ALIRAN MEITREYA MEMANG AHMADIYAH DALAM BUDDHISME

Mengapa saya memakai judul yang keras ini?

Sekeras apapun judul saya, itulah kenyataan atau realita yang bisa saya tangkap dari kondisi aliran Meitreya di jagad Indonesia saat ini. Ini berawal dari kebanyakan pemeluk Buddha di Indonesia adalah kalangan dari etnis Cina.

Etnis Cina cenderung tidak peduli pada politik. Ketemu dengan agama yang memang tidak doyan campur aduk dengan politik. Anti kekerasan. Lebih baik mati daripada melawan. Makanya peristiwa Mei 98 bisa terjadi pada etnis Cina di Indonesia. Karena orang orang Cina memang buta politik (kebanyakan).

Saya bukan mengharapkan hal ini terjadi lagi. Amit amit jabang baby. Jangan ada setetes darahpun yang mengalir dengan sia sia, kalau bisa.

Saya hanya menelaah.

Bahwa saya memandang masalah aliran Meitreya di dalam Buddhisme Indonesia ini bak api dalam sekam. Masalahnya bukan pada Buddhisme, tapi pada reaksi pemeluk agama agama lain. Jangan sampai ritual ritual aliran Meitreya dipandang sebagai bagian dari Buddhisme. Sehingga jika ada permasalahan atau konflik lintas agama yang kemungkinan bisa muncul dari proses atau usaha sinkritisme agama, tidak dilemparkan ke Buddhisme.

Buddhisme adalah agama yang sangat mandiri. Mirip dengan agama agama besar lain, tapi juga luar biasa sangat berbeda.

Nah. Pada tulisan pertama saya tentang masalah Ahmadiyah dalam Buddhisme ini, saya memaparkan apa itu aliran Meitreya dan bagaimana sejarahnya di dunia ini. Bisa anda baca disini:

AHMADIYAH DALAM BUDDHISME

Selanjutnya saya mendapat komentar dari seorang yang mengaku sebagai penganut Buddha Mahayana. Ini saya ragukan... mari kita simak komentarnya:

Anonim mengatakan...

sebagai umat buddha mahayana saya bersahabat baik dgn pemeluk agama buddha maitreya, bahkan keluargaku sebagian besar pemeluk buddha maitreya,mereka memiliki jiwa sebagai umat buddha pada umumnya,hatinya terluka jika sang buddha dijadikan bulan-bulanan agama kristen,penghinaan ini juga melikai vihara maitreya,bagaimana mereka bukan umat buddha?anda jgn egois penafsiran anda terlalu dangkal utk menafsirkan dlmnya tripitaka berjalanlah ke jalan yg benar,dgn pikiran benar,suatu saat anda akan memiliki faham bahwa yg anda lakukan sekarang sama sekali tidak berguna dan tak mendatangkan kebajikan apapun ingat pupuklah kebajikan sebanyak mungkin krn usia anda tdk dpt menunggu anda untuk mengimpasi karma buruk anda,saya sangat tidak setuju dgn pandangan anda yg saya anggap malahan merusak keheningan agama buddha itu sendiri jangan-jangan andalah ahmadiyah didalam agama buddha itu sendiri sadar dan bertobatlahZ krn pertobatan akan mendatangkan karma baik semoga semua makhluk berbahagia,sadhu sadhu swaha swaha
4 April 2011 03:32


Mengapa saya ragukan. lihat penulisan Svaha.... ditulis Swaha.
Selanjutnya, uraian yang diberikan persis sama dengan kebiasaan berpikir umat non Buddhis. Tidak berpikiran benar. Tetapi kuliah agama. Penilaian moral seseorang. Yang Buddhis manapun tahu, Moral itu urusan masing masing.

Jadi saya membalasnya begini:

Traktor mengatakan...

Anonim: terima kasih sudah mampir, dari aroma komen anda yang menuding, anda sudah membuktikan semuanya....

semoga semua mahluk berbahagia. Artikel ini hanya memberikan gambaran kepada umat Islam, bahwa di Buddha kasus seperti Ahmadiyah bisa diselesaikan dengan damai. Namun anda menangkapnya salah.

Ibarat sendok.... anda tidak pernah mengecap apa itu arti sayuran yang sebenarnya.

Thanks.
4 April 2011 09:08


Kemudian pak EA nimbrung sebagai Muslim yang banyak baca soal agama agama. Ini komentarnya:

Erianto Anas mengatakan...

Saya kira ini terjadi pada semua agama. Yaitu mengendapnya banyak mitos yang kemudian benar-benar diyakini dari pembawa agamanya semula.

@ Anonim:

Saya kira anda harus jelaskan dengan argumen yang meyakinkan sebelum menasehati penulis ini. Karena menurut saya tulisan ini mengajak kita untuk tidak mau menerima semua tradisi Buddha maitreya begitu saja. Bukan dalam arti menolak atau melecehkannya. Tapi kalau pembacaan saya, ini tulisan sebuah tinjauan kritis atas tradisi beragama dalam Buddha Maitreya. Saya kira anda harus jelaskan dengan argumen.
4 April 2011 10:17


Lalu, sebagai tuan Rumah, saya membahasnya lebih jauh lagi.

Traktor mengatakan...

EA: sebenarnya saya tidak banyak berkomentar di masalah sensitif ini:

1. Pendapat tentang Meitreya menurut Buddha Dharma, saya cuplik dari uraian Bhiksu Utammo.
2. Untuk sejarah aliran I khuan Tao atau yang di Indonesia menjelma menjadi Buddha Meitreya, saya ambil dari Wikipedia.

Saya tidak mengatakan bahwa, dengan menyanggah tulisan ini berarti menyanggah Bhikku Utamo. Sementara sejarah aliran Meitreya menurut Wikipedia, saya rasa cukup akurat, karena saya cek ke versi Inggrisnya, penterjemahannya berjalan mulus.

Jadi, saya kira, Anonim ini justru salah tangkap. Dia mengira saya sedang menjelek jelekkan Meitreya. Dengan mengatakan bahwa keluarganya yang Buddha Mahayana menerima dengan baik kalangan Meitreya.

Saya juga bersahabat baik dengan orang orang dari aliran Meitreya. Kakak Ipar saya malah pemeluk aliran ini.

Bahkan ormas oramas Islam juga ngamuk, saat ada 'penistaan' pada agama Buddha lewat Buddha bar.

Saya lihat ini tidak menunjukkan mereka menjadi bagian dari Buddha. tapi lebih kepada nilai nilai kemanusiaan yang dibela. Umat Buddha. Bukan agama Buddhanya.

Buddha tetap Buddha, aliran Meitreya tetap Meitreya. Begitu juga dengan orang orang Islam atau Kristen yang simpati pada penistaan agama Buddha. Katakanlah bom bororbudur atau Buddha Bar. Mereka tidak praktis menjadi bagian dari agama Buddha.

Jadi, saya kira Anonim ini memang nalarnya kurang, ibaratnya yah seperti sendok itu. Buddha Mahayana jelas bukan Meitreya. Meitreya juga bukan Buddha Mahayana.

Apakah mereka dari aliran ini layak diterima. Atas dasar kemanusiaan jelas layak. Namun dalam hal beragama saya katakan tidak.

Sama dengan Ahmadiyah di Islam. Kebanyakan Umat menolak mereka menjadi bagian Islam. Namun secara kemanusiaan, mereka tetap harus diselamatkan dari tindak anarkis. Umat Islam banyak yang bersikap seperti ini.

Nah, tulisan ini justru saya tulis saat marak pembantaian thd Ahmadiyah. Sebagai bahan studi banding bagi umat Islam. Bahwa di setiap agama ada kasus kaya gini. Di agama Buddha juga.

Saya justru curiga, kalangan Meitreya takut pada kenyataan mereka melakukan proses sinkritisme agama agama, bakal diketahui umat lain.

Bayangkan bila FPI tau ada orang Meitreya yang ngaku bahwa Nabi Muhammad hadir arwahnya di perayaan interen Meitreya. bisa celaka kan.

Tulisan ini penting. Semoga menyebar luas, sehingga umat agama lain bisa membedakan, bahwa agama Buddha yang permisif tidak bertanggung jawab bila dikemudian hari terjadi hal hal yang tidak diinginkan sehubungan umat agama agama Abrahamic yang kerap anarkis.

Jangan gara gara satu aliran yang dibela bela Walubi, seluruh umat Buddha yang sesungguhnya menjadi korban.

Kalau bro EA penasaran, bisa cek ke Vihara meitreya di kota anda.
4 April 2011 11:18

 

==================



Jadi saya kira pernyataan atau pendapat pribadi saya atas dasar kajian internasional terhadap aliran I Khuan Tao yang di Indonesia menjadi Buddha Meitreya ini sah sah saja. Apakah lantas saya melupakan kebajikan saya?

 Saya justru sedang mengikuti apa yang diajarkan Buddha. Untuk tidak menerima begitu saja segala fenomena yang dirasakan badan. Terkait masalah Meitreya ini, saya mencari pendapat dari Anggota Sangha, tempat umat Buddha bernaung. Salah satu dari Tri Ratna/Triratana.

Lantas apakah dengan mengkaji soal Meitreya ini adalah bentuk dari kebencian saya pada aliran ini? Bila anda merasa begitu, saya berkesimpulan, bahwa memang benar, anda penuh dengan kebencian. Karna yang muncul dari anda adalah kebencian.

Itulah yang disebut dengan kegelapan bathin. Tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Apakah saya akan memusuhi yang salah menurut saya?

 Sekali lagi tidak akan. Saya akan mencintai bahkan kepada orang orang yang berbeda keyakinan dengan saya. Itu arti Meitri yang sebenarnya, tapi bukan di I Khuan Tao yang anda curahkan lewat komen anda. Namun, A tetap A, dan B tetap B. Buddha dan non Buddha. Tidak ada pengaruhnya di perlakukan.


khui tao = pertobatan di Meitreya
Anda tidak dipandang menurut kepercayaan anda. Anda dipandang menurut ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan anda. Secara pribadi saya merasa kepercayaan saya berbeda dengan kepercayaan di aliran Meitreya. Ini tidak ada hubungannya dengan benci.


 Lalu bila saya melihat Meitreya ini mirip dengan Ahmadiyah dalam Islam. Kalau memang kita ingin berdiskusi, berikan argumen yang menyanggahnya. Misalnya perbedaan sifat hubungan Buddha dengan Meitreya dan Islam dengan Ahmadiyah.

Dan Anonim sudah bertindak dan berkomentar rasis.... menuding saya Ahmadiyah dalam Buddhis. Lalu kalau seandainya saya memang Ahmadiyah dalam Buddhis memangnya kenapa? Apakah saya tidak bakal bisa mencapai Nibbana?

Apakah menurut Anonim bila sudah Ahmadiyah itu orang yang penuh kebencian?

Makanya saya ragukan dia sebagai Buddhis, karena cara berpikirnya tidak Buddhis. Tapi justru dogmatis. Persis yang dilakukan umat umat Meitreya. Dan dogmatis itu juga tidak apa apa. It's okey. Kalau kebajikan bisa dicapai dengan dogma, mengapa menolaknya?

jangan-jangan andalah ahmadiyah didalam agama buddha itu sendiri sadar dan bertobatlahZ krn pertobatan akan mendatangkan karma baik semoga semua makhluk berbahagia,sadhu sadhu swaha swaha
 

 Komentar ini cacat Buddhis.  Sadhu tak pernah diucapkan 2 kali.  Tapi 3 kali.  Sang Tri Ratna itu 3, bukan 2. Buddha Dharma Sangha,  Kecuali di aliran Meitreya, hanya (mungkin) ada Ibu guru dan Bapak Guru yang Agung. Ini persis kalimat kalimat yang sering dilontarkan umat Meitreya. Tidak melihat ke esensi yang sebenarnya. Apakah di Buddhis ada pertobatan?

Hahahaha.... ini lah ciri ciri umat yang mengaku Buddhis, tapi mengadopsi Kristen dalam usaha mensinkritisme semua agama. Di Buddhis tidak ada kata tobat. Yang ada adalah memupuk karma baik untuk mengimbangi karma buruk yang sudah dilakukan.

 Karma buruk tidak bisa ditebus dengan tobat. Sihdarta Gautama pernah kepalanya sakit seperti mau pecah, karena di kehidupan yang lampau dia pernah memukul kepala seokor ikan. Itu karma buruk yang tetap berdampak, walaupun dia sudah mencapai pencerahan. Karma buruk masih harus dihabiskan.

Dan.... itu sama sekali tidak membuat aliran Meitreya menjadi aliran Buddha. Beda. Dan beda itu tak apa apa, tolol! Zen suka menggunakan kata tolol untuk muridnya yang memang tolol. Kadang memang perlu shock theraphy untuk mengajarkan kebenaran.
 

Setahu saya, umat Buddha sangat jarang menyuruh orang melakukan kebajikan kebajikan. Tapi lebih kepada menggugah orang untuk terdorong melakukan kebajikan. Karena kebajikan yang dilakukan karena perintah atau suruhan orang lain, itu bukan kebajikan... tetapi hanya sekedar kerajinan.

 Jadi sekian saja... saya akan banyak membahas tentang Ahmadiyah dalam Buddhisme ini, terkait dengan aliran Meitreya. Bukan karena saya benci pada mereka. Tetapi lebih kepada sosialisasi, kita perlu melakukan dialog antar agama dengan agama lain. Ini karakter Buddhisme. Jarang melakukan hal hal seperti ini. Terutama di Indonesia. Karena umat Buddhanya kebanyakan buta politik. Selalu menjadi korban, bila ada kerusuhan sosial.

bahkan keluargaku sebagian besar pemeluk buddha maitreya,mereka memiliki jiwa sebagai umat buddha pada umumnya,hatinya terluka jika sang buddha dijadikan bulan-bulanan agama kristen,penghinaan ini juga melikai vihara maitreya,bagaimana mereka bukan umat buddha?

Walah.... ini benar benar sudah kemelekatan. Sejuta kali Patung Buddha dihajar Taliban. Seribu kali Borobudur di BOM. Miliaran kali Buddha dijadikan bulan-bulanan umat Kristen, apakah anda merasa terlukai?

Umat Buddha tidak! Yang bisa melukai umat Buddha adalah diri mereka sendiri ! Pernahkah anda belajar hukum karma?.... Tidak ada yang melukai anda, kecuali anda sendiri. Buddhisme terlalu besar untuk dinistakan hanya oleh Buddha Bar. Makanya sampai sekarang tidak perlu adanya FRONT PEMBELA BUDDHA. Karena itu sama sekali tidak mempengaruhi anda dan saya dalam melaksanakan sila. Bila ada Kristen yang mengolok olok Buddha, bukan Buddha nya yang terlukai, tapi Kristen nya yang akan gosong oleh amarahnya, !

Itulah beda persepsi mendasar antara aliran Meitreya dengan ajaran Buddha. Buddha tak pernah menyalahkan ke luar, tapi lebih memilih untuk meneliti di dalam. Meditasi itu dilakukan untuk itu. Jadi jelas, anda bukan umat Buddha Mahayana. Anda pemeluk Meitreya yang kepanasan dengan tulisan saya tentang Meitreya, !


Semoga tidak terjadi lagi.

Salam - Traktor Lubis
Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "ALIRAN MEITREYA MEMANG AHMADIYAH DALAM BUDDHISME"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme