Beyond Belief Bab 2. Mengapa Tuhan Tidak Mungkin Ada [Khusus Untuk Buddhis, Non Buddhis Dilarang Baca]



Artikel ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari buku 'Beyond Belief - AL. De Silva'


Kita telah melihat bahwa argumen-argumen yang digunakan untuk membuktikan keberadaan Tuhan itu tidaklah pantas. Sekarang kita akan menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Tahu, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Kuasa seperti yang dimiliki oleh orang Kristen itu tidak mungkin ada.


Problema Kebebasan Kehendak

Untuk menghidupi kehidupan beragama yang berarti, kita harus memiliki kebebasan kehendak, kita harus bisa memilih yang baik dan yang buruk. Kalau kita tidak memiliki kebebasan kehendak, kita tidak dapat bertanggung jawab atas kelakuan kita sendiri.

Menurut orang-orang Kristen, Tuhan itu Maha Tahu. Dia tahu masa yang lampau, masa sekarang, dan semua di masa yang akan datang. Kalau benar demikian, maka Tuhan pasti sudah tahu semua yang kita mau kerjakan jauh sebelum kita perbuat. Ini berarti seluruh hidup kita sudah ditentukan sebelumnya, dan kita bertindak bukanlah atas dasar kebebasan kehendak, tetapi kita telah ditentukan untuk berbuat apa yang kita perbuat. Kalau kita sebelumnya sudah ditentukan untuk menjadi orang baik, maka kita akan menjadi baik, dan bila kita sebelumnya ditentukan untuk menjadi buruk, maka kita akan menjadi orang buruk/jahat. Kita tidak akan berbuat atas dasar kebebasan kehendak kita, akan tetapi kita berbuat atas dasar apa yang telah Tuhan tentukan. Meskipun orang Kristen tetap memaksakan bahwa adanya kebebasan kehendak, ke-Maha Tahuan Tuhan justru membuat hal ini mustahil untuk dimengerti. Injil (Alkitab) pun menyatakan bahwa orang hanya akan berbuat apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Kalau orang berbuat jahat, ini dikarenakan Tuhan telah memilih mereka untuk berbuat jahat (Roma 1:24-28) dan Tuhanlah yang membuat mereka untuk tidak menuruti perintah-Nya (Roma 11:32). Kalau mereka tidak mengerti firman-firman Tuhan, itu dikarenakan Tuhan telah membuat otak mereka tumpul dan bodoh (Roma 11:8) dan menyebabkan mereka untuk membandel (Roma 9:18). Tuhan mencegah penyebaran ajaran Nasrani di beberapa tempat (Kisah Para Rasul 16:6-7) dan Dia menentukan segala sesuatu jauh hari sebelum semuanya terjadi, kapan seorang itu akan dilahirkan, kapan orang itu akan mati. (Kisah Para Rasul 17:26). Mereka yang akan diselamatkan telah terpilih sebelum asal mulanya waktu.(2 Timotius 1:9; Efesus1 ayat 11). Jika seorang mempunyai keyakinan dan kemudian diselamatkan, keyakinan itu berasal dari Tuhan, bukan dari usaha mereka sendiri (Efesus 2:9-10). Salah satu dari kita akan bertanya,"Kalau Tuhan telah secara sebelumnya menentukan apa yang kita lakukan. Bagaimana mungkin Tuhan menjatuhkan tanggung jawab tindakan kita ke atas diri kita sendiri?" Tetapi Alkitab mempunyai jawaban untuk pertanyaan ini.

Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah ? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

Jadi kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang disiapkan untuk kebinasaan." (Roma 9:19-22)

Jadi ternyata di dalam ajaran Kristiani, jalan hidup seseorang dan takdir adalah sepenuhnya ulah Tuhan. Dan sebagai manusia kita tidak punya hak untuk mengeluh tentang apa yang telah Tuhan putuskan untuk kita. Ide di mana semuanya telah ditentukan dengan ide bahwa Tuhan itu Maha Tahu memang tampak sejalan, tetapi ide tersebut tidak masuk akal ke dalam konsep usaha untuk berbuat kebaikan atau menghindari kejahatan.


Problema Tentang Kejahatan

Mungkin argumen yang paling kuat untuk menangkis keberadaan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Tahu adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa dunia ini terlalu banyak penderitaan. Kalau Tuhan yang penuh cinta itu benar-benar Maha Kuasa, mengapa Dia tidak membinasakan semua kejahatan dan Iblis? Orang-orang Kristen akan mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan berbagai cara.

Yang pertama, mereka akan mengatakan bahwa kejahatan itu disebabkan oleh manusia, bukan oleh Tuhan. Dan jika saja manusia mau mengikuti firman-firman Tuhan, maka tidak mungkin akan ada yang menderita kesakitan ataupun kejahatan. Meskipun memang benar jika kejahatan seperti perang, pemerkosaan, pembunuhan dan eksploitasi dapat disalahkan kepada mahluk manusia, akan tetapi manusia tidak mungkin bisa disalahkan akan jutaan nyawa yang melayang setiap tahun yang disebabkan oleh gempa bumi, banjir, penyakit menular, dan bencana alam yang mana adalah kejadian alam. Bahkan kenyataannya, menurut Alkitab, kuman-kuman yang menyebabkan penyakit yang mengerikan seperti TBC, polio, kolera, lepra, dan semua kesedihan, kecacatan dan penderitaan yang ditimbulkan telah diciptakan Tuhan sebelum Tuhan menciptakan manusia. (Kejadian 1:11-12)


Catatan dari Penerjemah: Lihat juga Kejadian 1:24

Cara lain yang orang-orang Kristen akan coba terangkan tentang kejahatan adalah semua kejahatan yang menimbulkan penderitaan itu adalah hukuman Tuhan atas dosa manusia yang tidak mau mengikuti perintah-perintahNya. Ini berarti semua hal-hal buruk hanya terjadi kepada orang-orang yang jahat. Tentu saja ini tidak benar! Kita sering mendengar banyak wabah penyakit yang parah atau bencana menimpa orang-orang baik, termasuk orang Kristen yang taat. Begitu juga kita sering sekali mendengar bahwa banyak orang-orang jahat yang sering mendapatkan keberuntungan dan keberhasilan. Maka tidak mungkin bisa dikatakan bahwa kejahatan dan penderitaan yang ditimpakan adalah cara Tuhan menghukum manusia yang berdosa.

Selanjutnya, orang-orang Kristen akan mengatakan bahwa Tuhan membiarkan kejahatan untuk muncul di dunia karena dia mau memberikan kebebasan kepada semua orang untuk memilih antara kebaikan atau kejahatan. Bagi yang memilih kebaikan, akan terselamatkan. Maka mereka akan berdalih, kejahatan itu diciptakan untuk mencoba umat manusia. Dalam pandangan sekilas, pernyataan di atas terlihat cukup masuk akal.

Jika seseorang (katakan si A) melihat orang lain yang dipukuli oleh orang jahat, A mempunyai pilihan untuk membiarkan kejadian pemukulan itu terjadi (A berbuat kejahatan) atau memutuskan untuk menolong si korban pemukulan (A berbuat kebaikan). Jika A bersedia menolong si korban, maka A telah melewati pencobaan itu dengan melakukan perbuatan baik. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Tuhan yang Maha Tahu sudah tahu perbuatan apa yang A akan pilih (baik atau buruk), untuk apa lagi Tuhan menguji A atau kita semua? Dan juga, jika penderitaan dan kejahatan diciptakan untuk menguji kita manusia, tidak bisakah Tuhan yang Maha lembut dan Pengasih memikirkan cara yang lebih lembut dan yang tidak begitu menyakitkan? Mengapa Tuhan yang Maha Adil dan Penyayang tega menimbulkan penderitaan kepada seseorang hanya untuk menguji kebaikan atau keburukan orang lain?

Beberapa orang Kristen akan berusaha membebaskan Tuhan dari kesalahan karena menciptakan kejahatan dengan mengatakan kejahatan itu tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan diciptakan oleh Iblis. Pernyataan ini mungkin saja benar, tetapi jika Tuhan begitu Maha Pengasih dan Penyayang, mengapa Tuhan tidak mencegah Iblis menyebarkan kejahatan? Perlu juga diketahui, siapa yang menciptakan Iblis? Tentu saja Tuhanlah yang menciptakan Iblis.

Catatan dari Penerjemah: Pernah diceritakan bahwa Iblis adalah bekas malaikat di surga yang melawan perintah Allah, sehingga dibuang dari surga, ke manakah Iblis di buang? Hanya ada 2 tempat, neraka dan bumi. Kalau Tuhan Maha Sempurna, mengapa Tuhan bisa menciptakan malaikat yang membelot? Kalau Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, mengapa Tuhan membiarkan Iblis berkeliaran di dunia - yang notabene adalah tempat hidup ciptaan-Nya yang paling Dia kasihi? Kalau Tuhan Maha Kuat, mengapa Iblis itu tidak dimusnahkan saja? Dan hanya dibuang? Sangatlah tidak masuk akal, Tuhan akhirnya harus mengutus anak-Nya untuk mati dan menebus dosa manusia akibat ulah iblis yang Dia biarkan berkeliaran di dunia.

Sampai ke tahap seperti ini, orang-orang Kristen akan merasa putus asa dengan mencoba berpindah dari argumen logika ke argumen fungsi/pragmatik. Orang Kristen tersebut dalam upaya terakhirnya akan mengatakan meskipun penderitaan itu ada di dunia ini, kita bisa menggunakan penderitaan itu untuk membangkitkan keteguhan hati dan kesabaran. Pernyataan ini memang benar, tetapi tetap saja pernyataan ini tidak bisa menjelaskan mengapa Tuhan yang Maha Pengasih dan Pencinta membiarkan banyak bayi tak berdosa untuk mati, pemakai jalan yang tak bersalah untuk tertabrak mati dalam kecelakaan, dan penderita penyakit kusta untuk menderita kesakitan dan cacat? Kenyataan yang ada adalah, telah muncul terlalu banyak penderitaan yang tidak perlu ada. Semua penderitaan yang ada di dunia (penyakit, bencana alam, bayi yang meninggal, kelaparan berkepanjangan) membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan yang Maha Pengasih, Penyayang, Adil, Sempurna itu tidak pernah ada.


Untuk Apa Mencipta? Apa Tujuan dari Penciptaan?

Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, dan Dia itu Sempurna dalam segala hal. Tapi, jika Tuhan memang benar Sang Pencipta, pernyataan di bawah akan membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna. Marilah kita lihat dan buktikan bersama.

Sebelum Tuhan menciptakan alam semesta ini, yang ada hanyalah kekosongan dan kehampaan - tidak ada matahari, tidak ada bumi, tidak ada orang, tidak ada kebaikan maupun kejahatan, tidak ada penderitaan. Yang ada hanyalah Tuhan yang Maha Sempurna di mata orang Kristen. Jadi, jika Tuhan itu sempurna dan hanya ada kesempurnaan sebelum diciptakannnya alam semesta, apa gerangan yang menggerakkan Tuhan untuk menciptakan alam semesta dan ketidaksempurnaan ke dalam seluruh ciptaan-Nya? Apakah karena Tuhan itu bosan dan tidak punya kerjaan? Apakah karena Tuhan merasa kesepian dan ingin didoakan dan dipuja?

Menurut orang-orang Kristen, Tuhan menciptakan semuanya karena cinta-Nya yang besar kepada manusia. Tapi ini adalah mustahil! Tuhan tidak mungkin bisa mencintai manusia sebelum manusia itu tercipta. Sama halnya seorang wanita tidak mungkin bisa mencintai anaknya jika wanita itu tidak mengandung dan melahirkan anaknya. Keinginan dan kebutuhan Tuhan untuk mencipta telah menjelaskan bahwa Tuhan sangat tidak puas dengan segala sesuatu sebelum penciptaan. Ketidakpuasan Tuhan itu telah membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna (kalau Tuhan ada). Orang-orang Kristen mungkin akan mengatakan Tuhan menciptakan secara spontan tanpa keinginan ataupun kebutuhan untuk mencipta. Pernyataan seperti ini hanyalah membuktikan bahwa penciptaan alam semesta ini sama sekali tidak ada tujuannya, dan tidak ada rencana di balik penciptaan alam semesta ini. Tuhan macam apa yang menciptakan segala sesuatu tanpa perencanaan dan tujuan? Tentu saja bukan Tuhan yang Maha Pengasih dan Pencipta.


Problema Tuhan Yang Tak Terlihat

Orang-orang Kristen selalu mengklaim bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya kepada-Nya sehingga kita bisa terselamatkan. Kalau Tuhan mau kita percaya, mengapa Tuhan tidak membuat mukjizat sehingga bisa terlihat oleh semua orang supaya semua orang bisa percaya? Mungkin orang Kristen akan menjawab, Tuhan ingin kita percaya dengan iman, bukan dengan pandangan mata. Tetapi Alkitab sendiri mengatakan bahwa di masa yang lampau Tuhan melakukan mukjizat yang paling luar biasa dan sering kali memunculkan diri-Nya di dalam kehidupan manusia dengan tujuan supaya manusia bisa melihat dan percaya kepada-Nya. Kalau Tuhan menampakkan diri-Nya atau mukjizat-Nya di masa lampau, mengapa Tuhan tidak menampakkan diri-Nya atau mukjizat-Nya di masa kini?

Catatan dari Penerjemah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan begitu banyaknya pertentangan antara ilmu pengetahuan dan isi Alkitab, maka sudah lebih masuk akal bila Tuhan lebih memperlihatkan diri-Nya dan melakukan mukjizat di zaman sekarang. Tapi mukjizat dan diri-Nya tidak pernah muncul. Ini membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada sama sekali.

Orang-orang Kristen akan berkata bahwa Tuhan melakukan mukjizat dan keajaiban di masa sekarang, misalnya dengan penyembuhan, membantu memecahkan masalah pribadi, dan sebagainya. Tapi manusia yang bandel dan jahat menolak untuk percaya. Sedangkan keajaiban-keajaiban yang dikumandangkan itu bersifat kecil dan pribadi, sehingga lebih menimbulkan keraguan daripada kepercayaan. Kalau Tuhan melakukan mukjizat yang luar biasa dan luas, manusia mau tidak mau harus percaya. Tapi mukjizat itu tidak pernah ada.

Bahkan menurut Alkitab, orang-orang Israel berkelana di gurun pasir selama 40 tahun lamanya, dan Tuhan memberi mereka makan dengan menjatuhkan makanan dari langit (Keluaran 16:4). Di tahun 1980-an, jutaan umat Kristen di Ethiopia mati secara perlahan-lahan karena kemarau yang panjang. Tuhan mempunyai kesempatan emas untuk kembali menjatuhkan makanan dari langit, seperti yang diutarakan di Alkitab, untuk membuktikan keberadaan diri-Nya dan membuktikan cinta-Nya yang besar kepada manusia. Orang-orang Buddha akan mengatakan bahwa Tuhan tidak ada sama sekali.









Artikel Yang Berhubungan Badan:


0 Response to "Beyond Belief Bab 2. Mengapa Tuhan Tidak Mungkin Ada [Khusus Untuk Buddhis, Non Buddhis Dilarang Baca]"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme