Beyond Belief Bab 5 Kritik Terhadap Isi Alkitab [Khusus Untuk Buddhis, Non Buddhis Dilarang Baca]





Ajaran agama Kristen adalah agama yang berdasarkan buku (kitab). Tidak ada satu bukti pun bagi klaim-klaim dan ajaran agama Kristen selain bukti yang tertulis di Alkitab. Dan kenyataan di atas telah membuat Alkitab sebagai satusatunya pegangan bagi agama Kristen. Di masa lalu, juga di masa sekarang, orang-orang Kristen telah mengutip banyak isi Alkitab dan saling berdebat tentang arti dari potongan-potongan kalimat dan kata, dan pada saat yang sama mencoba meyakinkan orang non-Kristen akan kebenaran buku yang sesama orang Kristen sendiri tidak bisa saling setuju. Tetapi satu hal yang semua orang Kristen saling setuju, yaitu: Alkitab adalah Firman Tuhan - bukan saja Alkitab berisi Firman Tuhan, tetapi Alkitab adalah Firman Tuhan sendiri yang tidak mungkin salah, pembuktian lengkap dari Tuhan kepada manusia. Kita akan membuktikan kebenaran (kesalahan) klaim ini dan membuktikan bahwa seperti klaim-klaim yang lain, klaim yang satu ini juga memiliki isi pokok yang sedikit sekali.


Apakah Alkitab adalah Firman Tuhan?

Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan, tentunya ini hanya akan membuktikan bahwa Tuhan adalah mahluk yang sangat aneh. Seorang akan mengharapkan bahwa Sang Pencipta alam semesta ini hanya akan berbicara kepada manusia kalau hal yang diucapkan itu penting dan sangat berpengaruh kepada seluruh isi ciptaan-Nya. Ternyata tidak demikian halnya. Kitab-kitab Tawarikh misalnya, terdiri dari nama-nama orang yang kita tahu sedikit atau tidak tahu sama sekali tentang mereka, dan orang-orang tersebut sudah meninggal ribuan tahun yang lalu.

Tidak ada perintah dari Tuhan, tidak ada prinsip-prinsip etika, tidak ada petunjuk tentang bagaimana hidup secara benar atau petunjuk menyembah Tuhan - yang ada hanyalah halaman demi halaman dari nama-nama yang tidak berguna. Mengapa Tuhan mau membuang waktu-Nya sendiri dan waktu kita untuk hal seperti ini? Dan bagaimana pula dengan Kidung Agung? Kitab ini berisi tentang koleksi-koleksi puisi erotis cinta. Sekali lagi, dengan dunia yang penuh dengan kekacauan, orang sudah selayaknya menganggap bahwa Tuhan bisa mengajarkan sesuatu yang lebih penting untuk diajarkan kepada manusia daripada hal-hal di atas.

Kemudian kita tiba kepada topik Injil yang membabarkan kehidupan Yesus. Mengapa Tuhan memutuskan untuk mewahyukan seluruh kehidupan Yesus sampai empat kali? Dan mengapa dia telah mewahyukan keempat buku yang telah jelas berbeda dan saling bertentangan terhadap satu cerita? Tidak seperti orang-orang Kristen, ahli-ahli sejarah telah memberikan jawaban yang sangat masuk akal terhadap pertanyaan-pertanyaan ini.

Alkitab bukanlah wahyu dari Tuhan, melainkan sebuah kumpulan yang tidak rapi yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda, dalam jangka waktu yang berabad-abad, yang telah di ganti isinya, diedit (diperbarui) dari waktu ke waktu, yang bermuatkan cerita-cerita, urutan keturunan (silsilah), dongeng-dongeng perumpamaan, tulisan-tulisan suci dan duniawi. Alkitab bukanlah wahyu dari Tuhan dan sama saja dengan buku-buku cerita-cerita pengembaraan, Ramayana, atau Mahabharata yang mana lebih mirip dengan Alkitab.


Apakah Alkitab Diwahyukan?

Orang-orang Kristen mengklaim bahwa meskipun kitab-kitab di dalam Alkitab ditulis oleh beberapa orang, orang-orang yang menulis Alkitab itu diwahyukan dan dituntun oleh Tuhan di saat mereka menulis. Sementara orang-orang Kristen modern membuat klaim seperti ini, penulis-penulis asli dari kitab-kitab tersebut tidak pernah berkata demikian. Contohnya Lukas pada awal kitabnya menuliskan:

"Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti disampaikan kepada kita oleh mereka, yang semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu." (Lukas 1:1-3)

Tidak ada tertulis sekalipun bahwa dia dipenuhi oleh roh Allah sebelum ataupun sewaktu menuliskan kitab itu. Dia hanya mengatakan bahwa rekan yang lainnya telah menulis tentang kehidupan Yesus, maka Lukas sendiri berpikir bahwa mungkin adalah ide yang bagus untuk menuliskan sesuatu juga. Kalau benar dia diwahyukan oleh Tuhan untuk menulis ajaran Yesus, mengapa tidak dia katakan saja demikian? Tetapi klaim tentang inspirasi (wahyu) bukan saja tidak bisa dibenarkan, klaim akan wahyu juga menimbulkan sebuah masalah yang serius.

Orang Kristiani selalu mengklaim bahwa di dalam doa, Tuhan berbicara kepada mereka, memberikan mereka nasihat dan menuntun perbuatan mereka. Mereka mengklaim juga bahwa suara Tuhan sangat langsung, sangat jelas dan sangat nyata. Alkitab memuat firman-firman Allah kepada Musa, Yosua, Matius, Markus, Petrus dan Paulus, lalu mengapa firman-firman yang Dia sampaikan kepada orang Kristen modern juga diikutsertakan? Orang-orang Kristen akan menolak keras terhadap usul ini yang hanya menjelaskan kepada kita bahwa mereka sebenarnya tidak begitu yakin akan kata-kata yang mereka dengar bahwa kata-kata itu berasal dari Tuhan.


Satu Alkitab Atau Banyak Alkitab?

Pada zaman dulu, tidak terdapat versi standard dari Perjanjian Lama. Kelompok-kelompok Yahudi yang berbeda dan wilayah-wilayah yang berbeda mempunyai versi mereka sendiri. Ada versi Septuagint, Aquila, Theodosi dan juga versi Symmanchu, semuanya memuat tulisan yang berbeda dan jumlah kitab yang berbeda. Perjanjian Lama yang digunakan oleh orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan pada versi Masonetik, yang hanya muncul setelah Jamnia Synod pada akhir abad pertama Sesudah Masehi, Perjanjian Baru tidak muncul dalam bentuknya seperti sekarang sampai tahun 404 Sesudah Masehi. Sebelum masa itu, Kitab-kitab Thomas, Kitab-kitab Nikodemus, The Acts of Peter, The Acts of Paul dan selusin buku lainnya tidak dimasukkan ke dalam Alkitab.

Di tahun 404 SM, kitab-kitab tersebut berisikan ajaran yang bertentangan dengan Ilmu Ketuhanan orang Kristen pada waktu itu. Salah satu kitab tertua, Kodex Sinaitikus, mencantumkan Surat dari Barnabas, Injil yang tidak diikutsertakan di dalam Alkitab modern. Kalau buku-buku tersebut dianggap sebagai wahyu Tuhan oleh orang-orang Kristen pertama, mengapa orang Kristen modern tidak menganggap buku-buku tersebut wahyu Tuhan juga? Ketika kita melihat kepada Alkitab yang digunakan oleh Kristen modern, kita juga menemukan ada beberapa versi. Alkitab yang digunakan oleh Gereja Ethiophia, salah satu gereja paling kuno dari semua gereja, mencantumkan Kitab-kitab Enoch dan Gembala orang-orang Herma, yang tidak ditemukan di versi yang digunakan oleh Katolik maupun Protestan. Alkitab yang digunakan di Gereja Katolik mencantumkan Kitab-kitab Yudith, Tobias, Banuch, dll.

Catatan dari Penerjemah: Kitab-kitab tersebut tercantum di dalam dua Kitab yang ditemukan lebih lanjut yang juga disebut: Deutrokanonika dan Protokanonika yang mana kitab-kitab tersebut tidak diikutsertakan oleh Gereja Protestan. Profesor H.L. Drummingwright dari Southwestern Baptist Theological Seminary di dalam memperkenalkan Alkitab, menjelaskan mengapa Injil-injiltersebut tidak diikutsertakan dalam Alkitab orang Protestan.

Injil-injil tersebut katanya,"dalam hampir semua Alkitab Protestan sampai abad ke-19, ketika pencetak (penerbit) yang dipimpin oleh British and Foreign Bible Society dengan sukarela mengabaikan Injil-injil tersebut." Sekali lagi, Kitab-kitab tersebut berisi ide-ide yang gereja lain tidak suka, sehingga mereka dengan seenaknya mengabaikan kitab-kitab itu. Bagaimana mungkin Kitab Yudith yang berisi Firman Allah yang tak mungkin salah itu bisa diabaikan? Mengapa ada begitu banyak versi Alkitab? Dan Alkitab yang mana yang berisi Firman Tuhan yang sempurna?

Adakah Kesalahan Di Dalam Alkitab?

Kita telah melihat sebelumnya bahwa terdapat banyak sekali kesalahankesalahan yang kita temui di Alkitab. Tetapi kita akan melihat lebih banyak lagi contoh-contoh bahwa Alkitab itu tidak akurat. Zaman sekarang, bahkan anakanak sekolah pun tahu bahwa bumi bergerak; berputar pada porosnya dan pada saat yang sama berputar mengelilingi matahari. Kita juga tahu bahwa kepingkeping tektonik di permukaan bumi juga bergerak. Akan tetapi Alkitab, dengan jelas menyatakan bahwa bumi tidak bergerak. Dalam 1 Tawarikh 16:30 di Alkitab tertulis,"Gemetarlah di hadapan-Nya hai segenap bumi; sungguh tegak dunia, tidak bergoyang." (Lihat juga Mazmur 93:1, 96:10, 104:5)

Di banyak bagian dari Alkitab terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kenyataan ilmu pasti. Dan terlebih lagi Alkitab tidak saja berlawanan dengan kenyataan ilmu pasti, tetapi isi-isi Alkitab juga saling berlawanan. Marilah kita menyorot cerita tentang penciptaan. Di dalam Kitab Kejadian, dikatakan Tuhan menciptakan tanaman-tanaman dan pepohonan pada hari ke-tiga (Kejadian 1:20-23) dan akhirnya, manusia diciptakan pada hari ke-enam (Kejadian 1:26- 27). Tetapi juga tercantum di kitab yang sama, versi lain dari cerita penciptaan menyatakan Tuhan menciptakan manusia terlebih dahulu (Kejadian 2:7), kemudian semua tanaman dan pepohonan (Kejadian 2:9), kemudian burungburung dan semua binatang (Kejadian 2:19) dan kemudian barulah Tuhan menciptakan wanita (Kejadian 2:21-22). Kedua versi yang berbeda ini tentunya telah saling bertentangan.

Sekarang marilah kita lihat pada Kisah Nuh. Di satu bagian dituliskan di dalam Alkitab bahwa Nuh membawa dua (sepasang) dari semua jenis binatang, lalu memasukkannya ke dalam bahtera (Kejadian 6:19). Kemudian di bagian lain diceritakan Nuh membawa tujuh pasang binatang yang bersih, dan burungburung dan sepasang dari binatang yang lain dan memasukkannya ke dalam bahtera. (Kejadian 7:2).

Sekali lagi Alkitab yang sama tapi isinya saling bertentangan. Orang-orang Kristen akan memprotes bahwa kesalahan-kesalahan yang telah kita buktikan ini sifatnya sangat kecil dan tidaklah penting. Akan tetapi, hanya diperlukan satu kesalahan untuk membuktikan Alkitab tidak sempurna. Dan juga kalau kesalahan-kesalahan kecil saja sudah terjadi, kesalahan yang sifatnya besar juga bisa terjadi. Dan akhirnya, hanya diperlukan satu kesalahan untuk membuktikan bahwa Alkitab bukanlah firman Allah atau Tuhan bisa berbuat kesalahan-kesalahan.


Apakah Alkitab Merupakan Kesaksian Yang Bisa Dipercaya?

Kita telah melihat bahwa Alkitab berisi banyak kesalahan, sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi wahyu. Lalu kalau bukan firman-firman Tuhan, firman siapakah Alkitab itu? Beberapa dari injil di dalam Alkitab diberikan nama berdasarkan orang yang dianggap telah menulis Injil tersebut. Maka Injil Matius seharusnya ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus. Injil Markus seharusnya ditulis oleh Markus, murid Yesus yang lain, dan seterusnya.

Orang Kristen bisa mengklaim bahwa meskipun Alkitab mungkin bukan wahyu yang sempurna, tetapi Alkitab berisi kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang bisa dipercaya. Mereka bisa mengklaim bahwa Matius, Markus, Lukas dan Yohanes mengenal Yesus dengan baik, mereka tinggal bersama Yesus untuk beberapa tahun, mereka mendengar ajaran-ajarannya dan tidak ada alasan bagi mereka untuk berbohong ataupun melebih-lebihkan sesuatu. Maka orang-orang Kristen bisa mengklaim bahwa Alkitab adalah kesaksian yang sangat terpercaya. Hanya sayang, supaya kesaksian bisa dipercaya, kesaksian itu haruslah berasal dari orang yang bisa dipercaya pula, yang mempunyai latar belakang yang baik.

Apakah murid-murid Yesus orang yang seperti itu? Marilah kita lihat.

Beberapa dari murid Yesus adalah pemungut cukai (pajak) (Matius 9:9), seorang yang tidak jujur dan berasal dari kaum yang hina (Matius 18:17); yang lainnya hanyalah nelayan yang tidak berpendidikan (Markus 1:16-17). Simon adalahorang Zelot (Lukas 6:15), orang-orang yang dikenal karena kefanatikannya dan juga perlawanan yang beringas terhadap kekuasaan Romawi, dan seperti orang lain yang terlibat di dalam politik ilegal, Simon sering menggunakan nama samaran sehingga dia juga dikenal sebagai Petrus (Matius 10:2). Petrus dan James diberi julukan "Boanerges" yang berarti "anak-anak petir" (Markus 3:17) sekali lagi telah memberikan ide kepada kita akan keterlibatan mereka di dalam politik. Ketika Yesus ditangkap, murid-murid-Nya membawa pedang dan bersedia menggunakan pedang itu (Matius 26:51). Tentunya mereka bukanlah jenis orang yang kita akan merasa nyaman untuk mengenal.

Catatan dari Penerjemah: Orang-orang Kristen bisa mengatakan bahwa setelah dipanggil oleh Yesus, mereka berubah menjadi orang-orang yang baik dan taat akan perintah dan ajaran-Nya. Bahkan untuk orang Kristen zaman sekarang, para murid Yesus sering dipanggil nabi, karena peranan mereka dalam penulisan Injil. Akan tetapi, kalau pun murid-murid Yesus telah berubah baik, tetap saja tidak mengubah kenyataan bahwa mereka tidak bisa dipercaya, bahkan dengan julukan nabi sekali pun, mereka tetaplah manusia beringas yang bersiap-sedia menghunus pedang dan melukai orang lain. Satu hal lagi yang hendaknya membuat kita was-was untuk percaya kepada kesaksian murid-murid Yesus adalah mereka tampaknya seringkali salah mengerti apa yang diajarkan oleh Yesus. (Markus 4:13, 6:52, 8:15-17, 9:32; Lukas 8:9, 9:45).

Mereka yang seharusnya telah melihat Yesus melakukan mukjizat yang paling luar biasa dan tetap saja mereka sering ragu-ragu. Yesus memarahi mereka dan memanggil mereka "orang-orang yang beriman kecil" (Matius 8:26, 17:20). Haruskah kita percaya kepada tulisan-tulisan orang-orang yang sering tidak mengerti ucapan yang ditujukan kepada mereka, dan kepada siapa Yesus memanggil orang yang beriman kecil? Kalau sampai orang yang telah mengenal dan melihat Yesus memiliki "iman yang kecil" bagaimana mungkin kita, yang tidak pernah melihat dia, bisa beriman kepada Yesus?

Catatan dari Penerjemah: Orang Kristen akan menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan hal yang sama kepada para umat Buddha. Bagaimana mungkin kalian bisa beriman kepada Buddha kalau kalian juga tidak pernah melihat Buddha? Jawabannya sangatlah mudah. Kami umat Buddha tidak beriman kepada Sang Buddha. Karena Sang Buddha adalah seorang guru yang kita hormati dan ikuti ajaran-Nya. Bukan seorang Tuhan yang kita sembah.

Catatan dari Penerjemah: Pernah juga dikatakan bahwa iman adalah kepercayaan terhadap Tuhan, atas sesuatu yang tidak bisa dijawab oleh daya nalar atau daya pikir yang logika (misalnya misteri penciptaan dan penyelamatan manusia yang sampai sekarang masih belum terpecahkan), sesuatu yang tidak bisa terlihat oleh mata. Dan oleh karena itulah dibutuhkan iman untuk percaya kepada Tuhan, sesuatu yang tidak pernah kita lihat.

Catatan dari Penerjemah: Sang Buddha bukanlah sesuatu yang tidak kita lihat, sehingga harus kita percaya secara buta (iman). Sang Buddha juga bukanlah pencipta. Meskipun Beliau telah "meninggal" lebih dari 2000 tahun yang lalu, ajaran Beliau tetaplah masuk akal, baik, berguna, tidak dirubah sejak pertama kali beliau mengajarkan Dhamma. Itulah penjelasannya, mengapa kita tidak beriman kepada Sang Buddha. Karena kita menghormati Sang Buddha sebagai guru bukan sebagai Tuhan, berusaha mengamalkan, membuktikan kebenaran ajaran Beliau yang tidak berubah dari waktu ke waktu.

Tentang bagaimana tidak bisa dipercayanya dan tidak berimannya orang-orang yang turut menulis Injil bisa dilihat melalui gambaran tentang apa yang mereka perbuat sebelum Yesus ditangkap. Dia bertanya kepada mereka untuk berjaga-jaga, tetapi mereka malah tertidur (Matius 26:36-43). Setelah Yesus tertangkap, mereka berbohong dan menyangkal bahwa mereka mengenal Yesus (Markus 14:66-72), dan setelah Yesus dieksekusi, mereka kembali menjadi nelayan (Yohanes 21:2-3). Dan siapa yang mengkhianati Yesus? Murid-Nya Yudas (Matius 26:14-16). Berkumpul dengan para pendosa, pembohong dan orang-orang bodoh untuk menolong mereka adalah perbuatan Yesus yang mulia. Tetapi haruskah kita percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang seperti itu?

Hal yang lebih mengganggu hati kita tentang murid-murid Yesus adalah berapa seringnya mereka dirasuki oleh setan atau iblis dari waktu ke waktu. Maria Magdalena, orang yang dikatakan melihat kebangkitan Yesus, telah dirasuki oleh tujuh iblis (Markus 16:9).

Setan masuk ke tubuh Yudas (Lukas 22:3), mencoba merasuki Simon (Lukas 22:31) dan Yesus pernah sekali memanggil Petrus, murid utamanya, "Setan" (Matius 16:23) menandakan bahwa Petrus pun pernah dirasuki oleh setan pada waktu itu. Entah itu dirasuki oleh setan atau gejala dari kelainan jiwa yang serius seperti yang diyakini oleh psikiater zaman sekarang, kita hendaknya sangat berhati-hati terhadap kata-kata dari murid Yesus.


Siapa Yang Menulis Injil?

Kita telah membuktikan bahwa Alkitab itu berisi banyak kesalahan, bukanlah wahyu, dan bukanlah kesaksian dari orang yang bisa dipercaya. Sekarang kita akan menunjukkan bahwa Alkitab bahkan tidak ditulis oleh orang-orang yang dikatakan telah menulisnya. Marilah kita melihat lima kitab pertama dari Alkitab: Kejadian, Keluaran, Leviticus, Bilangan, dan Deutronomy. Kelima buku tersebut menceritakan kisah penciptaan dunia dan alam semesta, wahyu Tuhan kepada manusia, dan sejarah awal suku orang Israel yang semuanya dikatakan telah ditulis oleh Musa. Bahkan kenyataannya, kelima buku itu sering disebut "Buku-buku Musa". Akan tetapi, pengarangnya Musa jelaslah tidak mungkin, karena di dalam buku-buku tersebut terdapat laporan tentang kematian Musa.

"Lalu matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini." (Ulangan 34:5-6)

Bagaimana mungkin seseorang menuliskan tentang kematian dan penguburannya sendiri? Setidaknya buku Ulangan pasti telah ditulis oleh seseorang selain Musa.

Sekarang marilah kita melihat kepada Perjanjian Baru. Injil Matius seharusnya telah ditulis oleh Matius (pemungut cukai/pajak, orang yang ragu, orang yang beriman kecil), salah seorang murid Yesus. Dengan mudah kita tunjukkan bahwa Matius tidak mungkin menulis Injil Matius. Kita membaca:

"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia." (Matius 9:9)

Baik di zaman sekarang maupun di zaman dulu orang menuliskan dirinya sebagai orang ketiga. Kalau Matius benar-benar telah menulis Injil Matius, kita akan mengharapkan untuk membaca ayat itu sebagai berikut:

"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat saya duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah saya mengikut Dia."

Tentunya Injil Matius tidak ditulis oleh Matius, tetapi oleh pihak ketiga. Siapa pihak ketiga ini kita tidaklah tahu, tetapi sarjana-sarjana Alkitab telah menebak-nebak.

Di dalam prakata dari terjemahan Injil Matius, sarjana Alkitab terkemuka J.B Phillip mengatakan:

Tradisi awal menganggap Injil Rasul Matius berasal darinya tetapi hampir semua sarjana Alkitab di zaman sekarang menolak nilai tradisi ini. Pengarang tersebut, yang mana supaya lebih mudah masih kita panggil Matius telah mengumpulkan sebuah koleksi tentang tradisi-tradisi yang diucapkan. Dia telah menggunakan injil Markus dengan sesuka hati, meskipun dia telah mengganti urutan-urutan kejadian, dan di dalam beberapa kasus, telah menggunakan kata-kata yang lain untuk sebuah cerita yang sama.

"Early tradition ascribes this Gospel to the apostle Matthew but scholars nowadays almost all reject this view. The author, who we still can conveniently call Matthew has plainly drawn on a collection of oral traditions. He has used Mark's Gospel freely, though he has rearranged the order of events, and has in several instances used different words for what is plainly the same story."

Ini tentunya adalah sebuah pengakuan yang sangat mengganggu, apalagi pengakuan ini berasal dari seorang sarjana Alkitab Kristen yang terkenal. Kita diberitahu bahwa "hampir semua" sarjana Alkitab modern menolak ide bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius itu sendiri. Kita diberitahu bahwa meskipun pengarang asli injil Matius itu tidak diketahui siapa, akan "lebih mudah" (convenient) untuk memanggilnya dengan nama Matius. Berikutnya kita juga diberitahu bahwa siapa pun yang menulis Injil Matius telah "dengan sesuka hati" menjiplak banyak dari Injil Markus. Dalam kata lain, Injil Matius adalah jiplakan yang tidak bertanggungjawab (plagiatisme) yang mana bahan-bahannya telah "diatur ulang" dan disusun dalam "kata-kata yang berbeda". Maka ternyata di dalam Kitab Matius, bukan saja kita tidak menemukan kata-kata Tuhan, kita bahkan tidak menemukan kata-kata dari Matius yang asli.

Berkat tulisan dari sarjana Alkitab seperti Profesor J.B. Phillips, mereka secara terbuka mengakui hal ini dan keragu-raguan lain tentang pengarang asli dari Alkitab, tetapi pengakuan-pengakuan tersebut telah membuat klaim bahwa Injilinjil telah ditulis oleh murid-murid Yesus jelaslah tidak benar.


Kesalahan-kesalahan Dan Perubahan-perubahan Di Dalam Alkitab

Kalau kita melihat di dasar setiap halaman di hampir semua Alkitab, kita akan menemukan beberapa catatan. Catatan-catatan tersebut menandakan adanya kesalahan, perubahan-perubahan ataupun bacaan-bacaan yang meragukan di dalam tulisan Alkitab. Dan jumlah catatan-catatan tersebut mencapai ratusan. Beberapa dari kesalahan atau perubahan terdiri dari beberapa kata, tetapi beberapa dari mereka adalah cukup panjang. (seperti contoh, lihatlah catatan untuk Lukas 9:55-56; Yohanes 5:3, Acts 24:6; I Korintus 8:36-38; 11:4-7; 2 Korintus 10:13-15). Juga perhatikan catatan untuk Markus 16:9-20 yang mengatakan bahwa Markus 16:9-20 di dalam Alkitab ini tidak pernah ada di Alkitab kuno. Dalam kata lain, bagian yang cukup panjang ini telah ditambahkan pada waktu yang lebih mendekati zaman sekarang. Bagaimana bisa orang-orang Kristen secara jujur mengatakan bahwa Alkitab itu sempurna dan tidak pernah salah ketika semua kesalahan yang ada ditunjukkan pada setiap halaman di mana terdapat kesalahan itu?

Di dalam Perjanjian Baru, Yesus dan murid-muridnya sering mengutip dari Perjanjian Lama dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu atau, biasanya, untuk berusaha membuktikan bahwa Perjanjian Lama menubuatkan kejadiankejadian di dalam kehidupan Yesus.

Tetapi ketika kita membandingkan kutipan-kutipan tersebut dengan isi asli Perjanjian Lama, kita menemukan bahwa keduanya itu hampir selalu berbeda. Kita akan menggunakan Versi Internasional Baru dari Alkitab.


Perjanjian Lama

"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:1)


Perjanjian Baru

"Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." (Matius 2:6) Kutipan yang ada di Perjanjian Baru bukan saja berisi kata-kata yang berbeda, kutipan itu juga mengganti arti dari kutipan asli Perjanjian Lama. Apakah Matius telah salah mengutip Perjanjian Lama karena dia tidak begitu mengetahui isi

Perjanjian Lama sehingga membuat kesalahan? Atau apakah Perjanjian Lama yang Matius gunakan berbeda dengan Perjanjian Lama yang kita baca hari ini? Perjanjian Baru mengutip isi-isi Perjanjian Lama berlusin kali seringnya, dan hampir tidak ada satu kutipan pun yang akurat. Orang Kristen akan memprotes dan mengatakan bahwa perubahan-perubahan tersebut hanyalah kecil dan tidak penting. Memang mungkin benar tidak berarti, tetapi ini adalah bukti bahwa Alkitab memuat banyak kesalahan, berlawanan dengan apa yang orang Kristen katakan tentang Alkitab. Dan juga, sangatlah aneh di mana Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Paulus, yang menurut orang-orang Kristen telah diilhami Tuhan untuk menulis Perjanjian Baru, bahkan tidak bisa mengutip Perjanjian Lama dengan benar.


Mengganti Doa Bapa Kami

Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya tentang Doa Bapa Kami sebelum dia meninggal dan sejak itu, generasi demi generasi dari orang Kristen telah mempelajari doa tersebut di luar kepala. Tetapi siapapun yang telah menghafalnya 20 tahun yang lalu, akan harus belajar menghafalnya sekali lagi karena Doa Bapa Kami telah diubah. Kita akan membandingkan Doa Bapa Kami yang asli yang kita temukan di semua Alkitab yang dicetak sebelum 20 tahun yang lalu, dengan Doa Bapa Kami yang ada di dalam Versi Internasional Baru, dan kita akan melihat bahwa orang-orang Kristen bahkan telah merusakkan ajaran terpenting dari Yesus.

Catatan dari Penerjemah: Buku ini dikarang pertama kali pada tahun 1994. Maka bisa kita sadari bahwa maksud dari paragraf sebelumnya adalah isi Alkitab tentang Doa Bapa Kami sebelum munculnya Versi International Baru (New International Version) berbeda dengan Doa Bapa Kami yang tercantum di dalam Versi Internasional Baru. Yang mana Versi Internasional Baru muncul kira-kira 20 tahun sebelum tahun 1994. Jadi bukan persis 20 tahun sebelum tahun 2000.


Alkitab Versi King James

Our Father who art in heaven, hallowed be thy name. Thy kingdom come, thy will be done on earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread; and forgive us our trespasses as we forgive those who trespass against us. And lead us not into tempation, but deliver us from evil, for thine is the kingdom and the power, and the glory forever and ever. Amen. (Lukas 11:2-5)


Alkitab Versi Internasional Baru

Father, hallowed be your name, your kingdom come. Give us each day our bread. Forgive us our sins, for we also forgive everyone who sins against us. And lead us not into temptation (Lukas 11:2-5)

Catatan dari Penerjemah: Saya juga secara kebetulan mendapatkan Alkitab Versi King James cetakan tahun 1984 yang dicetak oleh Thomas Nelson, Inc. Isi Doa Bapa Kami yang tertera di Lukas 11:2-5 berbunyi seperti berikut:

"Our Father which art in heaven, Hallowed by thy name. Thy kingdom come. Thy will be done, as in heaven, so in earth. Give us day by day our daily bread. And forgive us our sins; for we also forgive every one that is indebted to us. And lead us not into temptation; but deliver us from evil."

Catatan dari Penerjemah: Bahkan versi King James sendiri pun sudah berbeda dengan Versi King James yang dipakai oleh Bhikkhu A L De Silva sewaktu menulis buku Beyond Belief ini. Dengan terteranya tiga versi Alkitab dari ayat yang sama, kita bisa melihat bahwa tidak satupun dari ketiganya yang benar kata demi kata. Mana yang paling benar yang diucapkan Yesus?

Perhatikan frase-frase berikut - "who art in heaven","thy will be done on earth as it is in heaven", "but deliver us from evil, for thine is the kingdom and the power, and the glory forever and ever. Amen" - telah dipotong dari Doa Bapa Kami.

Kita hendaknya menanyakan teman Kristen kita mengapa frase-frase tersebut telah dipotong (dibuang), yang mana adalah ajaran paling terkenal dan paling penting dari Yesus. Tanyakan di antara kedua versi ini, manakah yang merupakan firman Tuhan yang sempurna, firman Tuhan yang tidak berubah.

Tanyakan mereka, siapa yang mempunyai pengetahuan dan kebijaksanaan yang cukup untuk mengubah isi Alkitab. Anda akan menemukan mereka sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan. Di sini dan di mana pun juga, para pembaca disarankan untuk pergi ke perpustakaan dan toko buku, carilah versi-versi Alkitab yang berlainan dan secara seksama dan hati-hati bandingkan isinya. Kita akan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Alkitab-Alkitab itu saling berbeda sebagai hasil dari penggubahan.


Membuang Ayat-Ayat Alkitab

Bukti bahwa Alkitab telah diubah-ubah bisa ditemukan di setiap halaman, jika kita melihat dengan seksama. Tulisan-tulisan Alkitab diatur ke dalam pasal-pasal yang kemudian di bagi lagi ke dalam ayat-ayat.

Sewaktu kita membaca Alkitab, kita terkadang akan menemukan satu atau dua ayat yang hilang. Versi Internasional Baru yang dicetak oleh New York International Bible Society, perhatikan ayat 44-46 telah dihapus dari Markus pasal 9. Ayat 37 telah dibuang dari Act 8, dan ayat 28 telah dibuang dari Markus 15. Bagaimana mungkin orang-orang Kristen bisa mengklaim bahwa Alkitab adalah sempurna dan firman Tuhan yang tidak berubah ketika mereka membuang ayat-ayat dan kata-kata yang tidak sepadan (convenient).


Penerjemahan Yang Memilih (Selektif)

Ketika orang-orang Kristen hendak meyakinkan kita tentang bukti nyata agama mereka, mereka akan mengutip dari Alkitab, supaya kita percaya seperti mereka bahwa setiap kata di dalam Alkitab itu benar apa adanya. Tetapi ketika kita yang mengutip dari Alkitab untuk membuktikan agama mereka primitif, bodoh atau tidak masuk akal (contohnya: asap keluar dari hidung Tuhan dan api yang keluar dari mulut Tuhan, Psalms 18:7-8; atau keledai yang bisa berbicara, Bilangan 22:28) orang Kristen akan mengatakan: "Hal-hal seperti itu hanyalah simbolis, hendaknya tidak diartikan apa adanya." Orang Kristen sangatlah memilih di dalam mengartikan Alkitab. Beberapa ayat adalah "Firman Allah" yang diartikan benar apa adanya, tetapi di bagian-bagian yang lain, biasanya bagian yang memalukan, tidak bisa diartikan apa adanya. Alkitab haruslah menjadi Firman Allah atau Alkitab bukan Firman Allah sama sekali, seseorang tidak bisa sekedar memetik ayat dan memilih cara pengartian seenaknya. Apabila benar beberapa ayat harus diartikan apa adanya dan ayat lain diartikan secara simbolis, bagaimana seorang Kristen itu tahu dan memutuskan cara untuk mengartikan ayat tersebut? Kalau cerita-cerita tentang keledai Balaam yang berbicara, Adam dan Hawa memakan buah apel, atau Musa mengubah tongkat menjadi ular tidak untuk diartikan apa adanya, mungkin juga, cerita tentang kebangkitan Yesus hanyalah simbolis (lambang) dan tidak untuk diartikan secara apa adanya.




Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Beyond Belief Bab 5 Kritik Terhadap Isi Alkitab [Khusus Untuk Buddhis, Non Buddhis Dilarang Baca]"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme