Burung Balam Dan Omitofo





Di setiap sekolah yayasan keagamaan, hal hal berbau agama selalu diterapkan. Tujuannya untuk menanamkan akhlak baik pada murid murid. Nah, demikian juga di sekolah Buddhis.

Bila di sekolah Kristen biasanya acara belajar mengajar diawali dengan doa. Maka demikian juga di sekolah Buddhis. Bila di sekolah Islam selalu diajarkan menyapa dengan 'asallamualaikum...' maka di sekolah Buddhis sudah umum diajarkan mengucapkan salam 'omitofo' atau 'amitabha' setiap bertemu guru atau siapapun.

Begitulah diajarkan kepada para belia ini sebagai modal mereka dalam menapaki hidup keras dunia nyata kelak.

Jadi ceritanya saya mengajar di sebuah sekolah Buddhis. Mata pelajaran yang pernah saya ajarkan antara lain Ekonomi. Kali ini saya sedang membahas mengenai Manusia Sebagai Mahluk Sosial.

Bahwa pada dasarnya tak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Sebagai seorang guru yang diharapkan mengajarkan hal hal yang baik menurut orang banyak, saya menekankan bahwa dalam hal ini murid murid saya yang kebanyakan dari etnis Cina juga dapat memahami 'mahluk sosial' ini sebagai sesuatu yang nyata. Bukan bullshit.

Saya berusaha untuk merangsang mereka, bahwa ekonomi bukan sekedar hapalan. Ini ilmu yang sangat bermanfaat di kehidupan nyata. Bahwa ekonomi adalah sumber utama yang memungkinkan mereka bisa sekolah di sekolah Buddhis yang terang saja termasuk yang paling mahal biaya sekolahnya di tempat saya saat itu.

Jadi, walaupun anda Cina atau Buddhis, melalui prinsip prinsip ekonomi anda tidak ada ruginya bekerja sama dengan suku dan agama lain. Asal saling menguntungkan, simbiosis mutualisme mengapa tidak?

Apakah anda mau dagangan anda hanya dibeli oleh orang orang yang satu duku dan satu agama dengan anda? Kalau pakai prinsip begitu, yah tumpur*) lah....

(tumpur = rugi)

Itu juga mengapa saya menyarankan murid murid saya jangan memelihara burung Balam...

"Yah anak anak... kalau kamu melihat orang tua kamu memelihara burung balam, jangan segan segan untuk melarangnya...." kata saya senyum senyum misterius...

"Mengapa pak?"

"Kenapa pak?"

"Bapak aneh deh.... kok jadi cerita burung.. ini kan pelajaran ekonomi...!" si bawel nyerocos pedes.

"Karena....." saya tarik nafas... sengaja agar murid murid saya menarik nafas juga. Mereka sudah terpancing karena penasaran.

"Karena..... sebaiknya diganti saja dengan burung burung lain. Merpati misalnya... atau burung perkutut!"

"Iya.... tapi kenapa pak?" Duh... senangnya saya punya murid yang antusias begini.

Padahal ini sudah jam 11 lewat, jam jam yang biasanya ngantuk.

"Karena suara burung Balam itu tidak bagus untuk bisnis....." Saya kembali tersenyum.

"Wakakakaka.... bapak ini mulai ngacok deh!"

"Iya.... siapa yang yang punya burung Balam di rumahnya?" Saya tanya murid murid saya yang mulai cekikikan.

"Saya pak.... Bapak saya piara 3 ekor burung Balam... Tapi toko kami tetap ramai" kata si Felix yang badannya subur.

"Nah.... coba Felix gimana suara si burung Balam kalau pagi pagi bersuara?...."

Engggggggggg...... si Felix diam.... Dia menggaruk garuk kepala. Entah tak ingat atau malu.

"Suaranya begini.... tummmmmppurrrrr..... tummmmmmpurrrrrrr" kata saya menirukan suara burung Balam.

"Wakakakakakakakakaka" seisi kelas tertawa....

"Coba kalian pikirkan. Bila tiap hari si burung Balam nyumpahin orang tua kalian supaya tumpur! Serem kan, kalo sumpahnya dikabulkan...!" kata saya tak mau kalah....

Jadi begitilah salah satu trik untuk membuat anak-anak tetap melek, walau saya tahu mereka muak dengan pelajaran Ekonomi yang amit-amit, saya saja sebel.

Tak lama bell pun berbunyi dan setelah melakukan hormat dan mengucapkan salam kepada saya...

"Omitofo... lau she...." artinya 'Amitabha pak guru' murid murid ku yang baik-baik itu pulang dengan riang gembira. Mungkin sudah tak sabar mau main game, mungkin tak sabar mau makan enak, mungkin tak sabar mau tidur, mungkin tak sabar mau mandi.

==================================

Ulangan!

Ulangan Bulanan Ekonomi. Dengan topik yang saya angkat jadi bahan ulangan adalah, manusia sebagai mahluk sosial. Ada 5 butir pertanyaan. Semuanya berupa jelaskan atau sebutkan contoh.

Salah satu pertanyaannya adalah: "Sebutkan satu contoh yang bisa kamu lakukan sebagai murid di SMP Perguruan Buddhis Blablabla dalam konteks sebagai mahluk sosial!"

Biasanya saya tidak begitu ketat dalam hal mengawasi ulangan atau ujian. Soalnya pertanyaan pertanyaan yang saya berikan memang kebanyakan berupa nalar atau olah pikir. Jadi kalau tidak terpaksa, saya enggan memberikan soal yang berupa hapalan.

Nah.... sebenarnya eksen saja... saya muter muter kelas untuk mengawasi mereka agar tidak kerja sama.

Sampai Ulangan selesai pada waktunya. Dan di rumah saya mengoreksi ulangan tersebut.

Saya senyum senyum sendiri pada jawaban salah satu murid ini. Sehubungan dengan soal saya mengenai contoh perbuatan murid saya manusia sebagai mahluk sosial itu...

Jawabannya adalah:

"Mengucapkan 'omitofo' setiap ketemu pak Traktor...."

Wakakakakaka..... Tanpa ragu saya benarkan.


Artikel Yang Berhubungan Badan:


2 Response to "Burung Balam Dan Omitofo"

  1. BigBroZ says:

    wakakak..sungguh menarik om..

    http://kolom-inspirasi.blogspot.com/2011/06/cool-seorang-bayi-menjadi-dj-jalanan.html

    Traktor says:

    Makasih banyak, segera ke TKP

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme