2. KESEMPURNAAN MORAL


  Nibbana merupakan suatu tingkatan kesempurnaan moral. Bagi seseorang yang telah mencapai Nibbana, semua akar-akar motivasi yang tidak baik seperti keserakahan, kebencian, dan kebodohan-batin telah dihilangkan sepenuhnya dan tidak ada lagi kemungkinan bagi akar-akar tersebut untuk muncul dan aktif kembali. Karena itulah, Nibbana diartikan sebagai hilangnya keserakahan, kebencian, dan kebodohan-batin (ragakkhaya, dosakkhaya, mohakkhaya). Semua moral yang memicu munculnya perbuatan yang tidak baik telah dihancurkan, oleh karena itu istilah asavakkhaya (pencapaian pelepasan dari seluruh mental-mental negatif) digunakan untuk menjelaskan Nibbana. Kemelekatan telah dilenyapkan hingga ke akar-akarnya secara sempurna, karena itulah tanhakkhaya adalah sinonim kata lain Nibbana. Semua tipe kesombongan, merasa diri hebat dan merasa rendah diri serta merasa sama dengan yang lain (seyyamana, hinamana, and sadisamana) telah dieliminasi. Hal ini penting untuk menjadi sedemikian rupa supaya sebagai seorang arahat tidak akan memiliki pikiran-pikiran yang egoistik seperi adanya ’aku’ dan ’milik aku’. Seperti sebanyak seorang arahat telah melampaui egoisme, dia juga telah melampaui seksualitas. Suatu ketika, Soma, seorang arahat wanita, dia ditegur oleh Mara (perwujudan pikiran jahat,-ed.) yang berhati jahat, dengan mengatakan bahwa wanita memiliki kecerdasan yang lebih rendah sehingga tidak akan dapat mencapai tingkatan tertentu yang dicapai dengan usaha yang luar biasa oleh para pertapa dan orang-orang yang bijaksana, Soma kemudian menjawab bahwa kewanitaan bukan merupakan halangan untuk mencapai realisasi dari kebenaran sejati bagi seseorang yang diberkahi dengan kecerdasan dan konsentrasi.31 Kemudian, Soma menambahkan bahwa Mara seharusnya mengatakan katakata tersebut kepada seseorang yang berpikir bahwa ”saya adalah seorang lelaki” atau “saya adalah seorang wanita” dan tidak pada orang sepertinya. Jawaban ini seakan-akan mengimplikasikan bahwa seseorang bahkan akan hilang identitas seksualnya ketika mencapai tingkat kesucian arahat. 

Terdapat bukti kejadian bahwa seorang arahat mengalami suatu transformasi pada tubuh dimana ia telah melewati batas dikotomi dari maskulinitas dan kefemininan. Semua fungsi fisiologis seksual secara normal
seakan-akan berhenti bekerja pada seorang arahat seperti dikatakan bahwa ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) tidak mungkin terjadi pada seorang arahat bahkan pada saat tidur. Kita juga dapat memerhatikan tradisi yang terus dipertahankan bahwa para arahat tidak pernah bermimpi pada saat tidur,hal ini mungkin dikarenakan mereka yang telah mencapai kesempurnaan mental sehingga tidak lagi diperlukan untuk melepaskan ketegangan melalui mimpi-mimpi. Sifat-sifat luhur (brahmavihara) yaitu cinta kasih, welas-asih, kebahagiaan simpati, dan keseimbangan batin (metta, karuna, mudita, upekkha) dikembangkan sepenuhnya tanpa ada batasan. Seorang arahat adalah mahkluk sempurna yang tidak mungkin untuk berkehendak melakukan perbuatan yang tidak bermoral. Dia tidak mampu untuk berkehendak memusnahkan hidup dari suatu makhluk hidup. Seorang arahat juga tidak mungkin untuk mencuri sesuatu, terlarut dalam hasrat seksual, mengucapkan kebohongan yang disengaja, atau menikmati barang-barang yang dikumpulkan seperti pada kehidupan berumah tangga.34 Seseorang mungkin bertanya mengapa kehidupan berumah tangga tidak mungkin dilakukan seorang arahat. Alasannya mungkin dikarenakan rumah tangga dianggap sebagai benteng yang terdiri dari keserakahan dimana kita menyimpan semua milik kita; dengan kata lain, tempat penyimpanan ego kita di luar pikiran. Seorang arahat, yang memiliki kemampuan penuh untuk melampaui ego, tidak dapat ikut ambil bagian pada institusi manapun.

Sumber:
Nibbana, Sebagai Suatu Pengalaman Hidup
Oleh: Lily de Silva
The Wheel Publication No. 407/408 (Kandy: Buddhist Publication Society, 1986)
Copyright © 1996 Lily de Silva
Access to Insight edition © 2005

http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/desilva/wheel407.html

Judul Asli : Nibbana, as Living Experience
Penulis : Lily de Silva
Penerjemah : Harianto Lim
Editor : Willy Yandi Wijaya
Cetakan Pertama : Juli 2008

Diterbitkan Oleh:
KAMADHIS UGM
(Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada)
Jl.Gelanggang Mahasiswa UGM Lantai 2
Bulaksumur , Yogyakarta 55281
HP : 081804359456
Email : kamadhis_ugm@yahoo.com
BUKU INI GRATIS TIDAK DIPERJUALBELIKAN

Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "2. KESEMPURNAAN MORAL"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme