah ke dunia lain alias saya tinggal belang  eh, nama saja. Sehingga tidak salah ketika bung Kurniawan dari Majalah Tempo, mengutip judul buku lama saya "Bangkit dari Kubur" yang kemudian dengan piawai ia rekayasa menjadi judul artikelnya yang dimuat oleh Majalah Tempo edisi awal September 2010 : Bangkitnya Abdullah Harahap dari "Kubur". Yang saya yakini, dimaksudkan oleh Kurniawan sebagai pemberitahuan bahwa saya masih hidup, dan setelah lama "terkubur" kini saya sudah "bangkit" untuk kembali eksis di dunia penerbitan atau tulis menulis novel. Tentu saja berkat dukungan sepenuhnya dari Paradoks Publishing (Kelompok Kompas Gramedia). Dengan novel perdana berjudul Misteri Perawan Kubur (September 2010) lalu novel terbaru berjudul Misteri Sebuah Peti Mati (Oktober 2010). Dan direncanakan dalam waktu dekat, akan disusul oleh novel-novel berikutnya seperti Manusia Serigala, Misteri Lemari Antik, Manekin, dll........."

Dasar penulis Horror! Blognya juga dibuat dengan sangat Abdullah Harahap sekali.  Horror tapi lucu,.

Mengapa Saya Suka Horror Abdullah Harahap?

Benar, pandangan cewek di kasir Gramedia agak sedikit geli melihat saya sangat sumringah menyerahkan 3 buka dengan cover sangat horor ke meja kasir.  Kalau oleh berkomentar, cover bukunya agak agak norak gitu, hahahahaha. Makanya saya teringat gaya Quentin Tarantino.  Tahu kan maksudnya? Pulp Fiction.  Fiksi picisan.  Namun disini saya justru merasakan aura penulisnya.  Sederhana, kengerian yang berusaha ditampilkan mencolok sangat telanjang di cover dengan (setelah saya buka bukunya) gaya tulisan yang diharapkan serem, penuh tetesan darah.

Darah hitam ini menetes netes di sejumlah halaman dari judul, sampai kepenulisan bab, dibuat seperti tetesan darah, benar benar Pulp Fiction. Hehehehe  Saya kira kira ngerti apa yang dipikirkan kasis Gramedia itu, "Cakep cakep kok bacaannya kaya gini ya..." hahahahaha, sorry narsis dikit.

Yah, itulah cocok sekali dengan penerbitnya Paradoks. Paradoks orang saat melihat novel ini kebanyakan begitu.  Pokoknya kelas bawah banget. Dan, terima kasih juga pada Paradoks yang sudah menerbitkan novel novel Abdullah Harahap.  Semoga pembaca muda kita sekarang bisa membaca, begini nih, seharusnya novel horror Indonesia ditulis.

Saya tidak suka novel horror. Tapi entah mengapa Abdullah Harahap ini saya tergila gila.  Satu keunggulan Harahap adalah karakter karakter yang diciptakannya khas banget dengan orang-orang Indonesia di pedalaman.

Atau orang orang yang tinggal di kota besar, namun di bawah sadar tetap tertanam kepercayaan pada hal hal mistis.  Persis seperti kasus Crop Circle, ramai ramai menolak hal hal lain selain buatan manusia.  Namun membuktikannya secara ilmiah tetap tidak bisa.  Pilihan yang tersirat adalah mistis.  Lalu muncul otak kepala modern bahwa itu tidak logis dan memalukan!

Begitulah Abdullah Harahap mencemooh pemikiran maju manusia manusia Indonesia sekarang.  Maju dalam hal ini sebagai penganut 'PEMIKIRAN BARAT DENGAN KEYAKINAN TIMUR TENGAH.

Kemudian Abdullah akan bercerita dengan asik sekali.  Mengalir seperti air.  Persetan dengan sejumlah data data atentik yang akan membuat kening berkerut.  Abdullah seperti juga JK. Rowling, adalah type penulis yang bisa mengajak pembacanya menjadi tidak waras dengan imajinasi liar yang menjungkirbalikkan fakta dan data.

1297849714916543590

Misteri Sebuah Peti Mati 1

Kebetulan buku ini sudah selesai saya baca. Jadi, ini yang bisa sedikit saya ceritakan kepada anda.

Bayangkankan bagi anda yang doyan menulis.  Bagaimana sulitnya Abdullah Harahap atau JK. Rowling membuat anda yakin dengan (misal) hal seperti ini;

Seorang wanita mati.  Korban tabrak lari.  Kepalanya hancur, yang nebrak lari (namanya juga tabrak lari) Lalu suaminya menghampiri tubuh istrinya yang sekarat.  Si istri hanya sempat mengatakan, "Mengapa Herman...?"

Lalu tubuh itu bergeletar sedikit membuat darah yang terus menyembur semakin kemana mana nyemburnya. Dan lalu diam.  Mati....

Kemudian sejumlah keanehan.  Muslimah, namun suaminya mesan peti mati untuk mayat istrinya.  Dengan alasan yang tidak jelas. Dan (ntar baca sendiri) bagaimana mayat si istri menolak, saat peti matinya bergeser sendiri.  Bergerak sendiri.  Mundur beberapa inci ke belakang dengan tarikan yang kuat.  Seperti mengambil kuda-kuda atau ancang ancang (whatever lah!...) Lalu terbang ke angkasa, menuju bulan.  Menuju malam.

Mulanya bisa ditebak.  Yang mati kemudian adalah orang-orang yang terlibat dalam tabrak lari.  Tapi akhirnya kasus melebar sampai ke orang orang entah siapa yang mati juga dengan cara yang sama.  Dikerjai peti mati.

Sampai akhirnya cerita menggantung. Menunggu buku 2 yang entah kapan terbit.  Menunggu bagaimana Kerajaan Cirebon di masa lampau dapat terlibat dalam sebuah peti mati yang terbang sendiri.

Dari tertebak, menjadi misteri.  Ini khas Abdullah Harahap.  Seperti juga penulis misteri lain.  Tak akan ada yang mau baca bukunya, kalau kisahnya tertebak.  Kalaupun tertebak, orang orang penasaran pada, bagaimana bisa terjadi? Penjelasan Abdullah Harahap bagaimana? Ini sastra.

Kepincangan Sastra

Melihat ke pendidikan sastra Indonesia.  Ada semacam anak tiri.  Penulis horor dianggap penulis murahan.  Walau faktanya memang sebagian besar demikian.  Kalau saya memandang secara jujur dan polos pada analogika saya.  Kisah Siti Nurbaya tak jauh beda dengan Romeo and Juliet.

Kemudian dalam hal membahas puisi.  Kapan di Indonesia, lirik lirik lagu Iwan Fals, Katon Bagaskara atau Ebiet G.Ade bisa disejajarkan dengan puisi puisi sastrawan lain misal Rendra. Kalau saya melihat ke luar, Bob Dylan bisa disejajarkan dengan Dylan T. Yang saya sendiri tak tahu bagaimana puisinya.  Menjemukan kata beberapa orang, maka Bob Dylan yang lebih populer, dibantu musiknya yang mendunia.

Horor selalu kesannya kelas bawah.  Tidak intelek dan murahan.  Tapi ntar dulu brotha'... kita bicara sastra, bukan penelitian ilmiah atau skripsi. Yang harus dipertanggung jawabkan di depan meja (yang sekarang sudah tidak lagi di cat warna) hijau.

Kalau boleh memberikan rating, sebagian besar novel Abdullah Harahap saya rating: SANGAT MENYIKSA.


Artikel Yang Berhubungan Badan:


4 Response to "ABDULLAH HARAHAP: SAYA BELUM MATI"

  1. duh,duh,duh ... Rating saya dibilang menyiksa. Menyiksa apanya sih?!?!?!? saya malah jadi ikut2an tersiksa heheheheh :D

    Dan itu tuh...si Abang Becak dari Padang Bulan. Ko tega2 banget seh ngerjain dia...jadi kasian sama abang becak lainnya yang jungkir balik menggoyang becaknya di Kampung Sidorame :D

    Traktor says:

    Hahahaha.... TERIMA KASIH BANYAK AMANG....

    Saya tak sangka abang mau komen disini..., ratingnya sangat menyiksa, karena waktu dulu membaca buku abang memang sangat menyiksa. Tak bisa tidur, tak berani kencing... Peti Mati jilid 2 kapan nongol ya?

    Traktor says:

    Soal abang becak, hanya fiksi bang.... hihihihi

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme