DUKA INI DURJANA



Bagaimana?
Bicara?
Pertahankan
Kemungkinan?

Tapi angin membawaku ke sini
Ke tempat penuh kecoak busuk ini
Yang udaranya pun beracun tapi terpaksa kuhirup

Untuk apa kaki ini bila tak lagi bisa melangkah?
Untuk apa mulut? bila hanya makan?
Untuk apa mata, bila hanya untuk mengucurkan air mata?

Jalan yang jauh ini gelap
Hanya setitik di ujung teramat jauh itu harapanku

Sementara hantu hantu berkepala anjing mulai menarik narik bajuku
Bahkan sudah ada yang menarik paksa celanaku

Haruskan aku telanjang berjalan dalam gelap untuk menggapai titik yang hanya satu titik itu?

Apa lagi yang harus kubicarakan?
Ingin kuteriakkan semua
Tapi orang orang kalah tak punya suara

Kan tadi sudah kubilang
Untuk apa mulut kalau hanya untuk makan?

Mati sajalah
Biar dingin
Biar berhenti semuanya

Semua sudah kujalani
Melacur
mengemis
merampok
mencuri
mengkais kais di tempat sampah ditonton anjing gila yang ekornya bengkok ke dalam selangkangan

Bahkan kucing menjauh kalau aku lewat
Entah takut kumakan
atau takut kuhajar

Hina sedina dinanya haram jadah
Mungkin kecoak juga merasa semartabat dengan aku

Bagaimana bila kuhilangkan semua?
Bagaimana bia aku menghilang saja?
Bumi memanggil manggilku

Ibu pertiwi yang baik, aku rindu pangkuanmu

Marah
Tiap bicara kena marah

Hati hati kalau bicara
Sesekali bicara malah salah!

Oh ibu
Beda bila masih ada kau
Beda saat kau akan menguatkan dengan cara apa saja
Bahkan dengan membohongiku
Karena kau tahu aku lemah
karena kau tahu aku bodoh
Karena kau tahu aku manja
Karena kau tahu pikiranku pendek
Karena kau tahu kemaluanku bahkan lebih panjang dari pikiranku

Kawin tiga
Kawin tiga
Kawin tiga

Duka ini durjana!

Baca selengkapnya..
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme