Sarang Burung Hantu Ibu




Seorang janda beranak 2. Anaknya pun sudah remaja dan besar besar. Yang laki-laki sudah kuliah di Akper, yang perempuan sudah kerja di Pabrik Getah Karet. Eh, salah.... terbalik, yang perempuan sedang kuliah di Akper yang laki-laki sudah kerja di Pabrik Getah Karet.

Si Janda yang masih belia itu, maklum... orang di kampung jaman dulu kan umur 16 tahun sudah punya anak 1. Lumayan kaya berkat warisan suaminya yang sudah mati kena kolera. Suaminya punya peternakan lembu, sawah berhektar hektar dan rumah yang di kampung disebut rumah gedong.

Berkat kekayaan dan kesintalan serta kebahenolan si Janda, dia berhasil menggaet seorang laki-laki ganteng, brewokan, gempal bernama Rahman.

Bak BUK Bak Buk..... Auuuuu AWWWWWWW Aduhhhhhhhhh ADUHHHHHHH AMPUNNNNNNNNNNNN TOLONGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG..............

Itu bukan adegan ranjang.

Itu si Marni janda sedang dipukuli suami jantannya.

"huhuhuhuhuuuuuuu...... itu ambil di bawah kasur.... pergi kau dari sini binatang!" teriak Marni kesal karena dipukuli Rahman yang mau main Ceki tak ada uang.

"hehehehe.... Jalan juga otakmu ya Nenek Tuwek! PLAK!" Rahman menempeleng muka Marni dengan segepok lembaran seratus ribu dari bawah kasur.

Sebagai penghinaan lain, sengaja Rahman menyorongkan selangkangannya ke muka Marni.

"Ini kau cium terakhir kali sebelum aku minggat......"

"BINATANG!!!!!!!!" teriak Marni tak berdaya.... agaknya tulang tangannya ada yang patah.

Rahman kabur, Marni akhirnya ditolong oleh Parni anak gadisnya yang baru pulang dari kuliah di Akper. Memang ini hari Sabtu, biasanya Parni memang pulang ke rumah ibunya.

Di rumah sakit. Memang Marni mengalami luka ringan dan berat akibat penganiayaan Rahman.

"Lapor ke polisi bu...."

"Tak usah!"

"Kenapa ibu?"

"Jangan tanya....!"

Barep datang. Anak sulung Marni.

"Bedebah! kuhancurkan kepalanya kalau ketemu...!" teriaknya lantang saat melihat kondisi ibunya yang tangan dan kakinya sekarng di gif....

"Jangan kurang ajar! dia bapak tirimu...!"

"Ah,.... tak peduli ibu! Dia bukan bapakku... dia cuman mau harta ibu..."

"Serta kemontokan badan ibu" kata Parni anaknya yang bungsu dalam hati.

"Tapi ibu jangan kembali dengan laki-laki itu lagi ya....."

Marni diam...

"Janji yah ibu.... ibu lekas sembuh. Nanti parni bantu kalau ibu mau ngurus gugat cerai..."

Marni meneteskan air mata.

"Iya nak.... sepertinya laki-laki itu memang pembawa celaka di rumah tangga kita..."

Marni lalu menangis terseduh seduh di pelukan Parni. Barep meninju-niju kosen jendela rumah sakit....

"Eh, Barep... jangan ditinju-tinju... kalau rusak disuruh ganti loh...!" kata Marni diselingi seduh sedannya.

======================================

Marni sembuh setelah 2 bulan di RS Kasih Bunda. Di bawa pulang Barep naik mobilnya. Anak istri barep juga ikutan. Silatuhrami sebentar. Membantu membereskan rumah, nyapu nyapu dikit.... tamu tamu juga berdatangan. Yah namanya di kampung. Semuanya pada ingin tau duduk perkaranya apa.

Dan Marni diam seribu bahasa kalau sudah ditanya soal Rahman yang sekarang entah kabur ke mana. Hanya sesekali dia terlihat menyeka air matanya. Itupun dilakukannya dengan cepat, agar tak ada yang tahu dan melihat.

======================================

Hari berganti hari, minggi berganti minggu. Rahman sudah kembali ke pelukan Marni. Marni juga sudah menerima kepulangan Rahman......

Suatu siang cerah, saat Rahman tidak di rumah, main ceki seperti biasanyanya. Barep datang bawa golok! Karena Rahman tidak di rumah, golok diletakkan di mobil.

"Kenapa ibu menerima laki-laki itu kembali...?"

"Jangan kurang ajar Barep! laki-laki itu bapak tirimu...!"

"Aku tak punya bapak seperti dia!!!!!" teriak Barep kesel.

Marni menangis dibentak anaknya. Barep terkesima.

"Maaf ibu, bukan maksud Barep mau jadi anak durhaka....!"

"Gak apa-apa Rep, ibu ngerti perasaanmu...."

"Tapi kenapa ibu? Kenapa laki-laki yang sudah berulang kali menyakiti ibu itu ibu biarkan kembali ke rumah ini? Mengapa ibu tidak minta cerai saja.... "

"Ah... anakku lanang.... Kau tak tahu perasaan wanita..."

"Apa yang aku tak tahu ibu?"

"Pikiran ibu memang berkata seharusnya ibu menuntut cerai.... Tapi ibu tak berdaya nak...."

"Apakah ibu diancam?"

"Ibu khwawatir....."

"Khawatir apa ibu?"

"Sebenarnya ibu mau bercerai dengan Rahman..."

"Lalu...?" Barep mengerutkan keningnya.... aneh sekali ibunya sekarang.....

"Tapi kalau ibu tak punya Rahman.... SARANG BURUNG HANTU IBU SIAPA YANG GARUKIN TIAP MALAM?????"

"Sarang burung hantu?"
 
"IYA....! DAN JANGAN TANYA TANYA LAGI! JANGAN BUAT IBU MENGULANGI PERNYATAAN IBU SEKALI LAGI. IBU MALU TAU!"


Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Sarang Burung Hantu Ibu"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme